Aksi

Peringatan Mayday 2015 Di Yogyakarta

Mayday Yogyakarta 2015“Gerakan progresif harus disiplin waktu! Ketidak disiplinan waktu menunjukkan ketidak seriusan dalam berjuang! Berjuang untuk kepentingan pembebasan kaum buruh yang tertindas harus disiplin terhadap waktu kawan-kawan..!!!” begitu teriakan lantang koordinator lapangan (selanjutnya disebut korlap) melalui pengeras suara di atas sebuah mobil pickup mengawali digelarnya aksi massa damai dalam memperingati Mayday 2015 di Yogyakarta.
Pada pukul 9.30 WIB-pun aliansi aksi massa berbaris rapi di Lapangan Parkir itu, siap merayakan Mayday 2015. Aliansi yang bernama Gerakan Rakyat Merayakan Hari Buruh ini merupakan aliansi terbesar di Yogyakarta yang merayakan May Day.

Adapun organisasi-organisasi yang tergabung dalam aliansi adalah: Serikat PRT Tunas Mulai, Serikat PRT KOY, Paguyuban Sayuk Rukun Buruh Gendong DIY, Kelompok Pekerja Rumahan DIY, Kelompok Perempuan Buruh Industri, BENTOR DIY, SPTI, SBII, KASBI, , PPR AJI Yogya, Forum LSM DIY, FPBI, ICM, LBH Yogya, PSB, PKBI, Perempuan Mahardika, RTND, SP Kinasih, Samin, SAPDA, YASANTI, LSM Kembang, KPO PRP, PPI, BEM KM UGM, PBHI Yogya, SEKBER, SMI, FMPR, KBM UJB, AIMI, GARUDA Selatan, BEM IST AKPRIND, HMI MPO, LMND DIY, PLUSH, Cakrawala, Pembebasan, Sosial Movemant Institute, DEMA Justicia UGM, Mitra Wacana, Aksara, Sapda, Rifka Annisa, LPM Rhetor, dsb.

Beberapa organisasi-organisasi yang terlibat dalam aliansi ini adalah juga yang tahun 2014 merayakan Hari Buruh Sedunia bersama. Hal yang maju sejak dua tahun belakangan ini dalam perayaan May Day adalah demokrasi didalam persatuan yang dibangun. Terdapat kesepakatan bahwa setiap organisasi atau individu yang terlibat bebas untuk mengeluarkan pendapatnya, bebas berpropaganda, membuat selebaran, spanduk dan poster sendiri. Selama tidak bertentangan dengan demokrasi dan kepentingan klas buruh dan rakyat.

Jurnalis dari AJI Yogyakarta membawa poster inisial huruf “M”, “E”, “D”, “I”, “A”. Sementara terdapat juga kelompok LGBT yang membawa spanduk “LGBT Mendukung Perjuangan Buruh”. Front Mahasiswa Nasional membawa poster bertuliskan penolakan hukuman mati untuk Mary Jane. Terdapat juga poster menuntut pembebasan penyidik KPK, Novel Baswedan. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia Cabang Yogyakarta menyebarkan selebaran yang berisi: 1. Mendukung pemberian ASI eksklusif (0-6 bulan) yang merupakan hak asasi bayi, 2. Berikan hak cuti melahirkan selama 6 bulan, 3. Penuhi hak menyusui bagi perempuan pekerja, 4. Sediakan ruang laktASI di tempat kerja, dan 5. Berikan edukASI bagi pekerja menyusui. Sementara itu KPO PRP membagikan selebaran dan menjual koran “Arah Juang”. Selebaran KPO PRP Yogyakarta mengkritisi seruan pembangunan partai alternatif yang digaungkan oleh Gerakan Buruh Indonesia (GBI).

Setelah massa aksi berkumpul—berbaris rapi dan para pemimpin masing-masing organisasi yang terlibat aksi massa berkoordinasi, mereka bergerak di sepanjang Jl. Mailioboro, menuju DPRD Yogyakarta, Kepatihan-Gubernuran (Pusat Pemerintahan Kota Yogyakarta), dan Gedung Agung. Di masing-masing tempat tersebut, massa aksi, yang diwakili oleh berbagai macam organisasi berorasi.

Di depan DPRD DIY Korlap dengan lantang berteriak kepada aliansi yang merayakan Mayday di halaman gedung dengan bersenang-senang, berjoget, dan bagi-bagi dorprize. Seperti May Day tahun kemarin, Aliansi Buruh Yogyakarta juga menyelenggarakan jalan santai. “Di sini kita dalam rangka berjuang, di sini kita tidak menyelenggarakan karnaval, di sini kita tidak bersenang-senang dan berjoget yang mencerminkan ketiadaan pemikiran kritis, pikiran yang tumpul kawan-kawan. Di sini kita menjadi manusia yang berpendidikan, bukan menjadi pecundang tetapi pejuang kawan-kawan. Bukan untuk menjilat pantat pengusaha! Rebut alat-alat produksi dari mereka. Dan yang menjadi kekuatan untuk merebut alat produksi adalah persatuan kawan-kawan!! …hari buruh bukanlah hari untuk membungkam suara-suara tertindas kaum buruh dengan kamulase joget bokong berdosa dan bagi-bagi doorprize! Uang untuk bersenang-senang dan bagi-bagi doorprize itu punya siapa kawan-kawan..?!! Itu uang rakyat kawan-kawan! Itu uang rakyat yang mereka tindas!”

Di sela-sela hiruk-pikuknya massa aksi, di bawah terik matahari yang menikam kepala, massa aksi menyanyikan lagu internasionale, “bangunlah kaum yang tertindas, bangunlah kaum yang lapar. Kehendak mulia dalam dunia senantiasa bertambah besar …dunia sudah sudah berganti rupa untuk kemenangan kita…”

Di depan gedung DPRD DIY perwakilan organisasi Betor (becak motor) berorasi. Becak motor di Yogyakarta, menurut sang orator, dianggap sebagai sampah yang harus di bersihkan di daerah Yogyakarta, mereka ditangkapi, di razia oleh polisi.

Orasi juga diberikan oleh perwakilan dari AJI (Aliansi Jurnalistik Indonesia) Yogyakarta. Dalam orasinya AJI menolak upah murah jurnalistik. Aliansi buruh gendong Yogyakarta pun tidak ketinggalan membacakan puisi menggugat pada perayaan Mayday itu. Setelah perwakilan dari buruh gendong membacakan puisi menggugat, tiba gilirannya perwakilan dari organisasi Pekerja Rumah Tangga (PRT) menyampaikan orasi menuntut segera di sahkannya Undang-undang perlindungan pekerja rumah tangga.

Dalam kesempatan ini, Asosiasi Ibu Menyusui Cabang Yogyakarta, menyampaikan orasi menuntut kepada pengusaha dan pemerintah untuk memberikan hak dan fasilitas kepada ibu-ibu menyusui, 6 bulan untuk menyusui anak-anak mereka yang baru lahir.

Dalam kesempatan itu juga berorasi: Erwiana. Erwiana adalah buruh migran, yang merupakan salah satu contoh konkret dari korban pemerintahan Indonesia terhadap buruh-buruh migran. Pemerintah Indonesia, sampai dengan saat ini, hanya bisa mengirim [sebagai barang dagangan] buruh-buruh migran ke luar negeri, tanpa memberikan perlindungan kepada mereka, tanpa memberikan hak-hak kepada mereka, seperti hak atas gaji, hak untuk libur, dan perampasan upah yang dari dulu hingga hari ini masih terus dilakukan.

Hari pun semakin siang dan saat menunaikan Sholat Jum’at bagi massa aksi yang beragama islam pun tiba. Orasi-orasi segera dihentikan. Ceramah sebelum sholat Jum’at pun diberikan di atas mobil pickup. Setelah itu sholat jum’at di jalanan malioboro, di depan Gedung Agung, dengan beralaskan berbagai spanduk dan bendera aksi massa dilaksanakan dengan khusuk.

Setelah sholat jum’at berjamaan dilakukan, orasi pun dilanjutkan oleh berbagai organisasi yang tergabung dalam aliansi aksi massa Mayday 2015. Salah satu hal yang menarik yang disampaikan oleh perwakilan dari organisasi Perempuan Mahardika, di akhir orasinya, mengatakan, dengan mengutip perkataan dari Cut Nyak Dien, “kita terlahir dengan berlumuran darah, dan mati juga harus berlumuran karena melakukan perlawanan terhadap penindas negeri ini.”

KPO-PRP menjelaskan tentang program minimum demokratisasi dan redistribusi kekayaan nasional yang harus dibawa oleh sebuah partai massa buruh. Program itu sudah terbukti tidak dapat dibawa oleh para elit-elit birokrasi serikat buruh. Karena elit-elit itu lebih senang berkolaborasi dengan borjuis dan mencengkram gerakan buruh. Sedangkan perubahan dan pembebasan sejati klas buruh dan rakyat membutuhkan penghancuran kapitalisme dan pembangunan tatanan masyarakat baru. Perjuangan yang hanya dapat dicapai dengan sebuah partai revolusioner.

Setelah orasi-orasi disampaikan oleh tidak kurang dari wakil-wakil dari 40 organisasi massa, aksi massa Mayday 2015 pun ditutup dengan joget ca-ca-goyang dombret dari ibu-ibu buruh progresif. Goyang dombret dari ibu-ibu ini seakan menunjukkan, kalau berjoget dan berdombret itu hal yang sah-sah saja. Dengan kata lain tidak diharamkan dalam perayaan Mayday. Namun, yang harus menjadi catatan adalah jangan sekali-kali hal itu mengaburkan bahkan mengubur esensi dari perjuangan kelas buruh, baik di ranah ekonomi maupun politik.

Pukul 14.30 WIB (jam setengah tiga sore) aksi massa diakhiri. Dan massa aksi ada yang pulang ke rumah masing-masing dan ada yang bergabung dengan aksi massa di tempat lainnya (isman & imk)

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: