Opini Pembaca

Perspektif Terhadap Peran Mahasiswa Dalam Mogok Nasonal

ISD SamarindaApa guna punya ilmu tinggi, kalau hanya untuk membodohi. Apa guna banyak baca buku, bila mulut kau bungkam melulu……. (Widji Thukul).

Itulah sepenggal lagu yang mengingatkan kita terhadap semua tanggung jawab kita sebagai seorang manusia. Pada umumnya manusia adalah kaum intelektual, sebab itulah yang membedakannya dengan mahluk lainnya. Namun saat ini, tidak banyak manusia yang menggunakan intelektualitasnya. Hal tersebut tentu saja bukan tanpa alasan. Sebab ada banyak manusai yang terasingkan dari aktifitas sehari-harinya.

Buruh dalam aktifitasnya, terasingkan dari dirinya sebagai manusia. Setiap waktunya hanya di habiskan untuk memikirkan dirinya dan keluarga, agar dapat tetap makan dan bertahan hidup. Sementara di lain hal, mahasiswa yang punya banyak waktu untuk memafaatkan intelektualitasnya, seringkali justru melewatkan hari-harinya dengan aktifitas yang kontra produktif (bermain dan tidur).

Makna Penting Mogok Bagi Perjuangan Kelas Buruh

Dalam sistem ekonomi yang di sandarkan pada akumulasi semata, selamanya tidak akan membawa kesejahteraan, kebahagiaan dan kedamaian. Pemilik modal tidak akan berhenti untuk memikirkan keuntungan yang sebesar-besarnya setiap hari, melalui penjualan produk yang di hasilkan dari memeras tenaga dan jam kerja buruh.

Sementara itu kaum buruh, juga tidak akan berhenti menuntut upah layak, dari tenaga dan jam kerja yang mereka keluarkan. Kepentingan dari keduanya akan saling merugikan salah satunya. Jika buruh ingin mendapatkan upah layak, maka pemodal harus mengurangi keuntungannya, begitupun sebaliknya. Itulah mengapa pertentangan antara dua kelas yang di hasilkan dari pemisahan tenaga produksi dan alat produksi ini, tidak akan pernah bisa terdamaikan.

Bila kita melihat kembali sejarah perkembangan masyarakat dan sistem ekonomi di dalamnya, sebenarnya pelawanan kelas inilah yang memajukan masyarakat. Termasuk juga dalam sistem kapitalisme. Kita perlu mengetahui bahwa kondisi yang di alami buruh saat ini tidaklah seburuk masa lalu. Jika dulu buruh harus bekerja selama 16 jam kini buruh sudah dapat bekerja hanya 8 jam. Apakah ini karena kebaikannya kelas pemodal? Tentu saja tidak, 8 jam kerja yang di nikmati kaum buruh hari ini, adalah hasil dari perjuangan kaum buruh sebelumnya.

Pada masa Seoharto, upah minimum ditentukan berdasarkan Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) dan ditinjau (dinaikkan) setiap dua tahun sekali, kemudian berdasarkan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) hingga saat ini berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL), dimana KHL pun kini sudah sangat tidak layak bila hanya mengacu pada 62 komponen yang ditetapkan oleh dewan pengupahan. Termasuk di dalamnya adalah pemberian THR dan lain sebagainya. Semua ini didapatkan bukan secara gratis, atau karena kebaikan hati dari kelas pemilik modal atau pemerintah melainkan hasil dari perjuangan buruh yang terus marak terutama dalam bentuk aksi mogok dan demonstrasi massa.

Ini menjadikan pelajaran bagi kita bahwa, hanya jika kelas buruh berjuang bersama secara serius dan sadar, maka kemenangan demi kemenangan akan di dapatkan. Oleh karena itu melakukan pengorganisiran dan aksi massa, selamanya akan terus ada jika pemisahan alat produksi dan tenaga produksi itu masih terjadi. Salah satu bentuk perlawanan di level paling rendah dan yang paling sering terjadi selama kapitalisme ada adalah perlawanan dalam bentuk pemogokan.

Mogok, dalam sistem kapitalisme merupakan bentuk perlawanan kaum buruh. Mogok yang lakukan oleh buruh akan mendatangkan malapetaka bagi kelas pemodal. Karena sama-sama telah kita ketahui bahwa, jika buruh berhenti berproduksi maka mesin-mesin pabrik hanya akan menjadi mesin-mesin tua yang tidak berguna. Itulah mengapa pengusaha dan pemerintah, selalu berupaya untuk menghalang-halangi pemogokan yang di lakukan oleh kelas buruh.

Pemogokan bukanlah sekedar demonstrasi biasa, karena metode yang digunakan sebagai kekuatan utamanya adalah penghentian seluruh aktivitas produksi, berhentinya mesin-mesin produksi yang selama ini menghasilkan barang-barang atau jasa, dengan demikian juga penghentian sementara keuntungan para pemodal dan penghentian sementara penghisapan. Itulah mogok merupakan salah satu metode yang paling efektip dalam memenangkan tuntutan kaum buruh.

Arti Penting Keterlibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Buruh

Seringkali mahasiswa menganggap remeh kaum buruh karena status sosialnya. Padahal, mahasiswa dengan sistem pendidikan yang hari ini, akan bernasip sama dengan kaum buruh. Pendidikan yang hari ini telah menjelma menjadi komoditi perdagangan akan mencetak mahasiswa sebagai tenaga kerja murah. Setiap harinya, mahasiswa hanya mengurung pengetahuannya di dalam kelas berikut dengan doktrin teori untung rugi para dosen yang tak boleh di bantah. Berlomba lomba mendapatkan IPK tertinggi tanpa pernah bersentuhan langsung dengan realitas. Alhasil, ipk tinggi tadi, tidak sama sekali berarti bagi kesehari-hariannya bersama lingkungan masyarakat sekitar.

Lalu, sampai kapan mahasisewa harus mengurung diri di kelas atau dalam kampus. Sedang di luar sana, kaum buruh, mati-matian memperjuangkan hak untuk mendapatkan upah yang layak. Sementara para petani harus berjuang untuk memperjuangkan hak atas tanah yang di rampas. Padahal seperti yang di sampaikan sebelumnya, bahwa mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai banyak waktu untuk memanfaatkan intelektualitasnya.

Selama kapitalisme masih ada, maka terus akan ada kerja yang terasing, baik itu kerja manual maupun kerja intelektual. Karena itu, tetap akan ada mahasiswa yang terasing. ernest mandel dalam pidatonya pada “Majelis Internasional Gerakan Mahasiswa Revolusioner” memberikan pelajaran bagi kita akan pentingnya gerakan mahasiswa untuk tidak memisahkan diri terhadap gerakan rakyat lainnya. Ia berbicara mengenai konsepsi Marxis tentang integrasi yang tidak terpisahkan antara teori dan praktek.

”Makin terasingnya tenaga kerja intelektual ini sedikit banyak menggerakkan perlawanan mahasiswa yang, walaupun tidak menduduki posisi sebagai pelopor kelas buruh, dapat menjadi picu peledak di dalam masyarakat luas”. Menurutnya, mahasiswa memiliki kewajiban menterjemahkan pengetahuan teoretis, yang mereka peroleh di universitas, ke dalam kritik-kritik yang radikal terhadap keadaan masyarakat sekarang dan tentunya relevan dengan mayoritas penduduk. Mahasiswa harus berjuang di dalam universitas dan di balik itu untuk masyarakat. Serta menempatkan pendidikan untuk rakyat di depan penumpukan barang. Gerakan mahasiswa, harus menghapuskan skat skat sempit ruang kelas yang selama ini mengurung pengetahuannya terhadap realitas ekonomi politik masyarakat.

Bung karno lebih lanjut mempertegas kewajiban mahasiswa untuk berjuang bersama rakyat lainnya, pada pidatonya yang berjudul “hilangkan steriliteit dalam gerakan mahasiwa”. Dalam pidatoya tersebut, memberikan pelajaran mendalam bagi gerakan mahasiswa agar tidak mensterilkan diri dari gerakan rakyat lainnya. “Camkan benar-benar: setiap kaum Marhaenis berjuang untuk kepentingan kaum Marhaen dan bersama-sama kaum Marhaen” (pidato tersebut di sampaikan dalam kongres Gerakan mahasiswa nasionel Indoensia), kalimat tersebut berati bahwa kaum marhaenis (mahasiswa, dan elemen lainnya,yang berkesadaran revolusioner) harus berjuang bersama, terlibat dalam stiap gerakan rakyat. Itulah alasan mengapa mahasiswa harus ikut serta dalam gerakan rakyat di luar mereka.

Pada tanggal 24-27 november kemarin, buruh di semua daerah sedang melakukan mogok serentak nasional. Mogok tersebut di dasarkan pada penolakan atas PP No 78 tahun 2015. Tidak adalagi yang dapat di perbuat oleh rakyat, selain percaya pada kekuatannya sendiri untuk merubah ketertindasannya selama ini. setelah pencabutan terhadap subsidi BBM, kini upah buruh yang menjadi korban kebejatan penguasa. Saat buruh berjuang menuntut haknya, negara justru memukul mundur gerakan buruh dengan aparatur keamanannya. PP No 78 adalah produk kebijakan yang dengan jelas membuat kaum buruh semakin terasing dalam kesehariannya. Kehidupan yang layak kini hanyalah mimpi panjang bagi kaum buruh.

Negara sedang berupaya untuk tidak lagi melibatkan kaum buruh dalam penentuan upah. Sebab PP no 78 menyatakan bahwa upah buruh akan di tetapkan selama 5 tahun sekali berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Meski kita sama-sama telah mengetahui bahwa, formula semacam ini mudah sekali diselewengkan oleh pemilik modal dan pemerintah.
Mahasiswa dengan segala waktu yang ia gunakan untuk belajar dan berdiskusi, harus melibatkan diri dan ikut serta berjuang bersama gerakan buruh. Dengan tidak melupakan untuk memberi perspektif terhadap mogok nasional itu sendiri. Serta membelejeti sifat prakmatis, dan oportunis dari elit serikat buruh yang menghambat kemajuan kesadaran kelas buruh. Jika pada rezim soeharto hanya ada satu serikat yang boleh berdiri. Dimana keberadaan serikat buruh pada saat itu hanya untuk meredam gerakan buruh, dengan cara menjadikan pimpinan serikat sebagai manajer atau HRD di perusahaan.

Dalam kondisi sekarang tak jauh berbeda, banyak pimpinan serikat yang memanfaatkan serikat buruh dan anggotanya untuk mengejar jabatan di dewan pengupahan atau mentri ketenaga kerjaan, dengan dalih akan memperjuangkan nasib buruh. Lebih lanjut mahasiswa berkewajiban membantu perjuangan rakyat atas persoalan dan tuntutannnya sehari-hari. Membantu mereka membangun organisasi perjuangan. Serta membantu menjelaskan persoalan rakyat dengan menghubungkan-nya pada akar masalah, yakni sistem kapitalisme. memberikan pemahaman revolusioner dan membangun kesadaran kelas kepada massa dan para pejuang massa.

Oleh : Bung Jamal, GMNI Samarinda dan Calon Anggota KPO-PRP.

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: