Teori

Nestor Makhno: Kegagalan Anarkisme

Ditulis oleh Mick Armstrong[1] di jurnal Marxist Left Review Nomor 12 Musim Dingin 16.

Nestor Makhno, pemimpin partisan anarkis Ukraina, adalah salah satu pahlawan romantis besar dari anarkisme. Daniel Cohn-Bendit, seorang pemimpin Kiri Baru tahun 60an, dalam bukunya Obsolete Communism: The Left-Wing Alternative atau Komunisme Usang: Alternatif Sayap Kiri menyatakan bahwa: “Makhnovchina, mungkin lebih bak daripada gerakan lainnya, menunjukkan bahwa Revolusi Rusia bisa menjadi kekuatan pembebasan yang hebat.[2]” Kemudian Lucien van Der Walt dan Michael Schmidt dalam Black Flame: The Revolutionary Class Politics of Anarchism and Syndicalism atau Politik Kelas Revolusioner Anarkisme dan Sindikalisme, suatu buku yang dibaca luas dan berpengaruh di lingkaran-lingkaran anarkis, mengelu-elukan Platform Organisasional Komunis Libertarian yang dibuat Makno dan kolaborator dekatnya Peter Arshinov. Mereka dengan berlebihan mengklaim bahwa gerakan Makhnovis:

menciptakan ruang bagi berseminya revolusi anarkis di sebagian besar Ukraina selatan. Berbasiskan kaum tani miskin namun dengan tingkat substansial dukungan perkotaan, Revolusi Ukraina melibatkan pengambilalihan tanah skala luas, pembentukan kolektif-kolektif pertanian, dan pendirian swa-manajemen industrial, semua dikoordinasikan melalui federasi-federasi dan kongres-kongres soviet.[3]

Serupa dengan itu Anarchist FAQ atau Kumpulan Pertanyaan Anarkis menyatakan bahwa kaum Makhnovis membasiskan diri “pada gagasan-gagasan anarkis Soviet-Soviet Bebas” dan “melakukan semua yang mereka bisa untuk melindungi kemerdekaan serta otonomi kelas buruh.”[4]

Penghantaman Bolshevik terhadap Makhno dan penghancuran mereka terhadap pemberontakan Kronstadt 1921 bagi kaum anarkis adalah dua contoh kunci “Tirani Merah.” Kaum Bolshevik juga punya pandangan sama kerasnya terhadap kaum anarkis. Lenin mengutuk Makhno dan menyebutnya seorang “bandit” sementara Trotsky menyatakan bahwa:

Permusuhan terhadap kota menumbuhkembangkan gerakan Makhno, yang merampas dan menjarah kereta-kereta yang bertanda pabrik, perkebunan, dan Tentara Merah; yang menghancurkan rel kereta api; dan menembak para Komunis. Tentu saja, Makhno menyebutnya perjuangan anarkis melawan negara. Kenyataannya, ini hanyalah perjuangan kaum borjuis kecil melawan kediktatoran proletar.[5]

Makhno layak dipelajari, bukan hanya karena ia sosok sejarah kontroversial, tapi karena gerakannya menunjukkan dikotomi mendalam pada politik anarkis – jurang pemisahan antara teori utopis dengan praktik mereka. Karena banyak anarkis tidak lebih dari para pengkhayal romantis, kontradiksi ini tidak kelihatan tajam. Namun terlihat mencolok dalam kasus Makhno karena lebih dari segalanya, ia adalah aktivis yang mencemooh amatirisme dangkal kaum anarkis Rusia berbasis perkotaan. Memang di bawah tekanan-tekanan peristiwa, seorang pemimpin partisan seperti Makhno yang ingin memenangkan perang sipil berdarah-darah, harus semakin mencampakkan “prinsip-prinsip” libertariannya dan meniru metode saingan yang dibencinya: kaum Bolshevik.

Permasalahannya adalah meskipun ia meniru banyak metode organisasional Bolshevik, ia tidak, terlepas dari berbagai retorikanya, menganut pandangan dunia Marxis seputar pembebasan diri kelas buruh yang memberikan Bolshevisme muatan pembebasan dan revolusioner. Ia membangun tentara tani yang berdisiplin dan tersentralisir, membentuk korps perwiranya sendiri, dan mendirikan aparatus keamanan yang efisian secara brutal seperti Cheka (Vserossisykaya Chrezvychaynaya Komissiya po Bor’bye S Kontrrevolyutsiye i sabotazhem (disingkat Cheka) atau Komisi Darurat Seluruh Rusia untuk Melawan Kontra-Revolusi dan Sabotase) – badan polisi rahasia) nya Bolshevik. Dia menyiksa dan menembak tahanan-tahanan Tentara Putih maupun Tentara Merah, melarang partai-partai politik saingan serta membunuh aktivis-aktivis mereka.

Retorika anarkis bisa tampak sangat revolusioner dan “libertarian” di masa-masa non-revolusioner, tapi dalam pergolakan revolusioner tidak ada gunanya. Sebagaimana Trotsky kemukakan dalam konteks lainnya, teori anarkis seperti “jas hujan yang hanya bocor kalau hujan dengan kata lain dalam situasi-situasi ‘perkecualian’ tapi saat cuaca cerah tetap anti-air.”[6]

Latar Belakang

Nestor Makhno adalah petani dari desa besar Gulyai-Pole, dengan jumlah penduduk 20.000 sampai 30.000, di selatan Ukraina. Dia mempunyai sedikit pendidikan formal dan bekerja di perkebunan bangsawan lokal dan petani Jerman yang kaya dan bekerja sebentar di pabrik sebelum pada usia 17 tahun berhubungan dengan kelompok anarko-teroris lokal. Ini terjadi pada masa revolusi Rusia 1905-06, ketika pemberontakan petani di Ukraina termasuk yang paling keras dalam imperium. Rezim Tsar melepaskan gelombang represi untuk menghancurkan pemberontakan. Satu detasemen polisi berkuda dikirim ke Gulyai-Pole untuk menekan pertemuan dan meneror penduduk. Siapapun yang tertangkap di jalan dicambuk secara brutal. Langkah-langkah biadab ini meninggalkan bekas yang tak terhapuskan di kota dan menabur benih kerusuhan tersembunyi yang menginfeksi semua orang, terutama kaum muda.

Kelompok anarkis Gulyai-Pole terlibat dalam perampokan skala kecil untuk membiayai kegiatannya – sebuah mesin hektograf untuk mencetak selebaran, ditambah bom dan senjata api. Tetapi seperti ciri kelompok-kelompok teroris, kesalahan mulai terjadi. Seorang pemabuk yang terlalu banyak bicara harus dibunuh oleh salah satu dari teroris. Perampasan berikutnya mengakibatkan penembakan seorang polisi lokal yang populer. Seorang informan yang dikirim dari kota terdekat tertembak. Meningkatnya tindakan polisi membubarkan kelompok – beberapa orang terbunuh dalam baku tembak, beberapa dieksekusi dan beberapa yang lain dipenjara, termasuk Makhno yang pada tahun 1910 dihukum karena pembunuhan. Beberapa yang selamat melarikan diri atau bergerak di bawah tanah untuk mempertahankan sel anarkis agar tetap hidup.

Saat ditahan di Penjara Butyrki yang terkenal di Moskow, Makhno berada di bawah ayunan ideologis dari seorang anarkis yang lebih berpengalaman, Peter Arshinov. Arshinov, seorang rekan teroris anarkho, telah dipenjara karena meledakkan kantor polisi dan membunuh pejabat perkeretaapian. Keduanya dibebaskan lewat amnesti setelah revolusi Februari 1917, dan Makhno kembali ke desanya dengan dielu-elukan sebagai mantan tahanan politik. Melawan nasehat banyak anarkis lokal yang ingin berkonsentrasi pada kegiatan progpaganda dan menentang mengambil jabatan di organisasi pekerja atau petani, dia membantu menemukan serikat petani,  serikat pekerja lokal dan akhirnya sebuah soviet. Sebagai kepala soviet lokal dia segera membangun dirinya sebagai tokoh terkemuka dalam gerakan petani yang berkembang pesat.

Ukraina didominasi pedesaan dan secara industri kurang maju dibandingkan Rusia sendiri. Dari jumlah penduduk sekitar 33 juta pada tahun 1917, hanya 300.000 yang merupakan buruh industri.[7] Kelas buruh yang kecil terkonsentrasi di utara, sementara wilayah Makhno di selatan sangat banyak petani. Meskipun demikian, Ukraina merupakan tempat gandum penting dan pusat bahan baku untuk imperium Tsaris. Produksi pertaniannya berskala besar dan jauh lebih banyak diarahkan untuk pasar kapitalis. Persentase petani yang memenuhi kebutuhannya sendiri dan petani miskin terlihat lebih sedikit daripada tempat lain di imperium.

Revolusi di Ukraina sangat kaleidoskopis, dalam pengertian rumit dan berdarah. Revolusi tersebut menyaksikan kebangkitan nasionalisme Ukraina dan setelah revolusi Oktober kaum nasionalis borjuis kecil Rada merebut kekuasaan di Ukrainia. Namun demikian, dukungan petani pada kaum nasionalis sangat terbatas, dan pekerja di perkotaan, yang sebagian besar orang Rusia, Yahudi, atau Ukraina Rusia, memusuhi mereka. Ketika Garda Merah dari Rusia menyerang Ukraina pada Januari 1918, kelas buruh setempat bangkit mendukung serangan itu dan mengusir Rada, yang telah bersekutu dengan tentara German yang menyerang. Seperti yang diungkapkan sejarawan nasionalis Ukraina yang memusuhi kaum Bolshevik:

Pasukan tani Ukraina, yang terinfeksi oleh demagogi Bolshevik, nyatanya tercerai-berai, meninggalkan pertahanan ibu kota negara kepada mahasiswa dan pelajar gimnasium dan sedikit buruh yang berkesadaran nasional.[8]

Menjelang April 1918 tentara Jerman dan Austria yang maju telah melewati kekuatan revolusioner dan, dengan membebaskan bekas sekutunya Rada, memasang kediktatoran militer yang diketuai oleh Hetman Skoropads’kyi, pemimpin Kazaki. Sang Hetman (gelar politik dari Eropa Tengah dan Eropa Timur untuk komandan militer) menghadapi pemberontakan di kota-kota dan ketika dia membawa kembali tuan tanah lama dan berusaha merebut kembali tanah yang telah dirampas para petani, gelombang pemberontakan melanda pedesaan. Dalam perkembangan pemberontakan petani pada akhir 1918 Makhno, yang pada awalnya melarikan diri dari Ukraina menjelang merangseknya Jerman, mendirikan tentara partisannya sendiri. Dia memulai kampanye pembunuhan terhadap para perwira militer dan tuan tanah serta menjarah perkebunan mereka. Dia menyerang kereta api dan merampas harta para penumpang, serta mengeksekusi mereka yang menolak bekerja sama. Dalam insiden khas yang digambarkan oleh sejarawan nasionalis Ukraina Michael Palij, yang bersimpati kepada Makhno, Makhno menyerang sebuah kereta api Donskiye Kazaki, “melemparkan beberapa perwira Kazaki dari jembatan Kichkas ke sungai Dnieper”.[9] Uang rampasan dibagikan kepada para kombatannya dan para petani di desa-desa sekitar.[10] Namun demikian, desa-desa yang bekerja sama dengan orang Jerman dan Austria menjadi sasaran pembalasan yang biadab.[11]

Gerombolan Makhno adalah salah satu dari lusinan gerombolan petani dan perampok, yang sebagian besar terbentuk dari mantan tentara bersenjata (sebelum Oktober 1917 diperkirakan ada sekitar dua juta desertir di Ukraina) dan dipimpin oleh berbagai macam petualang dan tokoh-tokoh bandit. Gerombolan-gerombolan ini mewarisi beberapa tradisi komunitas militer independen Kazaki, yang sangat kuat di Ukraina bagian selatan. Gerombolan yang paling kuat, yang dipimpin oleh Hryhoriyiv, menurut sejarawan borjuis terkemuka Arthur Adams, terdiri dari sekelompok petani dan orang Kazaki yang di dalamnya didominasi oleh lapis tengah dan atas kaum tani, namun juga di dalamnya juga ada agitator politik, bajingan petualang, dan kriminal.”[12]

Karir oportunis Hryhoriyiv menggambarkan kecenderungan umum. Dia mulai sebagai perwira militer Tsar, yang didukung oleh rezim Hetman yang reaksioner, dan kemudian berpihak pada pemberontakan nasionalis yang menentangnya. Namun dengan runtuhnya tentara Jerman setelah revolusi Jerman pada akhir 1918, Hryhoriyiv mampu melihat ke arah mana angin berhembus. Kaum Merah bangkit kembali maka dia mendukung masuknya mereka yang kedua ke Ukraina pada Januari-Februari 1919. Pasukan partisannya menimbulkan kekalahan besar di pihak nasionalis dan sekutu terakhir mereka: Prancis (walaupun para buruh Soviet Nikolaev yang dipimpin oleh Bolshevik menentang Hryhoriyiv memasuki kota karena dia adalah “orang yang jelas-jelas busuk kelakuannya”).[13]

Baik kaum anarkis dan nasionalis Ukraina suka menggambarkan masuknya Tentara Merah pada tahun 1919 sebagai imperialis dan otoritarian. Namun demikian, pada saat itu hampir semua partisan lokal, termasuk Makhno, mendukung kaum Merah. Kenyataannya partisan Makhno bekerja sama dengan pemberontakan buruh yang dipimpin Bolshevik untuk merebut kota Ekaterinoslav dari kaum nasionalis.[14] Para buruh di kota-kota Ukraina bangkit untuk menyambut Pasukan Merah sebagai pembebas. Di Kharkov para buruh pro-Bolshevik membentuk Soviet, melancarkan pemogokan umum dan dengan dukungan tentara rendahan Jerman, mengusir seorang jendral nasionalis Ukraina sebelum datangnya kaum Merah. Kaum Bolsheviks didukung oleh penduduk Yahudi setempat yang menderita karena pembantaian terencana yang dipimpin kaum nasionalis. Selain itu, kaum Bolshevik pada awalnya mempunyai dukungkan yang luas di antara petani, yang memusuhi kaum nasionalis dan kini mereorganisasi diri sebagai Direktori, karena penolakan kaum nasionalis untuk menyita tuan tanah. Kaum nasionalis telah didiskreditkan di mata massa oleh aliansi mereka dengan kekuatan imperialis yang menyerang, pertama orang Jerman dan berikutnya orang Prancis.

… Direktori beraksi berarti penyensoran, penindasan militer, dan penguasaan oleh kelas menengah konservatif, kaum tani yang tergerak berbalik melawan Direktori dengan keganasan yang serupa dengan yang telah ditunjukkan Jerman dan Skoropadskyi.[15]

Menjelang Februari 1919 kekuatan nasionalis telah menyusut menjadi sekitar 21.000 saat massa petani bersenjata berpindah ke kubu Bolshevik, mencari solusi radikal untuk masalah-masalah sosial dan ekonomi mereka.[16] Kaum Bolsheviks bukanlah Tentara Merah yang menyerbu dari luar; pada kenyataannya mereka sedikit mendapat dukungan material dari Moskow. Karena itu komandan Tentara Merah Antonov-Ovseenko tidak punya pilihan kecuali “membangun tentaranya dari rakyat Ukraina”.[17] Seperti yang kemudian dinyatakan oleh pemimpin nasionalis Ukrainia Vynnychenko, “Jika kaum tani kita tidak bangkit melawan kita, pemerintah Soviet Rusia akan tidak berdaya menghadapi kita.”[18] Dalam periode inilah kekuatan Makhno dimasukkan ke dalam Tentara Merah dan memegang posisi kunci di depan melawan Tentara Putih yang berusaha menyerang Ukraina dari basis mereka di wilayah Donskiye Kazaki ke tenggara. Selama beberapa bulan berikutnya dia mempunyai hubungan yang cukup baik dengan kekuatan Bolshevik.

Namun demikian dalam perjalanannya pada 1919 kaum Bolsheviks menjadi semakin tidak populer di Ukraina. Kecilnya kelas pekerja Ukraina berarti mereka hanya memiliki basis sosial yang kecil dan terlalu bergantung pada para petualang seperti Hryhoriyiv yang memimpin berbagai gerombolan petani.[19] Selain itu, terlepas dari dukungan Lenin pada awal Juni 1917 “untuk otonomi dan untuk kebebasan sepenuhnya untuk pemisahan Ukraina”,[20] kaum Komunis setempat telah salah menangani masalah kebangsaan. Beberapa ultra-kiri, seperti  Piatakov, Bubnov dan Bosh, yang menganut posisi Luxemburgis yang menentang tuntutan bagi penentuan nasib sendiri nasional sebagai hal reaksioner, sementara elemen kanan lainnya mencerminkan prasangka terhadap bahasa Ukraina yang dominan digunakan di kalangan buruh perkotaan.[21] Meskipun Lenin susah payah memohon agar Bolshevik Ukraina menunjukkan kebijaksanaan ekstrem dalam menangani masalah kebangsaan, namun bahkan veteran Kristen Komunis Rumania Rakovsky, yang telah ditunjuk menggantikan Piatakov yang ultra kiri sebagai Presiden pemerintahan soviet Ukraina, secara terbuka mengolok-olok budaya Ukraina dan klik kecil intelektual yang dia tuduh telah “menemukan” bangsa Ukraina.[22]

Paling parahnya, kebijakan agraria Bolshevik memancing ketidakpuasan petani. Sekali lagi ini sebagian disebabkan oleh ultra leftisme dari Komunis Ukraina setempat. Mereka menganggap bahwa pertanian Ukraina, yang lebih kapitalistis dan berskala lebih besar daripada Rusia, sudah matang untuk kolektivisasi. Jadi, bahkan di hadapan tentangan dari Lenin, mereka tetap bersikeras mencegah petani dan buruh tani tak bertanah untuk membagi banyak dari perkebunan besar menjadi petak-petak kecil.

Namun demikian, faktor utama yang menghancurkan antusiasme awal massa petani pendukung Bolsheviks adalah permintaan gandum. Ukraina merupakan produsen gandum penting; tanpa makanan para pekerja Moskow dan Petrograd serta pasukan Tentara Merah akan kelaparan. Runtuhnya industri dan kekacauan Perang Sipil berarti sedikitnya barang industri yang bisa ditukar dengan gandum, maka pengambilan paksa menjadi penting. Awalnya bukan tindakan otoriter yang digunakan untuk mengumpulkan gandum, namun bahkan tindakan ini menimbulkan permusuhan. Semakin lama kaum Merah harus mengandalkan tindakan kejam untuk mendapatkan pasokan gandum yang terbatas untuk kota-kota yang kelaparan dari petani yang bermasam muka.

Makhnovisme dalam Praktiknya

Kaum anarkis seperti Van der Wait dan Schmidt dan Alexander Skirda membesar-besarkan kesukseskan pertanian kolektif dibandingkan kegagalan kolektivisasi Bolshevik. Nyataya bahwa hanya sebagian kecil yang tegabung di dalam kolektif Makhonivs – jumlah itu pun khusus anarkis yang sudah punya komitmen ideologis. Sedangkan massa petani segera menguasai petak-petak tanah garapan sebagai milik pribadi mereka sendiri-sendiri.[23] Bahkan ahli sejarah anarkis Volin, yang dulu menjadi penasihat politik Makhno, menyatakan saat itu tidak lebih dari ratusan keluarga saja yang melibatkan diri kedalam komune Makhnovis.[24] Makhno didalam memoarnya mengakui bahwa “massa tidak beralih” ke tatanan komunal bebas[25], sementara bahkan pendukung berat Makhno, seorang Anarkis Alexander Skirda mengatakan “mimpi indah dari ‘perusahaan koperasi’ bubar dengan perselisihan dan kebencian, atau bahkan ‘keputusasaan’ dimana pekerja komune berhenti kerja satu demi satu”[26]

Di satu sisi pendukung anarkis Makhno berdalih kegagalan dari komune-komune Makhnovis akibat keadaan-keadaan material yang sulit. Namun di sisi lain anarkis-anarkis seperti Van der Walt dan Schmidt dan Anarchist FAQ mengkritik dengan sengit argumen Bolsheviks yang menyatakan bahwa kenyataan material yang keras di Russia – kemiskinan massal, kehancuran akibat Perang Sipil dan banyak invasi imperialis-imperialis, keruntuhan produksi industri dan seterusnya- menjadikan hal yang mustahil bagi revolusi untuk segera membentuk masyarakat yang sepenuhnya bebas dan setara. Ini menunjukkan salah satu dari sekian banyak perbedaan kunci antara Marxisme dan Anarkisme. Marxisme bukan sekadar para pemimpi yang mengharapkan dunia yang lebih baik. Program politik Marxis dimulai dari kenyataan material konkret dimana kaum sosialis dihadapkan dan dengan itu berusaha mencari jalan maju bagi kaum terhisap dan tertindas.

Boshevik sadar dan mengakui bahwa tidak mungkin untuk membangun suatu masyarakat sosialis sejati berdasarkan dari ekonomi terbelakang Rusia yang porak-poranda. Satu-satunya jalan maju ialah menyebarkan revolusi kepada masyarakat-masyarakat kapitalis maju di Eropa barat. Seperti ucapan Troktsy:

Kita tempatkan semua harapan kita di atas kemungkinan bahwasanya revolusi kita akan memicu revolusi Eropa. Jika orang-orang Eropa yang memberontak tidak menghancurkan imperialisme, maka kita yang akan dihancurkan – dan ini pasti. Revolusi Rusia akan membangkitkan angin perjuangan di Barat, atau para kapitalis dari semua negara akan menghancurkan revolusi kita.[27]

Berbeda dengan itu Makhno adalah seorang pemimpi tidak berguna yang tidak memiliki program politik atau strategi untuk menanggulangi keterbelakangan masyarakat Rusia. Sebagaimana yang dikatakan sejarawan akademis Colin Darch, Makhno:

Tidak bisa secoretpun memperkenalkan ke Ukraina atau bahkan sekadar ke Guliai-Pole, suatu sistem sosio-ekonomi yang bertentangan dengan tenaga produksi. Baik Makhno maupun anarkis lainnya tidak bisa mengembalikan waktu ke komunisme primitif tingkat desa tanpa otoritas atau Negara, yang mana cuma itu sajalah satu-satunya pandangan mereka akan masa depan.[28]

Ini berarti bahwa Makhno tidak punya hal positif untuk ditawarkan.

Dalam praktiknya, setelah serangan ultra kiri awal terhadap petani kaya (termasuk pembunuhan-pembunuhan), Kaum Makhonovis mengabaikan prinsip kolektif dan mengakomodasi kepemilikan privat. Memang mereka menghentikan perang kelas antara kaum kaya dan kaum miskin serta tidak berupaya untuk menghapuskan kapitalisme di pedesaan.[29] Kaum Makhnovis mencoba menggalang seluruh populasi petani, baik yang kaya maupun miskin, di atas landasan permusuhan bersama terhadap “benalu-benalu” perkotaan. Sebagaimana dijelaskan Palij:

Makhno tidak melakukan upaya riil untuk menerapkan gagasan anarkis tentang masyarakat non-pemerintahan yang bebas. Para pengikutnya dan para petani mengerti slogan “kebebasan komune-komune anarkis” sebenarnya bermakna pertanian pribadi yang bebas dan swa-pemerintahan yang terdesentralisasi.[30]

Makhno pun semakin lama semakin memusuhi kaum Bolshevik, ini cerminan dari semakin meningkatnya ketidakpuasan kaum tani. April 1919 dia menangkap semua  pekerja politik Komunis yang berperasi dalam brigadenya.[31] Bagaimanapun juga karena ia takut membuka garis depan kepada Tentara Putih, dia menolak untuk meluncurkan pemberontakan terbuka melawan Tentara Merah. Jadi saat akhir April 1919 Hryhoriyiv memberontak melawan Bolshevik, Makhno awalnya mempertahankan sikap netralitas bersenjata.

Ciri utama pemberontakan anti-Bolshevik di Ukraina adalah pogrom (persekusi dan pembunuhan besar-besaran dilandasi rasisme) anti-Yahudi. Slogan umumnya “Mampuslah Yahudi dan Hancurkan Komunis.”[32] Hampir semua pemimpin partisan tani, khususnya Hryhoriyiv, terlibat dalam kebiadaban yang mengakibatkan puluhan ribu Yahudi terbunuh. Salah satu dakwaan umum yang diarahkan terhadap Makhno adalah pasukan-pasukannya juga menjalankan pogrom-pogrom anti-Semit. Ini bukan dakwaan yang hanya disampaikan oleh sumber-sumber Bolshevik namun juga oleh beberapa anarkis terkemuka seperti Alexander Shapiro.[33] Seksi-seksi pers  anarkis di pengasingan pada tahun 1920an terus menerbitkan artikel-artikel yang memuat dakwaan-dakwaan terhadap Makhno yang bertanggungjawab atas pogrom-pogrom anti-Yahudi dan ia sendiri secara publik mendebat isu ini saat berada dalam pengasingan di Paris.[34] Bagaimanapun suatu pemeriksaan terperinci terhadap bukti yang tersedia membuat penulis menolak dakwaan ini. Meskipun terdapat contoh-contoh tindakan-tindakan anti-Semit oleh para pengikut Makhno secara perorangan, posisi resmi gerakan jelas – siapapun yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas anti-Semit akan ditembak.[35] Mereka dengan tanpa ampun menerapkan kebijakan ini, bahkan Makhno sendiri sering menjalankan eksekusi tersebut.[36]

Satu keterangan tambahan yang patut dicantumkan di sini karena memberikan wawasan mengenai sifat asli pasukan-pasukan Makhnovis dan seberapa banyak mereka menganut prinsip-prinsip “Libertarian”. Di pertengahan tahun 1919, setelah dia telah putus sekutu dengan Tentara Merah, Makhno dalam waktu yang singkat sempat membuat perundingan untuk beraliansi dengan Hryhoriyiv, hanya untuk putus sekutu dengannya dan mengekskusinya atas anti-semitismenya. Pasukan-pasukan  Makhno dan pasukan-pasukan Hryhoriyiv mengadakan pertemuan bersama di Juli 1919. Menurut laporan dari saksi, Arshinov seorang teoritikus anarkis, Makhno mulai mengutuk Hryhoriyiv:

“Garda-garda hitam seperti Hryhoriyiv menurunkan martabat semua pemberontak Ukraina, dan tak ada tempat bagi mereka di antara para pekerja revolusi yang terhormat.” Demikianlah Makhno menyimpulkan tuduhannya kepada Hryhoriyiv. Melihat perkembangan situasi itu Hryhoriyiv sadar bahwa situasi memojokkannya. Dia meraih pistolnya. Tapi ia terlambat. Simon Karetnik – asisten terdekat Makhno – membuatnya tersungkur dengan pelor-pelor panas dari pistol Colt-nya, dan Makhno dengan penuh kemenangan mengumumkan “Mampuslah Sang Ataman” lalu menembaknya mati. Teman-teman dan para anggota dari staff Hryhoriyiv berhamburan mendekati berusaha membantunya, tapi mereka kemudian ditembak oleh sekelompok orang-orang Makhno yang sudah ditugaskan untuk itu.

Awalnya, hadirin yang hadir merasa terusik dengan perbuatan-perbuatan demikian namun kemudian setelah laporan-laporan yang disampaikan Makhno, Chubenko, dan para perwakilan lainnya dari kaum Makhnovis, majelis yang hadir kemudian menyetujui tindakan ini dan menyebutnya tuntutan sejarah.[37]

Ungkapan yang menarik, “tuntutan sejarah”. Ini persis seperti apa yang dikatakan oleh Lenin dan Trotsky tentang pemadaman terhadap pemberontakan Kronstadt.

Mei 1919 Tentara Putih-nya Denikin mendobrak dan merangsek masuk sektor garis depan Merah yang dikuasai Makhno. Persis pada titik inilah, saat pasukan-pasukan Denikin dengan cepat masuk ke Ukraina, Makhno pecah sekutu dengan Tentara Merah dan melancarkan pemberontakan terbuka.[38] Umumnya para pendukung Makhno menyatakan bahwa Makhno hanya melawan Tentara Merah saat diserang duluan oleh mereka. Bagaimanapun di kasus ini Makhno dengan jelas adalah pihak yang menyerang duluan dan menyabotase mundurnya Tentara Merah di hadapan Tentara Putih yang merangsek maju. Para anggota Tentara Merah dan komisar-komisar politik dieksekusi mati oleh kaum Maknovis.[39]

Pada tahapan ini Makhno mempunyai kekuatan sebanyak 15.000 tentara dan selama enam bulan berikutnya ia kemudian memerangi Tentara Merah, Tentara Putih, dan kaum Nasionalis Ukraina secara bergiliran. Ini periode dimana kaum Makhnovis berada di puncaknya. Sebelumnya kelompok-kelompok gerilyawan independen dihimpun di bawah komando Makhno. Tentaranya mencapai puncaknya sekitar 40.000 tentara (ada yang mengatakan 50.000) dan membebaskan banyak daerah di Ukraina dari kekuasaan Tentara Putih.

Periode ini patut diteliti secara terperinci karena mencerminkan peluang terbesar mereka untuk menerapkan program anarkis mereka. Para pendukung anarkis Makhno mengklaim bahwa dia mendirikan soviet-soviet bebas, yang lebih demokratis daripada “soviet-soviet Bolshevik”. Bagaimanapun juga diberlakukan larangan-larangan terhadap partai-partai politik untuk maju dalam pemilihan-pemilihan untuk soviet-soviet di wilayah yang diduduki tentara Makhnovist. Prolamasi Makhnovis pada 7 januari 1920 mendeklarasikan:

Para perwakilan dari organisasi-organisasi politik tidak punya tempat di soviet-soviet buruh dan tani karena partisipasi mereka akan mengubah soviet-soviet tersebut menjadi soviet-soviet para deputi partai, yang hanya akan membawa keruntuhan tatanan soviet.[40]

Michael Malet, pendukung Makhno, mengakui bahwa Kongres Soviet Makhnovis Keempat: “Tidak ada kampanye elektoral untuk delegasi-degelasi, Kaum Makhnovis memandang bahwa hal ini akan membuka jalan bagi partai-partai politik untuk membuat kekacauan dan membingungkan para pemilih.”[41] Demikianlah ironisnya sikap kaum anarkis yang mengklaim anti-elitisme. Terlepas dari omongan mereka tentang menghapuskan “otoritas” dan “hirarki” ternyata kaum Makhnovis sebagai mana dikemukakan Pau Avrich sang sejarawan anarkis,  “memberlakukan pemerintahan longgar di wilayah sekitar Gulyai-Pole”.[42] Jelas itu tidak libertarian sama sekali. Mereka melucuti semua unit partisan atau gerilyawan yang tidak mau tunduk pada Makhno. Saat di Aleksandrovsk dan Ekaterinoslav kaum Bolshevik setempat berusaha mendirikan komite-komite Revolusioner, Volin sang anarkis  mengatakan, “Makhno mengancam untuk menangkap dan menembak seluruh anggota ‘Rev-Com’ jika mereka coba-coba melakukan hal serupa.”[43] Serupa dengan itu mereka juga membatasi kebebasan pers. Mereka mengumumkan:

Dalam mengizinkan kebebasan mempropagandakan gagasan-gagasan mereka, Tentara Pemberontak Makhonovis berniat menginformasikan kepada semua partai bahwa upaya apapun untuk menyiapkan, mengorganisir, atau menerapkan otoritas politis terhadap massa buruh tidak akan diizinkan.[44]

Kaum Anarkis hari ini mepertentangkan “demokrasi” dari Tentara Makhnovis dengan “otoriternya” Tentara Merah yang telah menghapuskan pemilihan perwira. Padahal ini sebenarnya suatu langkah mendesak menyusul pelibatan meluas dari para bekas perwira Tsaris dan banjirnya para petani yang dikenai wajib militer namun secara politis tidak bisa diandalkan, yang mana keduanya secara masif membuat para buruh revolusioner (yang sebenarnya merupakan pembentuk asli Garda Merah) menjadi kalah jumlah. Sebuah sistem Komisar-komisar sekarang diterapkan agar negara buruh bisa mendisiplinkan para spesialis militer. Inti proletarian yang aktif dari Tentara Merah bagaimanapun juga tetap menjadi tenaga pendorongnya. Semangat Tentara Merah sepenuhnya berbeda dibandingkan tentara-tentara borjuis. Meskipun disiplin di garis depan sangatlah keras sesuai tuntutan, namun Tentara Merah tetap berdasarkan antusiasme revolusioner dan suatu pemahaman jelas atas apa yang mereka perjuangkan – untuk mempertahankan kekuasaan buruh dari kontra-revolusi Tentara Putih. Ini menjelaskan kapasitas perjuangan herois dari pasukan-pasukan Tentara Merah, khususnya 200.000 Komunis yang gugur mengorbankan nyawa mereka di garis depan.[45]

Dalam teorinya para partisipan Makhnovis mempunyai hak untuk memilih komandan-komandan mereka, tapi dalam praktiknya Makhno mencopot para komandan yang tidak ia restui. Demokrasi hanyalah formalitas belaka, sebagaimana harus terpaksa diakui dengan enggan oleh para sejarawan anarkis yang lebih jujur . George Woodcock, seorang anarkis, menulis “ secara teori…[Tentara] berada dibawah kontrol Kongres Tani, Buruh, dan Pemberontak, tapi dalam praktiknya ini dikuasai Makhno dan para komandannya, serta, seperti Tentara, hanya libertarian di namanya.”[46] Makhno dan klik intinya benar-benar mendominasi Tentara dan sering menunjukan sikap sewenang-wenang. Darch menambahkan “kontrol Bat’ko tetaplah absolut, sewenang-wenang, dan impulsif”.[47] Suatu kultus individu yang lumayan besar kemudian berkembang di sekitar Makhno, yang membentuk pengawal elit pribadinya berjumlah 200 orang yang direkrut dari para prajurit kavaleri.[48] Para pengawal ini juga tidak menganut teori anarkis tentang tentara sukarela. Sebagaimana ditunjukkan Trostsky:

Para partisan yang masuk detasemen tidak bebas pergi sama sekali. Setiap orang yang keluar dengan sukarela dianggap sebagai seorang pengkhianat dan diancam jadi sasaran balas dendam berdarah, apalagi jika dia kemudian masuk ke dalam unit Tentara Merah. Dus, “sukarelawan-sukarelawan” ini dibelenggu dan tidak bebas pergi.Perlu ditambahkan di sini bahwa di antara mereka ada para personel non-kombatan, seperti para musisi paduan suara Estonia, personel medis, dan sebagainya, yang disandera dan dipaksa menjalankan tugas-tugas mereka.[49]

Lebih lanjut, pada Kongres Makhnovis Kedua pada 12 Febuari 1919, para peserta memvoting untuk menerapkan “mobilisasi sukarela” yang nyatanya menurut Avrich “berarti wajib militer langsung, karena semua laki-laki yang dianggap mampu diwajibkan mengabdi saat dipanggil”.[50] Seiring dengan semakin berlarutnya perang, Makhno semakin tidak bertanggungjawab kepada para petani pengikutnya. Volin, salah satu pemimpn Makhnovis, menjelaskan bahwa ada perkembanagan:

Suatu jenis klik militer atau camarilla tentang Makhno. Klik ini kadang membuat keputusan-keputusan dan menjalankan tindakan-tindakan tanpa pertimbangan Dewan atau menggubris institusi-institusi lainnya. Mereka kehilangan daya penilaian mereka, mereka menunjukkan rasa jijik terhadap mereka yang di luar golongannya, dan semakin memisahkan dirinya dari massa kombatan dan populasi rakyat pekerja.[51]

Sebagaimana dikemukakan Trotsky:

Ciri anti-kerakyatan dari gerakan Makhnovis paling jelas ditampakkan oleh fakta bahwa “tentara” Gulyai-Pole sebenarnya disebut “Tentara Makhnovis”. Itulah mereka, orang-orang bersenjata yang berhimpun bukan mengikuti suatu program ataupun panji ideologis namun mengikuti orang.[52]

Semua ini seharusnya tidak terlalu mengejutkan. Tidak mungkin kaum tani sebagai suatu kelas bisa menerapkan disiplin kolektifnya dan kontrol atas semua pasukan partisan. Sebagai produsen kecil independen mereka tidak sangup mengembangkan intitusi-institusi kolektif sebagaimana yang bisa dikembangkan kelas buruh untuk mengontrol pasukan-pasukan pejuangnya secara demokratis. Kaum tani tidak bisa mencapai pembebasan mereka sendiri; sebaliknya mereka butuh para pembebas dari luar – juru selamat dari atas. Kepada para petani pendukungnya, Makhno adalah “bapa kecil” mereka atau batko, yang datang untuk menyelamatkan kaum miskin dari para penindasnya dan menganugerahi mereka dengan tanah dan kebebasan. Sebagaimana dikemukakan seorang Anarkis dari AS yaitu Alexander Berkman, Makhno menjadi “malaikat pembalas dendam dari kaum rendahan dan kehadirannya menjadi sang pembebas agung, yang kedatangannya telah diramalkan Pugachev menjelang kematiannya.”[53]

Volin mengakui bahwa salah satu alasan meningkatnya otoritarianisme dari tentara Makhnovis adalah “kurangnya gerakan buruh terorganisir dan militan untuk mendukung pemberontakan.”[54] Kenyataannya – yang diakui bahkan oleh pendukung paling dekat Makhno yaitu Arshinov – bahwa sejumlah besar kelas buruh tetap setia kepada Bolshevik: “perbedaan antara kaum komunis dan Wrangel adalah kaum komunis mempunyai dukungan massa yang yakin kepada revolusi”[55]

Ada banyak cerita menakutkan tentang kelakuan para pemimpin partisan. Salah satu yang paling memprihatinkan adalah perlakuan mereka terhadap kaum perempuan, sebagaimana yang diakui oleh Volin, dipaksa hubungan seksual dengan para komandan Makhnovis selama pesta makan besar dan mabukan-mabukan.[56] Ini adalah isu yang para pendukung anarkis Makhno seringkali berkelit atau bahkan mereka abaikan sepenuhnya. Memang bukan hanya Van der Walt dan Schmidt menolak untuk menghadapi dakwaan yang serius ini, mereka bahkan mencoba untuk mengarang seolah gerakan Makhnovis adalah jawaranya pembebasan perempuan.[57]

Volin dan yang banyak lainnya juga menjelaskan bahwa Makno cenderung meledak-ledak dan melakukan tindak kekerasan dalam kondisi mabuk yang sering dialaminya.[58] Salah satu resolusi yang diambil dalam pertemuan para partisipan cukup memberi petunjuk mengenai gerakan ini “Patuhi perintah para komandan hanya jika para komandan ini cukup sadar saat memberikan perintah-perintah tersebut”[59]

Kaum Makhnovis mendirikan pasukan keamanan internal mereka sendiri, yaitu Kontrrazvedka dan Komisi Penghukum. Mereka menjadi semacam hukum itu sendiri yang bertanggungjawab hanya kepada Makhno secara pribadi. Dalam satu kasus di Ekaterinoslav. “sebuah delegasi serikat buruh mengeluh tentang penangkapan seorang perempuan yang merupakan aktivis kebudayaan kemudian malah direspon dengan jawaban tempatnya para buruh di pabrik, dan mereka yang mencampuri kerja Kontrrazvedka harus menanggung risikonya sendiri.”[60]

Kontrrazvedka bertanggung jawab atas banyak pembunuhan dan siksaan terhadap para lawannya, entah itu agen-agen Tentara Putih, para Komunis, Revolusioner Sosial Kiri, ataupun para nasionalis Ukrainia. Bahkan salah satu pemimpin Makhnovis, Volin kemudian mengakui bahwa pada Kongres Makhnovis Olexandrivske para delegasi kongres mengeluhkan “sewenang-wenang dan tindakan-tindakan yang tidak terkontrol, yang beberapa di antaranya sangat serius, lebih menyerupai kaum Bolshevik. Penggeledahan-penggeledahan, penangkapan-penangkapan, bahkan penyiksaan-penyiksaan dan eksekusi-eksekusi kemudian dilaporkan”[61] Memang kaum Makhnovis secara sistematis mengunakan terror untuk melawan lawan-lawan kirinya. Awal 1918 mereka membunuh Revolusioner-Revolusioner Sosial di soviet Gulyai-Pole. Makhno menyerukan “teror terhadap semua yang berani sekarang atau menyiapkan rencana di masa depan…untuk mempersekusi gagasan anarkis”.[62] Setelah membunuh pemimpin Revolusioner Sosial di Gulyai-Pole, seketaris anarkis lokal, tepatnya yang bernama Kalashnikov, menyatakan: “[kelompok anarkis] ini telah membunuh dirinya dan [telah] siap untuk membunuh ke depannya orang yang tidak pantas seperti itu”[63]

Kasus paling terkenal di November tahun 1919, setelah para partisan merebut kota Ekaterinoslav, dimana terdapat kehadiran kuat Bolshevik di antara para buruh yang menjadi ancaman serius bagi Makhno. Dia berisko kehilangan kontrol atas tentaranya. Kaum Bolshevik, lewat kerja faksi bawah tanah, berhasil memenangkan kepemimpinan dua dari lima resimennya, sedangkan sepertiga resimen Makhno tak dapat diandalkan. Bagaimana mengira anarkis liberal merespon tantangan ini – apakah dengan debat politik? Tidak sama sekali. Mereka mengerahkan kontra-intelijen mereka. Para buruh Bolshevik setempat dan para pendukungnya di tentara partisan ditangkapi, di bawa ke sungai, dan ditembak.[64]

Hubungan dengan Kelas Buruh

Kaum Makhnovis tidak pernah menjalin dan mendapatkan hubungan serius dengan kelas buruh di kota-kota yang mereka duduki. Bahkan sebagian besar pendukung Makhno termasuk kolaborator dekatnya Ashinov mengakui kenyataan ini. Vvan der Walt dan Schmidt adalah beberapa komentator yang mengklaim sebaliknya, jadi mereka harus menyediakan bukti serius. Bagaimanapun juga mereka tidak menawarkan bukti penguat klaim mereka yang menyatakan kaum Makhnovis punya “dukungan substansial dari penduduk perkotaan.”[65] Kenyataannya justru kaum buruh tetap setia entah itu kepada kaum Bolshevik, Menshevik, atau Revolusioner-revolusioner Sosial Kiri. Kaum Makhnovis sebenarnya sekadar tentara tani yang menginvasi dan menduduki kota-kota. Mereka tidak mengakar di sana dan sepenuhnya asing bagi kehidupan kelas buruh. Maka selayaknya suatu tentara pendudukan manapun, bahkan tentara yang punya niatan paling mulia sekalipun, mereka pada akhirnya akan cenderung berkonflik dengan kelas buruh. Konflik-konflik ini dipertajam oleh campuran dari utopianisme anarkis, ketidakcakapan yang kacau-balau, dan permusuhan tani terhadap perkotaan. Saat memasuki kota kaum Makhnovis memasang pengumuman di dinding yang menyatakan:

Tentara ini tidak melayani partai politik manapun, kekuasan manapun, diktaktor manapun. Sebaliknya, kami berupaya membebaskan kawasan dari semua kekuasaan politik, dari semua kediktatoran. Kami berjuang untuk melindungi kebebasan aksi, kebebasan hidup kaum buruh dari semua eksploitasi dan dominasi. Oleh karena itu Tentara Makhno tidak mewakili otoritas manapun. Kami tidak akan menundukkan siapapun terhadap kewajiban apapun. Peran kami terbatas pada membela kebebasan buruh. Kebebasan kaum tani dan kaum buruh milik mereka sendiri, dan tidak seharusnya mendapat batasan apapun.[66]

Arshinov menyatakan bahwa di Ekaterinoslav, kaum Makhnovis:

bertidak seperti detasemen militer revolusioner ketentaraan, menegakkan penjagaan terhadap kebebasan kota. Dalam kapasitas ini, bukanlah tugas mereka untuk berusaha dan mencapai suatu program konstruktif untuk revolusi. Tugas ini hanya bisa dijalankan oleh kaum buruh di sana. Apa yang paling bisa dilakukan oleh Tentara Makhnovis adalah membantu mereka dengan pendapat-pendapatnya dan saran-sarannya.[67]

Penyataan-pernyataan ini mencerminkan tingginya ketidak tanggung jawaban dan utopianisme Anarkis. Mereka merebut suatu kota dan lantas tidak mengambil tanggung jawab untuk merumuskan suatu program aksi untuk mendorong perjuangan maju ke depan – ini merupakan kelalaian total atas tugas revolusioner. Ini juga mencerminkan suatu pemisahan tidak masuk akal atas politik dan ekonomi dari aksi militer. Seolah-olah bukanlah hal “politis” untuk merebut suatu kota dengan kekuatan bersenjata. Seolah-olah kekuatan militer tidaklah merepresentasikan “otoritas” dan “kekuasaan”, serta tidak melayani tujuan-tujuan politik dan ekonomi. Seolah-olah kalian bisa sekadar menyatakan penghapusan “kekuasaan politik” begitu saja. Seperti komentar David Footman:

Di semua kota yang mereka duduki, para perwakilan buruh dirapatkan dan didorong untuk membentuk asosiasi-asosiasi bebas untuk perakitan dan pendistribusian produk-produk mereka. Hasilnya, tentu saja hampir nihil: apa yang buruh inginkan saat ini dalam kekurangan akut, kebingungan, dan inflasi luar biasa adalah suatu cara yang terjamin untuk menopang mereka sendiri dan keluarganya, dan kaum Makhnovis tidak punya bantuan praktis yang ditawarkan dengan desakan demikian.[68]

Utopianisme kaum anarkis juga mengantarkan mereka untuk membebaskan semua narapidana dan membakar penjara kapanpun mereka menguasai kota. Ini adalah kebodohan belaka. Satu kasus terkenal di Elaterosnoslav, para bekas narapidana sontak menjarah kota. Para penduduk kota murka dan Makhno secara personal harus mengeksekusi sejumlah kriminal yang baru saja dibebaskannya.[69]

Sumber terbesar dari ketidakpuasan berasal dari penolakan kaum Makhnovis untuk membayar gaji para pekerja. Di Ekaterinoslav Makhno bersikeras agar kaum buruh menerima pembayaran dalam bentuk barang dan berpartisipasi dalam barter dengan para petani. Para buruh di Olexandrivske juga menuntut gaji dan seperti Malet menguraikan “mereka tidak begitu tertarik” terhadap tawaran Makhno “untuk memulai kembali produksi di bawah kontrol mereka sendiri, dan menjalin hubungan-hubungan langsung dengan kaum tani”.[70] Makhno mengatakan kepada para buruh perusahaan kereta api: “Saya mengusulkan agar kawan-kawan buruh… dengan semangat mengorganisir dan memperbaiki sesuatunya dengan sendirinya, menetapkan tarif-tarif yang mencukupi, dan gaji-gaji yang sesuai untuk kerjaan mereka, terlepas dari lalu lintas militer”[71]

Tapi karena sebagian besar lalu lintas kereta api adalah lalu lintas militer, ini akan berarti para buruh secara riil tidak memiliki pendapatan. Tidak heran bahwa kaum Makhnovis akan sepenuhnya bergesekan dengan kaum buruh Olexandrivske. Setelah beberapa kerjasama awal pola ini telah terulang di Ekaternoslav.

Kesalahpahaman tipikal terjadi ketika kaum Makhnovis mengirim beberapa tangkapan senjata dari Tentara Putih ke pabrik besar Brayansk untuk diperbaiki…kaum buruh kemudian menuntut bayaran. Tidak mengejutkan, saat mereka ditawari bayaran yang kecil jumlahnya dan juga dalam bentuk barang, kaum buruh merasa tersinggung. Makhno yang kemudian juga marah karena menganggap mereka tidak tahu terima kasih kemudian memerintahkan agar senjata api-senjata api itu diambil tanpa bayaran sedikit pun.[72]

Makhno menuduh para pekerja di dalam laporan partisan sebagai “sampah, mementingkan diri sendiri, dan tukang peras, yang mencoba meningkatkan kemakmuran mereka sendiri dengan cara mengorbankan darah dan kepahlawanan para pejuang di garis depan”.[73] Sang sejarawan anarkis pro-Makhno Skirda kaget dengan gagasan bahwa kaum buruh selayaknya menuntut dibayar dengan upah oleh kaum Makhnovis. Ini sama saja dengan memperlakukan Makhno selayaknya “bos.” Ini membuktikan bahwa “ kelas buruh kurang radikal daripada kaum tani miskin”.[74]

Bagaimanapun Max Nomad berkomentar:

Buruh dari industri perdagangan kecil bisa saling tukar-menukar sepatu, baju dan komoditas lainnya untuk dipertukarkan dengan makanan, tapi para buruh tambang dan pekerja metal, memproduksi secara besar untuk Negara dan bukan untuk kaum tani. Demi memenuhi kebutuhan mereka Makhno harus memberi mereka “something for nothing” dengan kata lain melakukan apa yang kaum Bolshevik lakukan: memaksa populasi pedesaan untuk memberi makan orang-orang kota. Ini pada gilirannya akan membuatnya kehilangan kepercayaan dari kaum tani, karena kalau ia melakukannya, dia dengan pasti melakukan persis apa yang ditentang petani terhadap semua pemerintahan terdahulu.[75]

Kebijakan ekonomi kaum Makhnovis nyaris gila. Mereka ingin mendorong masyarakat untuk kembali ke eonomi barter pra-kapitalis yang primitif – suatu hal mereka sebut dan anggap  “ekonomi alamiah” yang mana produk-produk secara langsung dipertukarkan antara kaum buruh dan kaum tani.[76] Tapi tak ada masyarakat modern yang bisa berfungsi secara logis di atas landasan demikian. Bagian sangat besar dari kelas buruh – para perawat, para pelayan toko, para sopir truk, para guru, para buruh dermaga dan perkapalan, para buruh konstruksi, para buruh komunikasi, para pemadam kebakaran, para juru tulis –  tidak memproduksi komoditas-komoditas yang bisa dengan mudah ditukarkan untuk ayam atau senampan roti.

Permasalahan ini diperkeruh lagi dengan tindakan kaum Makhnovis mengakui semua mata uang – baik mata uang yang dipakai kaum Merah, kaum Putih, maupun kaum Nasionalis Ukraina. Ini semua mengakibatkan inflasi parah yang merugikan para buruh terutama di kota-kota.[77] Terlebih lagi program finansial seketika kaum Makhnovis menyatakan bahwa “semua pajak wajib harus dihentikan dan digantikan dengan kontribusi sukarela dari para pekerja. Dalam konteks pembangunan bebas dan independen, tak diragukan lagi kontribusi-kontribusi begini akan menghasilkan hasil-hasil terbaik.”[78] Kebijakan khayal begini hanya akan menguntungkan kaum tani dari lapisan-lapisan yang lebih kaya.

Lebih jauh lagi, meskipun terdapat hukuman-hukuman berat, penjarahan “tidak pernah dihapuskan: para pemberontak petani telah dibiasakan memandang orang-orang kota sebagai musuh-musuh mereka dan menganggap sudah jadi haknya untuk mengambil apa yang mereka inginkan dari kota-kota”.[79] Memang Footman meyatakan “di saat mereka menduduki kota, Makhno mengijinkan orang-orangnya untuk mengambil satu pasang apapun yang dia butuhkan,  asalkan dia bisa membawanya sendiri. Siapapun yang mengambil lebih dari itu akan ditembak.”[80]

Menurut sejarawan anarkis George Woodcock:

Pada dasarnya, di lubuk hatinya yang paling dalam, ia [Makhno] adalah pemuda desa dan seorang regionalis; dia membenci kota-kota dan peradaban perkotaan, dan dia mendambakan “kesederhanaan alami”, kembalinya ke suatu zaman, dimana seperti dalam legenda-legenda tani silam, “para pekerja bebas” akan “bekerja sesuai irama lagu-lagu yang bebas dan riang gembira”. Ini menjelaskan mengapa … kaum Makhnovis…tidak pernah mendapatkan kesetian dan dukungan melebihi dari segelintir buruh perkotaan saja.[81]

Sebagaimana dikemukakan seorang pemimpin sindikalis-anarkis terkemuka Rusia G.P Maksimov, gerakan Makhno yang kekurangan hubungan ke kelas buruh perkotaan, hanya akan menguntungkan mentalitas kapitalis kecil dari kaum tani, dan paling banter hanya akan memproduksi “demokrasi tani berdasarkan kepemilikan privat/pribadi”.[82] Makhno menguraikan permusuhannya kepada kota-kota di dalam tulisannya saat di pengasingan. Membicarakan komune pendesaan dia menulis:

Mereka merasakan solidaritas anarkis seperti yang mewujudkan dirinya sendiri hanya dalam kehidupan praktis para pekerja biasa yang belum merasakan racun politik kota-kota, dengan atmosfer penipuan dan pengkhianatan mereka yang bahkan juga mencekoki banyak orang yang  mengaku sebagai anarkis.[83]

Haruskah Kaum Bolshevik Menekan Makhno?

Setelah sembilan bulan pertempuran sengit, Tentara Merah dan Makhno sekali lagi menjalin aliansi pada Oktober 1920 untuk mengalahkan Tentara Putih pimpinan Wrangel dari Crimea. Sebagai bagian dari kesepakatan ini, kaum Bolshevik melepaskan semua tahanan politik anarkis. Bagaimanapun juga setelah kekalahan Wrangel akhir November 1920, kaum Bolshevik meluncurkan kampanye final mereka untuk menekan kaum Makhnovis. Kaum Anarkis menyajikan pecahnya aliansi ini sebagai ciri khas kemunafikan Bolshevik. Merangseknya serbuan Wrangel telah mengancam posisi Makhno dan ini memaksanya mencari kesepakatan dengan kaum Bolshevik, yang bagi mereka memandang ia bisa bermanfaat sebagai sekutu sementara.[84] Kedua pihak jelas mengakui bahwa kepentingan mereka berdua bertentangan serta bentrokan akan segera terjadi begitu Tentara Putih dikalahkan.[85] Sebagaimana ditulis David Footman.

Ceroboh sekali untuk berpura-pura bahwa ada kepercayaan baik di pihak Maknovis. Mereka semua sepenuhnya sadar bahwa bentrokan lebih lanjut akan terjadi, dan mereka bertekad bahwa gagasan-gagasan mereka sendiri, dan bukan gagasan-gagasan Bolshevik, yang harus menang pada akhirnya.[86]

Kaum Bolshevik telah menarik pelajaran bahwa suatu Tentara Merah yang tersentralisir merupakan kebutuhan vital untuk memenangkan Perang Sipil. Trotsky telah membubarkan Garda-garda Merah dan berbagai detasemen partisan. Penggabungan unit-unit partisan tidak memuaskan karena menginfeksi detasemen-detasemen reguler dengan “semangat gerilya”. Ini secara tak terhindarkan merupakan bentrokan dengan kaum seperti Makno. Kampanye sangatlah brutal di kedua belah pihak. Tentara Merah mengeksekusi atau memenjarakan sejumlah besar pendukung Makhno. Makhno membalasnya dengan cara yang sama. Sebagaimana dijelaskan Oliver Radkey: “Dalam satu distrik Makhno membantai komisioner pangan, para anggota komite pangan, dan 42 pekerja lapangan.”[87]

Pertengahan 1921 kaum tani lelah atas teror tanpa henti akibat pendudukan berturut-turut dari satu desa ke desa lain oleh pasukan Merah dan Cheka. Pertempuran dan pengambilalihan terus-menerus membuat para petani hanya punya sedikit makanan dan kuda untuk kaum partisan. Kaum Bolshevik secara berangsur-angsur mulai membangun basis di desa-desa. Februari 1920 peraturan disahkan untuk menjamin redistribusi tanah secara lebih lanjut kepada kaum tani miskin dan pertanian-pertanian Negara yang tidak populer dikurangi dua pertiga areanya. Tanah diambil dari kaum tani kaya dan diserahkan kepada yang lebih miskin. Kaum miskin pedesaan diberi jatah gandum yang mereka bantu sita dari kalangan yang lebih berada. Max Nomad berkomentar:

Makhno bisa saja menangkal serangan Bolshevik di antara lapisan-lapisan lebih miskin dari kaum tani dengan mengakhiri kesenjangan ekonomi di antara populasi pedesaan…Sang Batko (julukan Makhno yang berarti Sang Bapak) rupanya takut langkah demikian, dengan konflik-konflik yang menghancurkan kedua belah pihak dalam desa, akan mematahkan tulang punggung perlawanan militernya. Ia berharap mempertahankan semacam front persatuan dari seluruh kaum tani.

Maka ia mempertahankan kesenjangan-kesenjangan yang ada, dan karenanya sampai tingkatan tertentu membenarkan ejeken-ejeken dari musuh-musuh Bolsheviknya dan kritik saudara-saudara anarko-sindikalisnya – yakni, terlepas dari semua retorika anarkisnya, pada dasarnya ia adalah tipikal pemberontak petani yang gerakannya, kalau menang, tidak akan melampaui pendirian suatu republik petani.[88]

Penting dicatat dalam konteks ini bahwa kontras antara kaum tani kaya dan tani miskin tampak lebih tajam di Ukraina, dimana pertanian komersil lebih dominan, daripada di Rusia.[89] Tak ada bukti untuk menyokong klaim kaum Anarkis seperti Van der Walt dan Schmidt bahwa kaum Makhnovis adalah “berdasarkan kaum tani miskin.”[90] Sebagaimana dikemukakan Darch:

Mudah melihat mengapa kaum tani yang lebih kaya lebih menghendaki suatu gerakan yang mengajukan “jalan-jalan dan cara-cara baru pengorganisiran tanah seharusnya diserahkan kepada keputusan alami dan sepenuhnya bebas serta gerakan dari seluruh kaum tani.” Daripada kaum Bolshevik yang menekankan pada penajaman konflik kelas yang mengorbankan borjuasi pedesaan.[91]

Penerapan Novaya Ekonomicheskaya Politika (NEP) atau Kebijakan Ekonomi Baru, yang mengakhiri pengambil alihan pangan kemudian mendamaikan banyak kaum tani yang lelah atas perang. Begitu juga kaum Komunis yang telah menarik pelajaran dari kesalahan-kesalahan mereka tahun 1919. Mereka mengadopsi pendirian yang lebih masuk akal terhadap persoalan kebangsaan dan ini membuat mereka mendapatkan basis dukungan yang lebih luas. Semua institusi soviet diperintahkan untuk mempekerjakan buruh yang mampu menggunakan bahasa pribumi/setempat.[92] Penggabungan Bolshevik-bolshevik setempat, di bawah tekanan dari lenin, dengan pecahan kiri dari Revolusioner-revolusioner Sosial Kiri Ukraina membantu proses ini. Makhno yang terisolasi dan terluka parah kini terpaksa pergi ke pengasingan, menyebrangi perbatasan ke Rumania pada Agustus 1921.

Haruskah Bolshevik menekan Makhno? Meskipun Tentara Merah membuat berbagai macam kesalahan dan melakukan kekejaman-kekejaman yang akan bodoh untuk dibela kaum Marxis hari ini, kenyataan kerasnya adalah pemberontakan petani harus dipadamkan jika kekuasaan buruh ingin selamat dalam apapun bentuknya. Kaum Makhnovis adalah salah satu dari sekian banyak pemberontak tani. Pemberontak tani yang lebih serius adalah Tentara Hijau di Tambov yang mengancam negara buruh menyusul kalahnya Tentara Putih.[93] Kaum tani mendukung kaum Merah selama mereka membela hak milik tani melawan kembalinya kaum tuan tanah lama. Begitu ancaman itu telah dipadamkan dengan dikalahnya pasukan-pasukan Tentara Putih, kaum tani berbalik tajam melawan kota-kota. Memang borjuasi kecil pedesaan hanya bisa berharap mengalahkan rezim Bolshevik setelah kelelahan oleh Perang Sipil.

Perang Sipil telah menghancurkan ekonomi, kelaparan menyebarluas dan kaum tani yang termiskinkan frustasi dan melampiaskannya kepada kaum komunis yang “matanya dicongkel dan lidahnya dipotong; tubuhnya dimutilasi; dahi dan tubuhnya dicap dengan salib, kepalanya dipenggal, laki-laki dibakar hidup-hidup atau ditenggelamkan di sungai atau kolam penuh es”.[94] Suatu laporan Partai Komunis kontemporer menjelaskan bahwa gerombalan tani:

digabungi oleh orang-orang yang sepenuhnya terlantar akibat kemiskinan dan kelaparan. Kaum Kulak membantu para bandit secara material namun mereka sendiri memang sangat jarang angkat senjata…slogan “Bunuh Komunis! Hancurkan kommuny!” sangatlah populer di antara kaum tani abai dan miskin, yang mencari jalan keluar apapun dari situasi parah mereka. Harus jujur diakui bahwa lapisan paling terbelakang dan tertindas yang menderita paling parah akibat kelaparan dan kesusahan-kesusahan lainnya, sepenuhnya menyalahkan kaum Komunis.[95]

Kontra-revolusi tani tidak punya program konstruktif. Bagi kelompok seperti Tentara Hijau, kota-kota cuma sasaran penjarahan.[96] Suatu kemenangan tani hanya akan berakibat kekacauan, keruntuhan ekonomi secara total, pembantaian Yahudi dan Komunis serta kembalinya Tentara Putih. Tidak menekan Tentara Makhnovis akan memungkinkannya menjadi titik kumpul bagi kontra-revolusi tani bersenjata. Tidak dapat diandalkannya pasukan Makhno tercermin dari fakta bahwa mereka menderita pembelotan-pembelotan baik ke kaum nasionalis Ukraina maupun ke Tentara Putih. Memang beberapa mantan komandan Makhno seperti Volodin dan Yutsenko kemudian bergabung dengan Tentara Putih Wrangel.[97]

Makhno juga tidak akan bisa diatasi dengan memberikannya wilayah otonomnya sendiri sebagaimana yang sempat direnungkan Lenin dan Trotsky.[98] Jika Makhno punya otonomi, kaum Bolshevik akan tergantung padanya dalam hal jalur kereta api vital dari Rusia ke Crimea dan sebagian dari Don Basin, cukup jauh dari nilai pertanian Ukraina sendiri. Wilayah itu akan menjadi suatu magnet bagi semua lawan dari kekuasaan buruh dan pengungsi dari wilayah yang dikuasai Bolshevik. Memang Makhno akan terus menarik para pembelot dari Tentara Merah.

Kemenangan Bolshevik dan penerapan NEP memberikan suatu ruang bernafas yang vital bagi revolusi buruh yang terkepung. Ini memberikan kaum revolusioner Rusia waktu untuk berupaya membangun gerakan komunis internasional – satu-satunya penyelamatan memungkinkan bagi mereka. Karena mustahil membangun masyarakat sosialis sejati dengan kemerdekaan manusia di Rusia yang terisolasi, terbelakang, dan diluluhlantakkan perang. Jika revolusi mau selamat maka revolusi harus menyebar ke negara-negara ekonomi lebih maju di Barat. Ini adalah tugas yang diemban para pemimpin Bolshevik seperti Lenin dan Trotsky sendiri. Kenyataannya memang terdapat revolusi-revolusi di Barat. Akhir Oktober 1923 tampaknya suatu revolusi di Jerman akan meringankan beban Rusia.

Bagaimanapun juga kekalahan revolusi Jerman menentukan nasib Bolshevik; suatu reaksi konservatif muncul di dalam Rusia. Stalin memulai kebangkitannya merebut kekuasaan. Kebijakan-kebijakan revolusioner sebelumnya semakin lama semakin dicampakkan demi membangun ekonomi nasional Rusia di bawah kontrol birokrasi berprevilese.

Bagaimanapun juga, NEP awal 1920an memang secara sementara mempertahankan capaian-capaian penting revolusi. Kaum tani mempertahankan tanah yang mereka sita dari kaum tuan tanah lama dan mencapai kemakmuran terbesar mereka dalam perjalanan ke awal pertengahan dasawarsa 1920an. Bahkan seorang kritikus terhadap Bolshevik, Orlando Figes, berkomentar:

Begitu krisis kelaparan telah diatasi dan ekonomi pulih ke kondisi-kondisi damai, kaum tani Rusia menikmati suatu periode kebebasan tak tertandingi selama 1920an… komune-komune desa tetap otonom secara riil dalam pengawasan hubungan-hubungan tanah, pengorganisiran ekonomi pertanian dan pelestarian budaya tani. Kekuatan kaum tuan tanah telah dihancurkan oleh revolusi, dan pengaruh elemen-elemen kapitalis telah dikurangi secara substansial. Kemiskinan-kemiskinan pedesaan yang paling parah telah diberantas, dan dominasi sosial kaum tani menengah sangatlah menguat. Kondisi-kondisi pasar yang menguntungkan dan peningkatan teknologi pertanian membantu mendatangkan perluasan produksi komoditas tani. Tingkat literasi di antara populasi pedesaan, terutama kaum perempuan, naik tajam. Rumah sakit-rumah sakit, teater-teater, bioskop-bioskop, perpustakaan-perpustakaan, serta hiasan-hiasan peradaban perkotaan setidaknya mulai muncul di pedesaan. Bagi massa tani, ini adalah buah berharga dari revolusi yang telah diperoleh.[99]

Serupa dengan itu Ukraina memperoleh hak-hak kebangsaan tanpa tanding – berseminya bahasa dan budaya Ukraina. Semua capaian revolusioner ini dijungkirbalikkan oleh kontra-revolusi Stalin yang mengembalikan kapitalisme pada akhir 1920an.

Kesimpulan

Meskpun Makhno bukan sekadar seorang “bandit”, seperti hampir semua pemimpin partisan tani, ia memperoleh dukungan sebagai seorang sosok Robin Hood. Ia sangatlah berada dalam tradisi para pemimpin tani sebelumnya seperti Stenka Razin atau Emelian Pugachev. Derajat dukungan bagi para partisan sedikit hubungannya dengan politik formal dari kelompok yang mereka dukung, entah itu revolusioner sosial, komunis, nasionalis, ataupun anarkis. Meskipun sebagian gagasan-gagasan Makhno sesuai dengan aspirasi-aspirasi tani tradisional, cita-cita dasar kaum tani Ukraina bukanlah penciptaan suatu utopia anarkis melainkan pengusiran para penyerbu asing yang menghisap mereka dan mengganggu gaya hidup mereka.

Terdapat tradisi kuat berupa permusuhan tani terhadap negara Tsaris yang menerapkan pajak, wajib militer, dan penegakan “tata tertib” tanpa ampun terhadap kaum tani. Pengalaman mereka selanjutnya dengan tentara-tentara penyerbu selama tahun-tahun Perang Sipil menancapkan kembali prasangka-prasangka mereka “bahwa semua pemerintahan sama saja – mengambil segalanya dan tidak memberikan apa-apa”.[100] Komentar seorang petani Ukraina berikut mencerminkan sikap ambivalen kaum tani terhadap Makhno: “Oh, dia harus mati, Makhno ini, begitu banyak masalah dan kemalangan yang ia bawa kepada kita, tapi ia juga membela kita dari para penjarah, dari kaum Bolshevik, dan para bajingan lainnya”.[101]

Konferensi anarkis ketiga dari grup Nabat (Alarm) dideklarasikan pada September 1920:

Sedangkan menyangkut “Tentara Partisan Revolusioner Ukraina (Kaum Mahkhnovis)”…merupakan suatu kesalahan untuk menyebutnya anarkis… Kebanyakan dari mereka adalah Tentara Merah yang disandera dan para sukarelawan partisan tani menengah.[102]

Dalam perkembangan Perang Sipil banyak anarkis Rusia yang pecah dengan Makhno. Memang sebagian besar intelektual anarkis, seperti Aaron dan Fania Baron, yang mengabdi bersama Makhno, “dalam beberapa bulan, ia menemukan bahwasanya mustahil mendamaikan antara teori anarkis dengan praktik partisan dan akhirnya pergi’.[103] Arshinov sendiri tetap bersama Makhno hingga musim semi 1921.[104] Beberapa membuat  kritik yang sepenuhnya benar mengenai otoritarianisme dari tentara partisan. Sebagai contoh Marc Mratchny, anggota kelompok anarkis Nabat, mengkritik “anarkisme militer” dari kaum Makhnovis, yang membuat mereka lebih seperti Revolusioner Sosial Kiri ketimbang kekuatan pro kelas buruh.[105] Seorang anarkis Nabat lainnya, Lewandovsky, menyatakan bahwa “di antara kaum Makhnovis, sebagaimana juga di antara kaum Bolshevik, ada Cheka; ada penembakan-penembakan, mobilisasi, ada kediktatoran Makhno dan stafnya, serta kebebasan hanya ada bila seseorang tidak melakukan propaganda melawan mereka”.[106]

Apa yang menopang kritik-kritik ini bagaimanapun juga adalah utopianisme mereka dan kurangnya keseriusan politik mereka. Mereka lebih memilih mundur dari keterlibatan apapun dalam aktivitas praktis daripada membuat tangan mereka kotor. Misalnya seorang anarkis lainnya, E.Z. Dolinin, menunjukkan bahwa “soviet-soviet bebas” Makhnovis sama saja dengan soviet-soviet yang dikuasai Bolshevik serta sebenarnya hanyalah suatu bentuk negara. “Anarkisme tidak bisa bersandar pada sangkur-sangkur: anarkisme hanya bisa menjadi produk pemanenan spiritual umat manusia”, katanya.[107] Pendekatan demikian bermakna abstain dari perjuangan untuk membela revolusi melawan pasukan-pasukan Tentara Putih. Hal ini dengan mudah menyoroti fakta bahwasanya “prinsip-prinsip” anarkis tidak menawarkan panduan aksi dalam konteks revolusi dan perang sipil berdarah-darah. Setidaknya Makhno masih mau bertempur, namun perlengkapannya sangatlah buruh, baik secara politis maupun teoretis, untuk memenangkan perjuangan pembebasan manusia.

Komunis-anarkis, tendensi anarkis yang dianut Makhno dan pembimbing ideologisnya Arshinov, menginginkan suatu masyarakat terdesentralisasi berdasarkan asosiasi-asosiasi bebas komune-komune lokal setelah penggulingan negara. Namun apa tenaga sosial yang akan mendatangkan masyarakat bebas ini? Tidak seperti kaum Marxis mereka tidak memandang pembebasan diri kelas buruh sebagai kunci memenangkan pembebasan manusia. Mereka memiliki pendirian yang cukup ekletis, mereka memandang pemberontakan kelas buruh sebagai salah satu cara yang memungkinkan untuk mencapai suatu masyarakat komunis. Kaum komunis anarkis seperti Kropotkin dalam berbagai kesempatan mendukung insureksionisme spontan, pemberontakan petani, atau sindikalisme; dalam waktu-waktu yang lain mereka bersandar pada propaganda abstrak dan ceramah tentang utopia anarkis; sembari di saat-saat lain menganjurkan pengambilalihan-pengambilalihan dan terorisme individual – propaganda of the deed atau propaganda lewat perbuatan.

Dalam pengasingannya di Prancis pada 1920an, Makhno dan Arshinov menganggap mereka bisa memecahkan permasalahan ini. Mereka mencela gerakan anarkis Rusia arus utama; Arshinov menulis bahwa “saat gerakan massa, dalam bentuk Makhnochina, bangkit dari kedalaman rakyat, kaum anarkis menunjukkan diri mereka tidak siap, tidak punya nyali, dan lemah”.[108] Ia dan Makhno menyatakan bahwa alasan kunci bagi kekalahan kaum anarkis adalah kurangnya kepemimpinan dan organisasi yang tersentralisir. Tahun 1926 mereka menerbitkan “Platform: yang mengemukakan bahwa: “kelompok-kelompok tak terkoordinasi gampang saja disasar kaum Bolshevik: suatu perserikatan umum anarkis dengan komite pelaksana sentral aksi akan menjamin bahwa kesalahan ini tak akan terulang”.[109] Volin dan para anarkis Rusia lainnya kemudian melancarkan serangan tajam terhadap Platform dan mereka didukung oleh para anarkis asing seperti Goldman, Berkman, dan Maletesta. Dalam Kongres Kesepuluh Perserikatan Komunis Anarkis Revolusioner tahun 1930 Platform ini dihajar habis dan dikalahkan telak.

Meskipun Platform mengandung wawasan-wawasan terbatas, ia tidak hadir untuk membereskan persoalan mendasar anarkisme – kurangnya orientasi politik yang jelas kepada kelas buruh sebagai sang kekuatan pembebasan sosial. Platform menyatakan bahwa “Perserikatan Umum Anarkis bersandar secara setara kepada dua kelas fundamental masyarakat: buruh dan tani”.[110] Para pengikut Makhno belakangan yaitu Van der Walt dan Schmidt terus mengikuti pendekatan lintas kelas ini dan menyerang kaum Marxis karena menekankan peran sentral kelas buruh dalam perjuangan pembebasan manusia;[111] sementara Anarchist FAQ gagal untuk bahkan membedakan buruh dari tani, dan dengan konyol menyatakan: “Gerakan Makhnovis secara fundamental adalah suatu gerakan kelas buruh”.[112] Skirda setidaknya lebih jujur, mengakui bahwa Makhno menekankan “bahwa gerakan pemberontakan yang memakai namanya pada dasarnya adalah pembebasan kaum tani yang termiskinkan”.[113]

Terlepas dari sekian retorika yang menyerukan kelas buruh dan permusuhan mereka terhadap liberalisme tanpa kelas dari kalangan pergaulan anarkis, Arsinov dan Makhno memandang tentara partisan tani sebagai agensi historis yang bisa mewujudkan masyarakat anarkis. Apa yang diperlukan untuk menjamin keberhasilannya adalah suatu partai anarkis yang berdisiplin ketat untuk mengendalikan tentara. Orientasi ini, sebagaimana diakui oleh salah satu pendukung anarkis Makhno, Daniel Guerin, secara esensial membayangi Maoisme di Tiongkok, dimana suatu tentara tani di bawah komando Partai Komunis Stalinis merebut kekuasaan tahun 1949 dan menerapkan kediktatoran totaliter terhadap kelas buruh.[114] Belakangan ini, dengan mencerminkan gerilyaisme romantis dan tanpa kelas, berbagai anarkis memeluk apa yang mereka sebut-sebut sebagai “libertarianisme” pasukan bersenjata PKK Kurdi yang otoriter.[115]

Bila kita tidak menempatkan swa-aktivitas kelas buruh pada pusat politik kita, maka sekadar menarik kesimpulan bahwa kaum anarkis butuh organisasi tersentralisir akan membuat kita berbalik menyeberang ke Stalinisme. Bukanlah kebetulan bahwasanya Peter Arshinov, kolaborator terdekat Makhno tertarik dengan retorika ultra-kiri liar dari teori Stalinisme tentang Periode Ketiga. Ia sendiri kemudian menjadi pengikut Stalin pada tahun 1931 dan selanjutnya kembali ke Rusia bergabung dengan Partai Komunis. Ia bukan satu-satunya anarkis yang melakukannya. Sisa-sisa kecil dari Industrial Workers of the World (IWW) atau Buruh Industri Dunia di Australia bergabung dengan Partai Komunis Australia yang terStaliniskan persis pada titik yang sama ini.

Naskah diambil dari website Marxist Left Review. Dapat diakses melalui Nestor Makhno: the failure of anarchism diterjemahkan oleh Rinjani Maheswari, anggota LSK dan Leon Kastayudha, kader KPO PRP.

Referensi:

Adams, Arthur E. 1963, Bolsheviks in the Ukraine The Second Campaign, 1918-1919, Yale University Press.

Adams, Arthur E. 1977, “The Great Ukrainian Jacquerie” in Taras Hunczak (ed), The Ukraine, 1917-1921: A Study in Revolution, Harvard Ukrainian Research Institute.

Anarchist FAQ, “Appendix: The Russian Revolution”, http://theanarchistlibrary.org/library/the-anarchist-faq-editorial-collective-an-anarchist-faq-15-17.

Armstrong, Mick 1990, “Nestor Makhno: The Failure of Anarchism”, Socialist Review, 3.

Arshinov, Peter 1974, History of the Makhnovist Movement 1918-1921, Black & Red.

Avrich, Paul (ed) 1973, The Anarchists in the Russian Revolution, Thames and Hudson.

Avrich, Paul 1988, Anarchist Portraits, Princeton University Press.

Bilinsky, Yaroslav 1977, “The Communist Take-over of the Ukraine”, in Taras Hunczak (ed), The Ukraine, 1917-1921: A Study in Revolution, Harvard Ukrainian Research Institute.

Borys, Jurij 1980, The Sovietization of the Ukraine 1917-1923, Canadian Institute of Ukrainian Studies.

Carr, E.H. 1966, The Bolshevik Revolution 1917-1923, 1, Pelican.

Chamberlin, William Henry 1987, The Russian Revolution (1917-1921), Princeton University Press.

Cliff, Tony 1990, Trotsky: The sword of the revolution 1917-1923, Bookmarks.

Cohn-Bendit, Daniel and Gabriel Cohn-Bendit 1968, Obsolete Communism: The Left Wing Alternative, Andre Deutsch.

D’Agostino, Anthony 1971, Marxism and the Russian Anarchists, PhD thesis, University of California, Los Angeles.

Darch, Colin 1985, “The myth of Nestor Makhno”, Economy and Society, 14, (4).

Darch, Colin 1994, The MAKHNOVSCHINA, 1917-192: ideology, nationalism, and peasant insurgency in early twentieth century Ukraine, PhD thesis, University of Bradford.

Figes, Orlando 1989, Peasant Russia, Civil War. The Volga Countryside in Revolution (1917-1921), Clarendon Press.

Footman, David 1961, Civil War in Russia, Faber & Faber.

Footman, David 1956, “Nestor Makhno and the Russian Civil War”, History Today, 6, (12).

Malet, Michael 1982, Nestor Makhno in the Russian Civil War, Palgrave Macmillan.

Nomad, Max 1939, Apostles of Revolution, Little Brown.

Palij, Michael 1976, The Anarchism of Nestor Makhno 1918-1921 An Aspect of the Ukrainian Revolution, University of Washington Press.

Peters, Victor 1970, Nestor Makhno: The Life of an Anarchist, Echo Books.

Radkey, Oliver 1976, The Unknown Civil War in Soviet Russia: A Study of the Green Movement in the Tambov Region, 1920-1921, Hoover Institution Press.

Serge, Victor 1978, Memoirs of a Revolutionary 1901-1941, Oxford University Press.

Skirda, Alexander 2004, Nestor Makhno: Anarchy’s Cossack: The Struggle for Free Soviets in the Ukraine, 1918-1921, AK Press.

Sysyn, Frank 1977, “Nestor Makhno and the Ukrainian Revolution” in Taras Hunczak (ed), The Ukraine, 1917-1921: A Study in Revolution, Harvard Ukrainian Research Institute.

Trotsky, Leon 1973, The Spanish Revolution (1931-39), Pathfinder Press.

Trotsky, Leon 1975, “Kak Vooruzhalas Revolyutsiya, 2 (Part 1)” in Martin McCauley (ed), The Russian Revolution and the Soviet State 1917-1921, Macmillan.

Trotsky, Leon, 1977, The History of the Russian Revolution, Pluto Press.

Trotsky, Leon 1979, “Hue and Cry Over Kronstadt” in V.I. Lenin and Leon Trotsky, Kronstadt, Monad Press.

Van der Walt, Lucien and Michael Schmidt 2009, Black Flame. The Revolutionary Class Politics of Anarchism and Syndicalism, AK Press.

Volin 1955, The Unknown Revolution: Kronstadt 1921, Ukraine 1918-21, Libertarian Book Club.

Woodcock, George 1963, Anarchism, Harmondsworth.

[1] Ini adalah tulisan yang telah direvisi dan diperbarui dari artikel Mick Armstrong sebelumnya pada tahun 1990.

[2] Cohn-Bendit 1968, hlm 220.

[3] Van der Walt dan Schmidt 2009, hlm 255

[4] Anarchist FAQ.

[5] Trotsky 1979, hlm 89

[6] Trotsky 1973, hlm 327

[7] Adams 1977, hlm 258.

[8] Bilinsky 1977, hlm 112.

[9] Palij 1976, hlm 84.

[10] Palij 1976, hlm 73, Peters 1970, hlm 44-59.

[11] Palij 1976, hlm 102.

[12] Adams 1977, hlm 263.

[13] Adams 1963, hlm 184.

[14] Palij 1976, hlm 145.

[15] Adams 1977, hlm 262.

[16] Adams 1977, hlm 259.

[17] Adams 1977, hlm 260.

[18] Adams 1977, hlm 262.

[19] Pada Agustus 1917 Kaum Bolshevik Ukraina yang sangat tidak terorganisasi hanya memiliki 23.000 anggota menurut Borys 1980, hlm 88. Kaum Bolshevik meraih sepuluh persen suara di Ukraina pada pemilihan Majelis Konstituen November 1917.

[20] Carr 1966, hlm 295.

[21] Piatakov melihat Kiev “sebagai salah satu dari kota besar Rusiadan bukan sebagai pusat Ukraina” dan berpendapat bahwa “Ukraina tidak membentuk sebuah wilayah ekonomi terpisah, karena tidak memiliki pusat perbankan seperti Finlandia”. Dia menyimpulkan bahwa pemisahan “mewakili langkah mundur dan sangat tidak diinginkan proletariat”. Borys 1980, hlm 135

[22] Adams 1963, hlm 119.

[23] Darch 1994, hlm 29-33 and hlm 105-113.

[24] Volin 1955, hlm 105-106.

[25] Avrich 1973, hlm 132.

[26] Skirda 2004, hlm 39.

[27] Trotsky 1977, hlm 1184-1185.

[28] Darch 1994, hlm 69.

[29] Malet 1982, hlm 118.

[30] Palij 1976, hlm 60.

[31] Adams 1963, hlm 278.

[32] Adams 1963, hlm 228.

[33] Sysyn 1977, hlm 302.

[34] Sysyn 1977, hlm 294.

[35] Adams 1963, hlm 323, mengutip pernyataan Makhno mengecam pemberontakan Hryhoriyiv: “Dalam kata-kata ‘Universal’ pertamanya ini ia mengatakan bahwa orang-orang yang memerintah Ukraina adalah para penyalib Yesus dan orang-orang dari ‘lapak-lapak makan Moskwa’. Saudaraku! Tidakkah kau dengar dalam kata-kata ini seruan keras untuk pogrom Yahudi? Tidakkah kau merasakan aspirasi-aspirasi Ataman Grigoriev untuk memotong kontak persaudaraan antara Ukraina revolusioner dan Rusia revolusioner?”

[36] Malet 1982, hlm 170: “Di stasiun Kyrylivka ia memperhatikan ada suatu plakat berbunyi ‘Hancurkan yahudi, selamatkan revolusi, hidup batko Makhno!’… [Ia kemudian membuat] orang yang bertanggungjawab atas hal itu, yakni kepala stasiun Khizny …seorang pemberontak, seorang teman dekat yang juga berjuang melawan Tentara Putih…ditembak tak lama kemudian.”

[37] Adams 1963, hlm 403.

[38] Darch 1985, hlm 531-534. Darch 1994, hlm 526-527.

[39] Darch 1994, hlm 285-296.

[40] Avrich 1973, hlm 134.

[41] Malet 1982, p109.

[42] Avrich 1988, hlm 114.

[43] Volin 1955, hlm 162.

[44] Malet 1982, hlm 176.

[45] Untuk penjelasan lebih terperinci tentang Tentara Merah lihat Cliff 1990.

[46] Woodcock 1963, hlm 397.

[47] Darch 1994, hlm 328.

[48] Palij 1976, hlm 192.

[49] Malet 1982, hlm 106.

[50] Avrich 1988, hlm 114.

[51] Volin 1955, hlm 223.

[52] Trotsky 1975, hlm 189-91.

[53] Avrich 1988, hlm 118.

[54] Volin 1955, hlm 223.

[55] Arshinov 1974, hlm 176.

[56] Volin dikutip dari Footman 1961, hlm 290. Peters 1970, hlm 58 mengacu pada perkosaan yang lain.

[57] Van der Walt and Schmidt 2009, hlm 334.

[58] Volin quoted in Footman 1961 hlm 290, juga Volin 1955, hlm 226: “suatu malam, saat Dewan mengeluhkan kelakuan tidak senonoh dari beberapa komandan, Makhno masuk di tengah sesi. Ia sedang mabuk dan sedang panas. Ia menarik revolvernya, mengarahkannya pada para hadirin, dan mengayunkannya di hadapan para anggota majelis, serta membuat mereka sangat tersinggung.”

[59] Chamberlin 1987, hlm 236.

[60] Malet 1982, hlm 103.

[61] Volin 1955, hlm 173.

[62] Palij 1976, hlm 86.

[63] Palij 1976, hlm 86.

[64] Malet 1982, hlm 50-52.

[65] Van der Walt and Schmidt 2009, hlm 255.

[66] Palij 1976, hlm 59.

[67] Volin 1955, hlm 179.

[68] Footman 1956, hlm 816-817.

[69] Palij 1976, hlm 146 and Malet 1982, hlm 23.

[70] Malet 1982, hlm 123.

[71] Malet 1982, hlm 123.

[72] Malet 1982, hlm 124.

[73] Malet 1982, hlm 124.

[74] Skirda 2004, hlm 156.

[75] Nomad 1939, hlm 326.

[76] Skirda 2004, hlm 158-159.

[77] Footman 1961, hlm 279.

[78] Skirda 2004, hlm 377.

[79] Footman 1961, hlm 286.

[80] Footman 1961, hlm 266.

[81] Woodcock 1963, hlm 396.

[82] D’Agostino 1971, hlm 192.

[83] Avrich 1973, hlm 131-132.

[84] Meskipun awalnya Makhno menyerang pasukan-pasukan Tentara Merah yang mundur di hadapan merangsek majunya pasukan Wrangel, tidak ada aliansi formal antara Makhno dan Wrangel. Palij 1976, hlm 219 and hlm 225.

[85] Malet 1982, hlm 61-66.

[86] Footman 1961, hlm 296.

[87] Radkey 1976, hlm 399.

[88] Nomad 1939, p331, mengemukakan bahwa kesenjangan juga ada dalam tentara Makhno: pasukan berkuda Makhno menjadi sejenis kaum elit ‘Anarkis’ dan memandang pasukan infantri mereka sendiri dengan perasaan jijik.”

[89] Darch 1985, hlm 48.

[90] Van der Walt and Schmidt 2009, hlm 255.

[91] Darch 1985, hlm 529.

[92] Lenin memimpin evaluasi kebiajakan Partai Komunis. Bagaimanapun juga ia ditentang oleh Rakovsky, Bubnov dan Manuilski, yang menentang konsesi terhadap nasionalisme Ukraina. Partai Komunis Rusia kini secara formal mengakui kemerdekaan Ukraina. Adams 1963, hlm 367.

[93] Untuk pemberontakan Hijau lihat Radkey 1976.

[94] Figes 1989, hlm 346.

[95] Figes 1989, hlm 349.

[96] Malet 1982, hlm 151.

[97] Malet 1982, hlm 61.

[98] Serge 1978, hlm 119.

[99] Figes 1989, hlm 356.

[100] Palij 1976, hlm 58.

[101] Palij 1976, hlm 56.

[102] Palij 1976, hlm 58.

[103] Footman 1961, hlm 283.

[104] Malet 1982, hlm 163.

[105] Skirda 2004, hlm 326.

[106] Skirda 2004, hlm 331.

[107] Skirda 2004, hlm 327.

[108] Arshinov 1974, hlm 245.

[109] Malet 1982, hlm 189.

[110] http://flag.blackened.net/revolt/platform/plat_organise.html.

[111] Van der Walt dan Schmidt 2009, hlm 6-7, 93.

[112] Anarchist FAQ.

[113] Skirda 2004, p157.

[114] Skirda 2004, hlm 352, D’Agostino 1971, hlm 278.

[115] Lihat contoh-contoh berikut http://crimethinc.com/texts/r/kobane/, https://roarmag.org/essays/pkk-kurdish-struggle-autonomy/.

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: