Teori

Mitos Kehidupan Pribadi Di Bawah Kapitalisme

ditulis oleh Susan Rosenthal

Sebagai anak kecil, kita menghitung setiap hari ulang tahun, tidak sabar ingin menjadi orang dewasa sehingga kita dapat melakukan apa yang kita inginkan dan membuat keputusan sendiri. Setelah dewasa, kita menemukan bahwa kebebasan orang dewasa adalah ilusi. Impian masa kecil kita tentang kehidupan yang mengasyikkan digantikan dengan pekerjaan yang tidak pernah berakhir dan sedikit yang bisa dinikmati. Kita merasa seperti gagal. Kesalahan apa yang kita lakukan? Jawabannya adalah – tidak ada. Kita tidak berbuat salah. Ini adalah bagaimana kapitalisme berfungsi.

Seperti tempat perjudian yang besar, kapitalisme menjanjikan banyak hal dan memenuhi sedikit. Beberapa orang menjadi kaya raya, menguatkan kembali mitos bahwa anda dapat mencapainya. Tapi permainan ini dicurangi oleh kelas kapitalis. Semakin kita bekerja keras, semakin mereka kaya raya, dan semakin kita sakit. Seperti dalam setiap penipuan, kapitalisme harus membuat para pecundang menerima kekalahannya, agar mereka tidak mengorganisir diri untuk mengakhiri penipuannya. Mempromosikan fiksi tentang pilihan pribadi membuat kita salah arah dengan menyalahkan diri kita sendiri.

Kapitalisme telah menyempurnakan seni membuat sesuatu tampak berbeda dari bagaimana yang sebenarnya. Seolah-olah kerja dan personal adalah dua lingkup yang terpisah: lingkup ekonomi dari kerja di mana kita memenuhi kebutuhan materi kita; dan lingkup pribadi dari keluarga, persahabatan, cinta, minat dan hobi di mana kita memenuhi kebutuhan emosional kita.

Juga seolah-olah aturan yang berbeda berlaku di setiap lingkup yang berbeda. Lingkup kerja dibentuk oleh ekonomi kapitalisme, sementara kehidupan pribadi tampaknya dibentuk, bukan oleh kapitalisme, tetapi oleh psikologi dan dinamika interpersonal. Model lingkup-ganda ini mengarah ke solusi ganda: revolusi ekonomi untuk merubah kerja; dan sebuah revolusi personal yang terpisah untuk mengubah hubungan kita.

Pada kenyataannya, hanya ada satu lingkup, kapitalisme, yang kita alami secara sosial dan individual – satu lingkup dengan dengan satu solusi. Penekanan liberal pada pilihan pribadi menyembunyikan dampak kapitalisme sebagai sebuah sistem sosial dan mengalihkan buruh dari kepentingan kelas bersama.

Buruh

Di bawah sistem agrikultur feodal, kerja dan kehidupan personal diintegrasikan bagi kelas yang bekerja. Mereka tinggal bersama orang yang bekerja bersama mereka. Kapitalisme secara fisik menyingkirkan produksi dari keluarga, menciptakan ruang terpisah dari kerja yang kita sebut sebagai “kehidupan pribadi” atau “waktu luang”. Faktanya, tidak ada yang gratis, karena kehidupan buruh didominasi oleh tuntutan kapitalisme: untuk mempersiapkan diri kita bekerja, untuk bolak-balik dari dan ke tempat kerja, untuk memulihkan diri setelah bekerja, dan untuk membesarkan generasi buruh berikutnya.

Pekerjaan reproduktif ini tidak menguntungkan bagi kapitalisme, tetapi produksi berhenti tanpanya. Hal ini menjadi jelas selama Revolusi Industri, ketika kerja pabrik tanpa henti membuat angka kematian melonjak dan angka harapan hidup buruh di Inggris turun menjadi 18 tahun. Sesuatu harus dilakukan untuk melindungi pasokan tenaga kerja.

Kelas kapitalis bisa memastikan aliran buruh baru dengan mendanai pusat penitipan bayi dan anak, dapur kolektif dan tempat tinggal bersama. Tetapi tidak ada keuntungan dalam menyediakan pelayanan sosial tersebut, dan kelas buruh tidak cukup kuat untuk menuntutnya.

Pilihan lain adalah untuk membuat individu bertanggung jawab atas reproduksi. Undang-undang disahkan untuk membatasi kemungkinan perempuan dan anak untuk bekerja. Laki-laki dibayar “upah keluarga” dan membuat bertanggung jawab secara hukum untuk menghidupi perempuan dan anak. Langkah-langkah ini menempatkan pria sebagai kepala keluarga. Orang tua dibuat bertanggung jawab secara hukum atas anak mereka. Perceraian dibatasi dan homoseksualitas laki-laki dilarang.

Gereja mendukung negara dengan mengutuk perzinahan, perceraian, seks di luar nikah, anak di luar nikah, kontrasepsi, homoseksualitas, dan dengan menguduskan subordinasi istri kepada suami dan anak kepada orangtua. Akibatnya, keluarga modern dibangun dengan melarang alternatif apapun.

Keluarga kelas buruh memiliki satu fungsi, reproduksi – reproduksi harian energi buruh, dan reproduksi generasi buruh selanjutnya. Jika kau menyingkirkan selubung romantis dari pernikahan, pada dasarnya adalah sebuah kontrak di mana dua orang setuju untuk mengurus satu sama lain dan keturunan mereka, karena masyarakat tidak akan melakukan itu.

Fungsi reproduktif yang dahulu disediakan desa (dukungan emosional, sosial dan materi) sekarang menjadi tanggung jawab dari pasangan pernikahan. Konsep “cinta romantis” diciptakan untuk mendukung pergeseran ini. Novel percintaan pertama muncul pada tahun 1740, dan Jane Austen mempopularkan genre tersebut pada awal 1800-an. Hari ini, mempromosikan cinta romantis adalah industri multi-miliar dolar. Namun, tingginya tingkat perceraian dan keretakan hubungan membuktikan bagaimana hampir mustahil untuk satu orang memenuhi semua kebutuhan orang yang lain.

Kapitalisme tidak mengharuskan buruh untuk dicukupi dan direproduksi dalam keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara lain. Budak dapat dieksploitasi sampai mati dan digantikan budak baru. Banyak perusahaan agrikultur, perkayuan dan pertambangan mendirikan kamp untuk merawat buruh yang keluarganya tinggal jauh. Dan reproduksi kerja narapidana sepenuhnya didanai oleh negara. Namun, kapitalisme lebih memilih sistem keluarga karena keuntungan finansial dan politiknya. Secara finansial, nilai global dari kerja rumah tangga yang tidak dibayar diperkirakan lebih dari £ 7 triliun (11 triliun USD) per tahun. Secara politis, keluarga berfungsi sebagai unit sosialisasi penting dari kapitalisme.

Keluarga modern dipelihara dengan mengorbankan perempuan buruh. Sama seperti kapitalisme membutuhkan rasisme untuk menjalankan perbudakan Afrika, kapitalisme membutuhkan seksisme untuk menolak jaminan sosial untuk membesarkan anak.

Seksisme

Seksisme mendiktekan bahwa peran utama perempuan adalah untuk melahirkan anak, dan untuk menegakkan bahwa perempuan kelas buruh tidak memiliki hak untuk mengendalikan jika, kapan dan dalam kondisi apa mereka memiliki anak. Kurangnya kontrol reproduksi, cuti hamil tidak memadai, tidak ada jaminan kerja setelah kehamilan, dan upah yang lebih rendah bergabung untuk membuat sebagian besar perempuan secara finansial tergantung pada laki-laki yang memiliki upah lebih tinggi.

Seksisme juga mengikat laki-laki pada sistem keluarga. “Kewajiban keluarga” mengikat laki-laki pada pekerjaan yang mungkin akan mereka tinggalkan. Pria diharapkan untuk menghidupi perempuan dan anak, bahkan setelah mereka meninggalkan satu keluarga dan membentuk lainnya. Dan “dead-beat dads” di Amerika Utara dapat mengakibatkan hukuman penjara karena tidak membayar tunjangan anak. Sama seperti perempuan terikat pada peran mereka sebagai orang tua di dalam rumah, laki-laki terikat pada peran mereka sebagai pencari nafkah di luar rumah. Survei di AS baru-baru ini menemukan bahwa dua pertiga ayah akan lebih memilih untuk membagi tanggung jawab pengasuhan anak dengan pasangan mereka. Namun, hanya 14 persen laki-laki Amerika berhak untuk mendapatkan cuti parental yang diupah.

Menghilangkan cuti parental yang diupah untuk laki-laki mengasingkan mereka dari anak-anaknya dan memaksa perempuan untuk menanggung beban lebih untuk merawat anak, dengan hasilnya upah yang lebih rendah. Adalah mitos bahwa kita memilih untuk hidup dalam keluarga; kita terkunci ke dalamnya. Untuk menggerakan rumah itu, sistem hukum menghukum mereka yang mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman besi keluarga. Pasangan yang akan bercerai dipaksa melalui rintangan hukum mahal dan menyayat hati. Orang tua yang mengabaikan tanggung jawab pengasuhan anak mereka dapat dituntut secara hukum. Anak-anak muda yang melarikan diri dari rumah dapat secara paksa dikembalikan ke keluarga mereka, ditempatkan dalam keluarga lain atau dikurung di pusat penahanan. Kaum gay terus menjadi korban diskriminasi, kekerasan dan pembunuhan.

Kurangnya layanan sosial memaksa ketergantungan seumur hidup pada keluarga. Mereka yang sakit, terluka, menganggur, patah atau bermasalah diharapkan bergantung pada keluarga mereka. Dukungan sosial sengaja tidak memadai dan bersifat menghukum sehingga hanya yang putus asa akan menggunakannya. Sebagai hasilnya, sebagian besar dari kita dipaksa untuk menyediakan layanan perawatan pribadi untuk anak atau orang tua seumur hidup kita.

Roman

Untuk membuat kurangnya alternatif lebih bisa diterima, roman, pernikahan, dan keluarga dipromosikan sebagai cara terbaik, satu-satunya cara, untuk hidup. Sebagai anak kita semua belajar lagu:

“John dan Maria duduk di sebuah pohon. B.E.R.C.I.U.M.A.N. Pertama datang cinta, kemudian datang pernikahan, kemudian datang bayi di kereta bayi.” (dalam urutan itu.)

Tentu saja, keluarga reproduktif dapat mengambil bentuk yang berbeda: keluarga campuran terdiri dari orang tua yang berpisah, orang tua tunggal, orang tua gay. Kita terbiasa berpikir bahwa pernikahan gay mengancam kapitalisme, tetapi tidak. Miliarder Partai Republik AS, Paul Singer menyebut pernikahan gay sebagai “sebuah perluasan stabilitas sosial, stabilitas keluarga, dan stabilitas dalam membesarkan anak.”

Keluarga mereproduksi peran dan ekspektasi kelas. Juga mereproduksi peran gender. Pertanyaan pertama yang ditanyakan tentang bayi yang baru lahir adalah apakah dia laki-laki atau perempuan. Jawabannya akan menentukan bagaimana anak itu akan diperlakukan, dan diharapkan untuk berperilaku, selama sisa hidupnya. Karena perempuan bertugas utama untuk membesarkan anak, anak perempuan disosialisasikan untuk menjadi baik hati, lembut, sabar, penuh kasih sayang, pengasuh, reseptif, altruistik, diinvestasikan dalam penampilan mereka, tunduk kepada laki-laki, secara seksual sederhana dan setia.

Karena laki-laki diharapkan untuk menjadi pencari nafkah keluarga (dan ikut dalam perang), anak kecil disosialisasikan untuk disiplin, kuat, kompetitif, ambisius, logis, independen, siap melawan, pelindung perempuan, dan tidak homoseksual. Peran gender pria mendorong persaingan dan pertempuran, membuat laki-laki tidak dilengkapi untuk hubungan intim dan mengasuh anak. Peran gender tak terelakkan bahkan di kalangan kaum gay, yang ditekan, dan menekan satu sama lain, untuk mengadopsi peran ini.

Peran

Peran gender laki-laki dan perempuan sepenuhnya berlawanan. Laki-laki diharapkan untuk memiliki rambut di tubuh mereka; perempuan ditekan untuk menghilangkan rambut tubuh mereka. Laki-laki dengan nafsu seksual yang kuat adalah jantan; jika perempuan adalah pelacur. Hampir segala sesuatu dalam hidup kita, dari warna yang kita sukai, pakaian yang kita kenakan, hadiah yang kita terima, hobi yang kita nikmati, didefinisikan dengan gender, sehingga perempuan akan menolak setiap bagian dari diri mereka sendiri yang dianggap maskulin, dan pria akan menolak setiap bagian dari diri mereka sendiri yang dianggap feminin.

Peran gender yang ketat membuat mustahil bagi siapa saja untuk menjadi manusia yang utuh. Anak laki-laki yang secara emosional sensitif dipermalukan sebagai banci atau pengecut. Anak perempuan yang percaya diri, asertif dipermalukan dengan sebutan galak, suka memerintah, jalang atau menyebalkan. Setelah memampatkan diri kita pada peran gender yang menyesakan ini, kita diharapkan untuk berpasangan dengan seseorang dari lawan jenis yang menampilkan karakteristik yang seumur hidup kita tolak dalam diri kita sendiri. Ini bukan resep untuk keberhasilan.

Ekspektasi gender yang mustahil menciptakan kekecewaan yang menghancurkan. Perempuan dibesarkan untuk melihat laki-laki sebagai juara dan seorang pangeran yang akan membuat mimpinya menjadi kenyataan. Ketika dia menemukan bahwa si laki-laki tidak dapat melakukan ini, dia mengekspresikan ketidaksetujuannya atau mundur dengan putus asa. Laki-laki mendapatkan pesan bahwa ia tidak pantas. Bagaimana bisa? Laki-laki dibesarkan untuk mengharapkan pasangan hangat penuh perhatian yang selalu siap untuk seks. Apa yang ia dapat adalah pasangan kelebihan kerja, kelelahan dan sering menjengkelkan. Keduanya menyalahkan diri sendiri, dan keduanya saling menyalahkan. Namun keduanya bukan yang bersalah.

Kapital paling efektif dihisap dari buruh yang tidak mempertanyakan eksploitasi mereka, mereka yang “mind their better” (mencontoh yang lebih baik) dan “keep their noses to the grindstone” (bekerja keras banting tulang).

Bagi mayoritas kelas buruh, ketaatan dituntut, mempertanyakan adalah terlarang dan pembangkangan dihukum. Anak-anak menimbulkan masalah bagi kapitalisme, karena anak-anak adalah ilmuwan alami. Mereka ingin tahu “mengapa?” tentang segala hal. Dan ketika mereka tidak menyukai jawabannya, mereka terus bertanya “mengapa?” Pertanyaan terus menerus dari setiap generasi baru adalah berkah, kesempatan untuk memikirkan ulang segalanya. Tidak ada yang lebih subversif.

Agar anak-anak menerima ketidakadilan kapitalisme, semangat ingin tahu mereka harus dihancurkan agar tunduk. Proses ini dimulai dari keluarga, diperkuat di sekolah dan dikonsolidasikan di tempat kerja.

Ketika dihadapkan dengan pertanyaan anak “mengapa?” kebanyakan orang dewasa terlalu stres, terlalu takut atau terlalu malu untuk menjawab. Frustasi orang dewasa mengatakan kepada anak-anak bahwa mempertanyakan tidak dapat diterima. Semua memang begitu adanya… karena.

Alami

Ketika mempertanyakan tidak dapat diterima, kita menyimpulkan bahwa bagian mempertanyakan dalam diri kita tidak dapat diterima. Setelah seumur hidup menekan pertanyaan-pertanyaan kita sendiri, rasanya alami untuk menekan pertanyaan anak kita. Mereka harus melakukan seperti yang kita katakan dan tidak membantah. Bagaimanapun juga, itu “untuk kebaikan mereka sendiri.”

Sebagai anak, kita belajar bahwa kita “baik” ketika kita patuh dan “buruk” ketika kita tidak patuh. Kasih dan penerimaan menjadi syarat untuk melayani orang yang memiliki kuasa atas diri kita. Laki-laki dan perempuan menerima pesan ini melalui filter ekspektasi gender yang berbeda, tetapi berlaku untuk keduanya. Anak perempuan diharapkan untuk menempatkan kebutuhan orang lain sebelum kebutuhan mereka sendiri; anak lelaki diharapkan untuk “mengambil apa yang diberikan” ke titik mempertaruhkan nyawa mereka untuk majikan dan pejabat yang lebih tinggi.

Mengubah anak yang ingin tahu menjadi mesin patuh, produksi dan reproduksi memerlukan proses mempermalukan yang gigih yang memaksa kita untuk menolak setiap bagian dari diri kita sendiri yang mungkin memberontak: keingintahuan kita, kebutuhan kita untuk didengar dan dihargai, dan kebutuhan kita untuk secara aktif membentuk kehidupan kita dan dunia kita. Sebagai hasilnya, kita tidak bisa menjadi manusia yang utuh. Ketika kita percaya bahwa bagian dari diri kita tidak layak, kita malu untuk menunjukkan diri kita sendiri, dan hubungan kita tetap dangkal dan tidak kukuh.

Ketika kita tidak dapat memperlihatkan siapa diri kita, kita tidak dapat memercayai bahwa kita dicintai untuk siapa diri kita. Upaya untuk mendapatkan cinta melalui penampilan, prestasi atau status ditakdirkan untuk gagal karena cinta bersyarat adalah, menurut definisi, tidak kukuh. Dan ketidakkukuhan dalam nilai kita dan dalam hubungan intim kita membuat kita sengsara. Ketika kita merasa kosong dan kesepian, kita menyalahkan diri kita sendiri, dan kita saling menyalahkan. Menyalahkan diri sendiri menyebabkan lebih banyak rasa malu, kepercayaan diri yang rendah, kecemasan, depresi, dan kecanduan untuk mati rasa. Menyalahkan satu sama lain menciptakan bentuk lain dari neraka.

Melucuti selubung romansa dari keluarga tipikal mengungkap dua orang yang disosialisasikan untuk menjadi berlawanan, berdesakan dalam kotak, ditekan oleh standar hidup yang menurun, hutang yang meningkat dan ketidakamanan sosial. Mereka diharapkan membesarkan anak, yang memiliki banyak kebutuhan, dan melakukan ini tanpa dukungan dari luar. Tambahkan serangan pengangguran, cedera, atau penyakit. Tambahkan beberapa kerabat yang bergantung. Kemudian buat sulit bagi mereka untuk pergi. Bersikeras bahwa mereka memecahkan masalah mereka sendiri, dan jika mereka tidak bisa, maka itu pasti kesalahan mereka atau pasangan mereka. Ini adalah resep untuk bencana, sebagai tekanan yang tak henti-hentinya menumpuk hingga titik ledakan.

Kekerasan

Secara luas diasumsikan bahwa kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh laki-laki yang mendominasi perempuan dan anak. Ini sebagian benar. Penghinaan sehari-hari dalam pekerjaan menghasilkan kemarahan yang dilepaskan di rumah. Peran sebagai pencari nafkah menyebabkan kemarahan ketika laki-laki bekerja terlalu keras untuk bayaran yang terlalu sedikit. Peran gender mendikte bahwa pria tidak boleh needy. Akumulasi kebutuhan tak terpenuhi menyebabkan beberapa laki-laki meledak dalam frustrasi atau mengamuk yang menutupi depresi dan keputusasaan yang mendasarinya.

Sementara stereotip seksis menggambarkan perempuan sebagai korban daripada agresor, perempuan sama-sama mampu menyerang pasangan mereka. Antara 17 dan 45 persen dari lesbian melaporkan setidaknya satu tindakan kekerasan fisik yang dilakukan oleh pasangan perempuannya. Sebuah survei AS baru-baru ini menemukan bahwa satu dari empat perempuan dan satu dari tujuh laki-laki mengalami kekerasan fisik parah dari pasangan intimnya, itu termasuk dipukul, dipukuli, atau dibenturkan terhadap sesuatu. Sebuah survei Kanada menemukan bahwa laki-laki dan perempuan menghadapi risiko kekerasan yagn sama dari pasangan intimnya. Sistem hukum menyangkal realitas kekerasan dalam rumah tangga, memenjarakan pasangan yang menyerang atau membunuh satu sama lain, bahkan ketika membela diri.

Sementara gerakan perempuan menyediakan layanan korban bagi perempuan, dia menolak untuk mengakui laki-laki korban kekerasan dalam rumah tangga. Keyakinan keliru bahwa hanya perempuan yang menjadi korban membuat lebih sulit bagi korban laki-laki untuk maju. Laki-laki yang diserang oleh perempuan ditertawakan. Keyakinan palsu bahwa perempuan melakukan kekerasan hanya dalam pembelaan diri berarti bahwa laki-laki yang memanggil polisi ketika perempuan melakukan kekerasan kemungkinan akan ditangkap juga. Hampir tidak ada tempat penampungan untuk laki-laki yang mengalami kekerasan. Dan banyak laki-laki tidak akan meninggalkan pasangan perempuannya yang melakukan kekerasan karena takut tidak akan melihat anak-anak mereka lagi.

Keluarga menyebarkan kekerasan. Anak-anak dari orang tua yang melakukan kekerasan seribu kali lebih mungkin melakukan kekerasan pada pasangan dewasanya nanti, dan anak perempuan dari orang tua yang melakukan kekerasan enam ratus kali lebih mungkin melakukan kekerasan terhadap pasangan dewasa mereka. Anak-anak yang di-bully di rumah lebih cenderung melakukan bullying atau di-bully di sekolah.

Penganiayaan dan Pelecehan

Kekerasan terhadap anak-anak merajalela dalam sistem keluarga kapitalis. Kita tidak bisa tahu seberapa merajalela, karena itu terjadi di balik pintu tertutup, sebagian besar tidak pernah dilaporkan, dan orang dewasa cenderung menormalisasi apa yang mereka alami sebagai anak.

Ketika diabaikan, mereka menyimpulkan bahwa mereka tidak pantas mendapatkan yang lebih baik. Ketika secara fisik diteror, mereka akan merasionalisasi: “Iya, aku dipukul. tapi aku pantas mendapatkannya.” Menurut studi Adverse Childhood Experiences lebih dari satu dari empat orang dewasa Amerika tinggal dengan alkohol atau kecanduan obat-obatan di rumah masa kecil mereka, 28 persen mengalami kekerasan fisik saat anak-anak dan 21 persen menderita kekerasan seksual.

Beban merawat anak bisa sangat luar biasa. Ibu-ibu di Amerika bertanggung jawab setidaknya untuk 60 persen kematian anak yang disebabkan oleh kekerasan dan kelalaian. Kurang dari 40 persen kematian seperti itu diakibatkan oleh ayah saja. Orang dewasa yang disakiti dalam pengalaman masa kecil lebih banyak mengalami masalah kesehatan termasuk: alkoholisme; kecanduan, diabetes, obesitas, penyakit jantung, paru-paru dan hati; semua bentuk penyakit mental; lebih banyak patah tulang; pengangguran yang lebih tinggi; tingkat kanker yang lebih tinggi; sakit kronis; dan umur yang lebih pendek. Kemungkinan menderita masalah ini meningkat seiring jumlah dan keparahan pengalaman yang buruk.

Kapitalisme mempromosikan simpati untuk korban anak-anak dan mengadili pelaku dewasa. Tapi pelaku hari ini adalah korban kemarin. Sementara hanya sebagian kecil dari korban anak-anak yang menjadi pelaku saat dewasa, studi tentang mereka yang menjadi pelaku kekerasan mengungkapkan bahwa hampir semua mengalami trauma saat anak-anak. Kapitalisme tidak dapat mengakui bahwa sebagian besar pelaku adalah mantan korban, karena tidak dapat mengakui bahwa keluarga meneruskan trauma dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Beberapa anak-anak perempuan yang dilecehkan secara seksual menjadi predator seksual dewasa. Keyakinan seksis bahwa perempuan tidak akan pernah melakukan kekerasan terhadap anak-anak berarti bahwa pelaku perempuan jarang ditangkap, korban mereka tidak dipercaya, dan keduanya tidak disediakan perawatan yang efektif. Pelaku dewasa dapat dirawat, bukan dengan menghukum mereka tetapi dengan menghubungkan mereka dengan pengalaman menyakitkan mereka sendiri sebagai korban, pengalaman yang mereka kuburkan.

Sementara kapitalisme berpura-pura mendukung anak-anak korban kekerasan, pelakunya jarang disingkirkan dari rumah. Justru anak yang mengalami kekerasan dipindahkan dari rumah. Ini akan mengirimkan pesan bahwa anak-anak itu yang bermasalah, dan tidak memberikan sumbangan untuk melindungi anak yang lainnya. Menyingkirkan pelaku dari rumah memerlukan investasi sosial dalam perawatan tempat tinggal dan dukungan keluarga untuk menggantikan apa yang disediakan oleh pelaku. Agar tidak “membebani” masyarakat dengan kewajiban ini, anak-anak yang menjadi korban kehilangan keluarga mereka dan menderita rasa bersalah karena percaya bahwa keluarga mereka akan tetap bersama jika saja mereka tidak “mengatakan” (kekerasan yang terjadi).

Sistem hukum secara aktif menghambat anak-anak korban kekerasan yang muncul kedepan. Mereka yang bersuara, kembali mengalami trauma oleh pengacara dan hakim yang tidak percaya mereka, mengecilkan penderitaan mereka dan menyalahkan mereka karena kesengsaraan mereka sendiri. Sistem ini tidak dapat mendukung korban karena takut melepaskan banjir tuntutan hukum yang akan mengekspos berapa banyak anak-anak yang dilukai dalam keluarga mereka.

Kekerasan terhadap anak-anak dan terhadap lansia terhubung. Kurangnya dukungan sosial memaksa orang dewasa yang disiksa saat anak-anak untuk merawat orang tua yang lanjut usia. Tekanan memberikan perawatan dikalikan dengan kebencian yang mendalam karena harus merawat mereka yang memperlakukan anda dengan buruk. Kebencian ini dapat meledak menjadi kekerasan, seiring anak yang menderita membalas dendam kepada penganiaya mereka.

Menyalahkan

Keluarga adalah institusi kekerasan yang melayani masyarakat kapitalis yang penuh kekerasan. Namun epidemi kesengsaraan yang dihasilkan kapitalisme dengan kepalsuan diungkapkan sebagai kumpulan persoalan individu, pribadi dimana solusi paling baik dirawat oleh individu-individu dokter, terapis dan amal. Di bawah kapitalisme, masalah sosial diperlakukan sebagai kesulitan individu yang disebabkan oleh pilihan buruk, orang tua yang tidak bisa membesarkan anak, gangguan kimia otak, gen yang rusak, atau “kecelakaan”. Pada kenyataannya, upaya memperkirakan penyakit, cedera dan kematian dini terbaik adalah posisi anda dalam hirarki sosial. Semakin rendah posisi anda, semakin anda menderita.

Satu studi menemukan bahwa kematian tambahan yang disebabkan oleh ketimpangan pendapatan di 282 kota di Amerika melebihi gabungan hilangnya nyawa akibat kanker paru-paru, diabetes, kecelakaan kendaraan bermotor, infeksi HIV, bunuh diri, dan pembunuhan.

Meskipun banyak bukti besarnya kerusakan yang diciptakan oleh kapitalisme, kita diajarkan bahwa kesehatan adalah tanggung jawab individu. Ketika kita sakit atau menjadi difabel, artinya kita melakukan sesuatu yang salah, dan itu tanggung jawab kita untuk memperbaikinya. Untuk membantu kita memperbaikinya, industri farmasi akan menjual kita pil untuk setiap sakit. Dan industri self-help miliaran dolar akan menjual nasehat bagaimana kita dapat menjadi sehat di dunia yang sakit. Pesannya adalah bahwa siapapun yang tidak sehat atau tidak bahagia pasti melakukan sesuatu yang salah.

Pada kenyataannya, kapitalisme membuat hidup tak tertahankan. Diperkirakan 800.000 orang di seluruh dunia bunuh diri setiap tahun, dan satu jutaan lebih berupaya melakukan bunuh diri atau berharap mereka mati. Tidak bahagia adalah respon yang wajar karena dieksploitasi dan ditindas. Namun, kita tidak hidup dalam masyarakat yang wajar; kita hidup dalam masyarakat yang menyalahkan, mempermalukan di mana mereka yang tidak dapat bertahan, mereka yang di luar norma yang diharapkan, dan mereka yang memberontak distigma sebagai rusak.

Anda harus mengagumi kapitalisme karena kemampuannya untuk menipu. Kita dilahirkan dalam sebuah struktur keluarga represif di mana, sebagai anak-anak, kita sama sekali tidak memiliki kekuatan dan pilihan. Orang dewasa yang mengendalikan kehidupan kita kewalahan dan kehilangan, sehingga mereka tidak dapat memberi kita apa yang kita butuhkan. Pengalaman traumatis kita sebagai anak-anak membekas seumur hidup. Namun, kita diberitahu bahwa masalah kita adalah kesalahan kita sendiri dan bahwa kita bertanggung jawab untuk memecahkannya. Dan ketika kita pasti gagal, penghinaan ditambahkan. Kita disalahkan.

Liberalisme

“Lingkup personal” didominasi oleh liberalisme – keyakinan bahwa individu dapat mengubah masyarakat dengan mengubah perilaku mereka dan bahwa masalah sosial bertahan karena tidak cukup orang peduli. “Jadilah perubahan yang ingin anda lihat di dunia” berarti bahwa jika anda peduli tentang kelaparan, anda harus memberi makan seseorang. Seperti perintah dari Bunda Teresa, “jika anda tidak dapat memberi makan seratus orang, maka beri makan satu orang saja.” Faktanya kita bisa memberi makan seratus orang. Saat ini kami memproduksi lebih dari cukup untuk memberi makan semua orang di dunia. Orang tidak kelaparan karena tidak ada makanan; mereka kelaparan karena mereka miskin; dan mereka miskin karena kelas kapitalis menimbun kekayaan di atas masyarakat.

Kebanyakan orang peduli dengan orang lain dan ingin mengurangi penderitaan mereka. Kapitalisme mengubah perhatian ini menjadi sebuah industri amal menguntungkan yang muncul untuk mengatasi masalah sosial tanpa menantang sistem yang menciptakan masalah tersebut. Individu-individu didesak untuk berkontribusi pada bank makanan, mengumpulkan uang untuk penelitian penyakit, memberikan sumbangan untuk program olahraga anak atau komputer sekolah, dan sebagainya. Hasil akhirnya adalah untuk menurunkan ekspektasi dari apa yang dapat dicapai. Hanya beberapa orang mendapatkan makan, hanya beberapa penyakit yang diteliti, hanya beberapa anak bisa bermain olahraga, dan hanya beberapa sekolah mendapatkan komputer. Itu tidak cukup di dunia yang menghasilkan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap orang.

Pendapatan tahunan dari salah satu sepuluh besar orang terkaya di Amerika bisa membayar untuk akomodasi setahun untuk sekitar 663 ribu orang tunawisma di Amerika Serikat. Walmart adalah perusahaan retail terbesar di Amerika Serikat. Keuntungan tahun 2013 sebesar 16 miliar USD (£ 11 miliar) bisa menghilangkan kelaparan di Amerika. Dan triliunan dolar yang dihabiskan setiap tahun untuk perang dapat memastikan air bersih, kesehatan, pendidikan dan perumahan bagi semua orang di planet ini.

Solidaritas

Penekanan kapitalis pada pilihan pribadi bukan tentang siapa kita atau kita ingin menjadi apa. Ini adalah taktik politik untuk mengalihkan kita dari kepentingan kelas bersama. Kunci untuk memerangi perampasn adalah solidaritas kelas, bukan amal. Ketika kelas penguasa gagal memenuhi kebutuhan kita, kita harus meminta mereka bertanggung jawab, kita harus mengorganisir di setiap lingkungan, sekolah dan tempat kerja hingga kita mendapatkan apa yang kita butuhkan.

Strategi liberal untuk mengakhiri kebigotan antar kekerasan antar pribadi adalah dengan membersihkan diri kita dari pikiran dan perilaku yang tidak diinginkan. Pendekatan moralistik ini meningkatkan antagonisme antar personal dengan mempermalukan mereka yang gagal berperilaku dengan benar. Dan semua orang pasti gagal.

Kapitalisme adalah sistem sosial yang merembes ke setiap serat keberadaan kita; tidak ada bagian dari hidup kita atau hubungan kita yang tidak disentuh sistem ini. Dari lahir sampai mati kita dibenamkan dalam ideologi rasis, seksis, homofobia dan kelas. Tidak ada yang kebal terhadap dampaknya. Tidak mungkin untuk menghapuskan kebigotan dan kekerasan antar personal tanpa secara politis menantang sistem sosial yang melahirkan perilaku ini.

Seorang sosialis bukan manusia yang secara moral superior tanpa tanpa kelemahan. Seorang sosialis menentang kepercayaan dan perilaku yang memecah belah untuk meningkatkan kerja sama di dalam kelas buruh. Namun, tidak mungkin menciptakan perilaku kooperatif secara konsisten di bawah kapitalisme. Jika mungkin, kita tidak memerlukan revolusi sosialis.

Kapitalisme menekankan kehidupan pribadi, tetapi tidak dapat memenuhinya. Kehidupan personal membutuhkan waktu lepas dari pekerjaan dan sarana untuk menggunakan waktu itu sesuai dengan pilihan kita. Kapitalisme menciptakan kondisi yang berlawanan: kerja berlebihan dan perampasan. Seolah-olah ada dua lingkup yang berbeda dalam hidup karena memaksimalkan akumulasi modal membutuhkan produksi untuk disosialisasikan dan reproduksi untuk diprivatisasi. Pada kenyataannya, hanya ada satu bidang, kapitalisme, yang merangkul semua, sistem sosial yang sepenuhnya destruktif. Dan hanya ada satu solusi.

Umat manusia dapat berkembang dalam masyarakat yang didasarkan pada saling berbagi. Ketika kita berbagi kerja, setiap orang memiliki lebih banyak waktu luang. Ketika kita berbagi apa yang kita hasilkan, setiap orang memiliki akses ke apa yang ditawarkan masyarakat. Secara sosial mengintegrasikan produksi dan reproduksi akan menciptakan ruang untuk kehidupan pribadi yang bebas dari tuntutan keduanya. Ini adalah sosialisme yang kita dambakan.

Tempat penitipan anak kolektif adalah perlindungan terbaik untuk anak-anak. Dikelilingi oleh pengasuh, tidak akan ada anak yang terjebak dalam kotak dengan orang dewasa yang needy atau mengamuk. Dan ketika membesarkan anak adalah tanggung jawab sosial, tidak seorang pun akan dipaksa untuk hidup dengan orang lain. Sosialisme akan memungkinkan perempuan untuk mengontrol jika, kapan dan bagaimana mereka melahirkan anak. Tempat penitipan anak yang disosialisasikan ditambah dengan kontrol reproduksi akan membebaskan perempuan untuk menjadi setara dengan laki-laki.

Menggantikan sistem individu-keluarga dengan sistem kepedulian-sosial akan mengakhiri kebutuhan untuk karikatur gender. Anak-anak bisa berkembang menjadi manusia penuh dan lengkap yang membentuk hubungan mereka sesuai dengan yang mereka inginkan. Cara manusia mengatur hidup membentuk semua hubungan mereka. Menggantikan kapitalisme dengan masyarakat sosialis akan mengubah lebih banyak daripada ekonomi; akan mengubah orang yang menciptakan revolusi sosial, dan akan mengubah hubungan mereka dengan cara-cara yang hanya bisa kita bayangkan. Ini akan mengubah apa artinya menjadi manusia.

Kapitalisme telah membuat dunia menjadi tempat yang mengerikan. Sebagai perisai terhadap horor perang, eksploitasi, penindasan, kematian pelan-pelan akibat perubahan iklim, atau kematian cepat melalui holocaust nuklir, kita ditawari perlindungan “kehidupan pribadi”. Sementara dunia terbakar, kita diarahkan untuk berjongkok di rumah individu kita, di mana kita memiliki kekuatan yang paling sedikit untuk menantang kapitalisme. Kita tidak harus mematuhinya.

Kita memiliki beberapa pilihan pribadi di bawah kapitalisme. Kita dapat memilih untuk putus asa atau kita dapat memilih untuk memiliki harapan. Kita dapat memilih untuk menerima dunia sebagaimana adanya atau kita dapat memilih untuk memperjuangkannya. Kita bisa menyalahkan diri sendiri dan satu sama lain atas kesengsaraan kita atau kita dapat bersama-sama memenuhi kebutuhan setiap orang. Kita dapat bersembunyi di rumah kita atau kita dapat berjuang bersama kelas kita. Apa yang kita pilih akan menentukan nasib dunia.

Naskah diambil dari website Susan Rosenthal. Dapat diakses melalui The Myth of Personal Life Under Capitalism dimuat pada 17 Februari 2015. Diterjemahkan oleh Angel, anggota Lingkar Studi Kerakyatan

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: