AksiReportase

Kronologi Represi di Tiga Daerah Dalam Peringatan Hari Buruh Sedunia 2025

Pengantar

Di bawah ini merupakan kronologi represi dan penangkapan massa aksi oleh polisi dalam momentum Hari Buruh Sedunia di 3 daerah: Jakarta, Bandung, dan Semarang. Dalam peringatan momentum Hari Buruh Sedunia 2025 kali ini, gerakan terbagi menjadi dua corak. Pertama, adalah gerakan serikat buruh yang bertemu dengan pejabat-pejabat negara. Di Jakarta, gabungan serikat buruh yang terdiri dari Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia, Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia, Partai Buruh. Peringatan Hari Buruh Internasional di Monas dihadiri oleh Presiden Prabowo Subianto. Di Semarang dan Bandung, serikat-serikat yang sama juga memilih untuk masuk ke gedung DPRD dan bertemu dengan para anggota dewan.

Kedua, adalah gerakan yang memilih untuk memobilisasi aksi di jalanan. Mobilisasi massa ini, di tiga daerah tersebut, telah—tidak hanya memobilisasi massa buruh, namun juga elemen mahasiswa, tani dan kaum muda lainnya. Di Jakarta, aksi tersebut dilancarkan oleh aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) di depan Gedung DPR. Di Semarang, adalah aliansi yang dibangun oleh mahasiswa dan menggelar aksi di depan kantor Gubernur Jawa Tengah. Konsep aksi yang direncanakan mahasiswa adalah melakukan sidang rakyat di Gedung DPRD. Di Bandung, aksi Hari Buruh Internasional dimobilisasi oleh Aliansi Buruh Bandung Raya. Tema aksi di Bandung mengangkat slogan “Bangun Persatuan Rakyat Kelas Pekerja, Rebut Kedaulatan”.

Aksi peringatan Hari Buruh Sedunia 2025 yang dilancarkan di jalanan berakhir dengan represi aparat kepolisian—beberapa berakhir dengan kriminalisasi. Di bawah ini adalah kronologi represi di tiga daerah tersebut. Di Jakarta, kami mencoba membuat sendiri kronologi jalannya aksi. Di Bandung dan Semarang kami menyadur kronologi yang dimuat dalam laporan kekerasan Pusat Data Kekerasan Nasional milik Tim Advokasi Untuk Demokrasi. Tulisan ini akan dibagi menjadi tiga bagian berseri. Pertama, adalah kronologi yang disematkan secara langsung dalam laman ini. Kedua, adalah analisa dari kronologi yang ada mengenai kecenderungan umum represi dan pembenaran rezim atas represi tersebut. Ketiga, adalah analisa atas kriminalisasi yang menimpa puluhan massa aksi di tiga kota tersebut.

Jakarta, 1 Mei 2025

Pukul 10:00 WIB

Massa aksi dari Front Mahasiswa Nasional (FMN) membentangkan spanduk dan melancarkan aksi di gerbang belakang (Pancasila) DPR. Tidak berjalan lama, aparat kepolisian secara tiba-tiba menyerang massa aksi. Beberapa massa aksi diinjak-injak dan dipukuli oleh aparat kepolisian. Demikian juga perlengkapan aksi seperti spanduk dan bendera dirampas. Sebelum melakukan perampasan, polisi menunjuk massa aksi dan meneriakkan “anarko!” terhadap massa aksi, terutama mereka yang memegang spanduk dan bendera.

Pukul 12:00 WIB

Massa aksi dari GEBRAK yang awalnya berkumpul di depan Senayan Park mulai melakukan mobilisasi menuju depan gedung DPR. Dua mobil komando bergerak di depan massa aksi dan orang-orang di atas mobil mulai menyerukan orasi demi orasi.

Pukul 12:30 WIB

Massa mulai berkumpul di depan Gedung DPR, dua mobil komando terlihat berjejer dan satu mobil dengan perlengkapan music performance berada di depan gerbang DPR sebelah utara. Massa mulai duduk mendengarkan orasi satu per satu.

Pukul 13:30 WIB

Barisan massa dari Gabungan Serikat Buruh Indonesia, Front Mahasiswa Nasional, dan GMNI Jakarta Selatan datang dengan satu mobil komando dan melakukan orasi di samping gerbang DPR sebelah selatan.

Pukul 14:33 WIB

Sekitar satu pleton pasukan anti huru-hara masuk ke Jl. Gatot Subroto membubarkan aksi bakar ban yang dilakukan oleh massa dari aliansi Gabungan Serikat Buruh Indonesia, Front Mahasiswa Nasional, dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia. Polisi mendesak masuk ke dalam kerumunan masa aksi. Sempat terjadi argumentasi dengan masa yang tidak terima pemadaman serta dorong-mendorong dengan polisi hingga akhirnya api padam. Menanggapi kejadian ini, orator dari atas mokom mengingatkan agar tidak terprovokasi.

Pukul 16:48 WIB

Terdapat orang-orang datang dari arah selatan menuju ke gerbang utara DPR kemudian mulai melakukan pelemparan-pelemparan batu ke arah gedung. Bersamaan dengan itu barisan polisi anti huru-hara berpiranti lengkap dengan diiringi truk water cannon mulai berjalan pelan dari arah jembatan layang Slipi sembari menyemprotkan air ke arah massa aksi GEBRAK.

Pukul 17:00 WIB

Massa aksi GEBRAK yang sudah dipukul mundur ke arah Senayan Park meminta polisi menghentikan represi dengan pengeras suara namun tidak dihiraukan. Di waktu yang hampir bersamaan terdapat salah satu individu dari barisan massa aksi yang melempar botol ke arah polisi kemudian lari mendekat ke arah barisan polisi.

Pukul 17:10 – 17:30 WIB

Segelintir orang berbaju hitam mencoba untuk memancing konflik horizontal dengan mengajak berkelahi anggota KASBI. Di saat bersamaan ketika massa aksi dipukul mundur oleh polisi, dan segelintir orang tetap melemparkan benda-benda ke polisi, salah satu elemen di dalam GEBRAK mencoba untuk mengarahkan segelintir orang tersebut untuk masuk ke tol agar menjauhi massa aksi dari GEBRAK yang sedang melakukan evakuasi. Namun, upaya tersebut tidak berhasil.

Pukul 17:20 – 18:00 WIB

Sepanjang pemukulan mundur, jurnalis yang hendak mengamankan diri untuk melanjutkan peliputan dari dalam gedung DPR dihalangi masuk gerbang, “Enggak bisa! Semua mundur ke sana (arah Semanggi),” larang salah seorang polisi. Di titik lain pada rentang waktu yang sama, sekelompok polisi berbaju sipil tiba-tiba berseru “anarko!” menunjukkannya kepada jurnalis progreSIP. Biarpun telah menunjukkan kartu pers, jurnalis yang tengah meliput situasi di lapangan itu tetap digeledah secara paksa, serta didesak untuk menghapus hasil liputannya. Sebelum pukul 18.00 tim medis yang mendengar kabar bahwa ada kawan yang dipukuli polisi berjalan dari gedung DPR menuju flyover untuk mengevakuasinya.

Sesampainya di bawah flyover, salah seorang paramedis yang melihat sedang terjadi penggeledahan secara paksa spontan menanyakan situasi kondisi “ada apa?”, polisi merespon pertanyaan tersebut dengan mendorongnya. Kekerasan tersebut bereskalasi selepas aparat menyadari bahwa salah seorang dari tim medis memasang kamera di helmnya, mereka mencoba untuk merebut kamera, mengakibatkan terjadinya dorong-mendorong sampai akhirnya seorang peserta aksi terjatuh. Melihat hal tersebut, polisi menyerukan untuk mengangkutnya.

Kekerasan aparat tidak hanya melalui pukulan dan tendangan, salah satu peserta aksi (perempuan) yang hadir saat itu juga dilecehkan. Pakaian dalamnya ditarik dan pelecehan tersebut dibarengi dengan pelecehan verbal lewat makian “lonte”, “telanjangi, telanjangi” oleh polisi. Polisi juga mengangkut peserta aksi tersebut. Polisi menangkap dan mengangkut 4 anggota tim medis ke Polda Metro Jaya dari bawah flyover saat itu. Totalnya, sebanyak 14 peserta aksi telah ditahan oleh kepolisian pada aksi Hari Buruh di Jakarta dengan argumentasi para tahanan terlibat dalam tindakan anarkis.

Bandung

Kamis, 1 Mei 2025 — Aksi peringatan Hari Buruh Sedunia atau May Day di Bandung yang diikuti oleh buruh, mahasiswa, dan elemen masyarakat lainnya. 

Pukul 08.00 WIB buruh yang berada disekitar wilayah Bandung Raya menuju arah kota Bandung, tepat dari arah Cileunyi, Kab. Bandung rombongan buruh menggunakan kendaraan bermotor memasuki Kota Bandung. Di berbagai perbatasan Bandung dan Kab. Bandung sudah terdapat pengawasan dari pihak kepolisian (intel) di sepanjang ruas jalan perbatasan memasuki kota Bandung.

Pukul 10.00 WIB, massa aksi yang terdiri dari sekitar 200 orang buruh dari KSN, mahasiswa, dan elemen masyarakat lainnya mulai berkumpul di titik kumpul, Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Sebelum sampainya massa aksi di titik kumpul pihak kepolisian sudah berada dilokasi dan melakukan pemantauan serta melakukan komunikasi dengan pihak buruh dan massa aksi untuk menanyakan bagaimana berjalannya aksi, berapa orang massa aksi, dari berbagai daerah mana saja massa aksi yang akan dilakukan.

Setelah pengarahan dan konsolidasi singkat oleh koordinator aksi, massa kemudian melakukan long march menuju titik aksi di Taman Cikapayang, Jalan Ir. H. Juanda sejauh 1 km.

Pukul 11.00 WIB, massa aksi tiba di Taman Cikapayang dan menggelar aksi damai. Massa duduk melingkar sambil mendengarkan orasi dari berbagai perwakilan buruh dan beragam organisasi, maupun masyarakat sipil. Dalam suasana yang kondusif, yel-yel perjuangan dan lagu perjuangan dinyanyikan bersama, menyuarakan keresahan dan tuntutan terhadap kondisi ketenagakerjaan yang timpang serta kebijakan negara yang merugikan rakyat kecil. Massa aksi semakin lama semakin banyak memenuhi taman Cikapayang. Tidak hanya menyuarakan terkait dengan Buruh, massa aksi dan Buruh menyuarakan juga terkait dengan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan ruang hidup di kota Bandung – Jawa Barat yang syarat akan penggusuran, isu nasional terkait dengan Militerisme, dan lain sebagainya.

Namun sekitar pukul 14.30 WIB, terdapat gesekan antara massa aksi dan pihak kepolisian (Intel), pihak Intel merampas perlengkapan aksi dari massa, yaitu poster dan banner, hingga hujan deras mengguyur kawasan aksi. Beberapa massa kemudian berpindah untuk berteduh di bawah Jembatan Layang Pasupati dan beberapa massa menarik diri untuk pulang. Di sinilah situasi berubah mencekam. Aparat kepolisian mulai mengepung massa dari berbagai arah. Polisi terlihat berjaga dari berbagai arah, termasuk bersama-sama dengan orang-orang tanpa identitas seragam.

Ketika massa aksi sedang berteduh dibawah jembatan layang Pasupati, mereka masih aktif menyanyikan lagu penyemangat dan melakukan orasi. Akan tetapi situasi memanas pihak kepolisian yang berada di ruas jalan yang berseberangan dengan massa aksi melakukan pemotoan dan memperhatikan massa aksi dengan bergerombol. Hingga hal tersebut memancing massa aksi.

Sekira pukul 16.00 WIB situasi semakin memanas, lempar-lemparan antar massa aksi dan kepolisian terjadi. Massa aksi memblokir jalan untuk menghentikan arus lalu lintas kendaraan bermotor agar masyarakat sipil lainnya tidak terkena dampak terjadinya bentrokan antara kepolisian dan massa aksi. Hingga pihak kepolisian menurunkan mobil water canon yang sudah dipersiapkan dan gabungan satuan pengendali massa aksi yang berpakaian lengkap dengan tameng dan pentungan mendorong massa aksi dari arah JL. Cikapayang ke arah JL. Dipatiukur.

Massa aksi yang dalam kondisi terdesak, mencoba mengevakuasi diri ke arah Jalan Dipatiukur, terdapat mobil patroli Kepolisian yang terparkir. Hingga akhirnya terjadi pengrusakan terhadap mobil tersebut. Namun, aparat  terus memukul mundur para massa aksi. Water cannon ditembakkan ke arah massa, memaksa mereka mundur hingga ke sekitar Rabbani Jl. Dipati Ukur secara perlahan. 

Tekanan terus berlangsung hingga massa terpaksa berhamburan dan berlari ke arah Universitas Padjadjaran (UNPAD), Jalan Dipatiukur untuk evakuasi. Dalam proses ini, beberapa peserta aksi ditangkap, dan beberapa orang dinyatakan hilang dari rombongan. Pasca aksi, pengintaian terhadap peserta aksi terus berlangsung. Polda Jawa Barat tercatat melakukan penangkapan lanjutan terhadap beberapa orang yang diduga ikut dalam aksi.

Dalam kondisi yang terus terdesak salah seorang massa aksi yang teridentifikasi AF tertangkap oleh kepolisian lalu dibawa ke Polda Jabar.

Semarang

Pukul 14.30 – 15.30 WIB

Mahasiswa mulai berdatangan ke depan Kantor Gubernur Jawa Tengah. Mahasiswa datang bertahap, berkelompok berdasarkan asal universitas. Sebagian besar memarkirkan kendaraan di sekitar Undip Pleburan, depan kantor pos, depan bank BI, sebagian lainnya parkir di trotoar jalan pahlawan.

Dresscode hitam tanpa almamater dipilih agar membangun posisi setara dan berbaur antar mahasiswa. Selain itu juga untuk menghindari adanya potensi polisi mencari-cari massa aksi berdasarkan ciri-ciri pakaian. Hal ini karena pada beberapa aksi besar belakangan, polisi kerap melakukan sweeping kepada mahasiswa setelah aksi selesai.

Terlihat pagar-pagar besi, setinggi sekitar satu meter dipasang di sepanjang tengah jalan dan berlapis depan gubernuran dan DPRD. Bahkan terlihat mobil pengamanan dalmas model baru. Aparat brimob telah memenuhi kawasan Gubernuran dan DPRD. Sebelah kiri, tengah dan kanan dipenuhi pasukan polisi. Dari informasi yang disampaikan Kapolda Jateng, ada sekitar 8750 personil diturunkan untuk melakukan pengamanan aksi.

Ketika mahasiswa datang, terlihat pagar pembatas taman sudah dipasang oleh polisi. Beberapa diantaranya telah berada dalam kondisi jatuh, dan bagian kakinya mengarah ke atas. Karena pagar yang jatuh tersebut dinilai berbahaya bagi massa, beberapa mahasiswa mengumpulkannya di satu tempat.

Mahasiswa memang dengan sengaja datang pada sore hari karena konsep aksi mahasiswa bukanlah orasi sebagaimana biasanya. Beberapa serikat buruh-pun diketahui hendak bertemu dengan pejabat pemerintahan pada hari itu. Hal ini dihindari oleh mahasiswa. Konsep aksi yang direncanakan mahasiswa adalah melakukan sidang rakyat di Gedung DPRD.

Pukul 15.30 WIB

Sekitar 300 mahasiswa sudah berkumpul. Paramedis jalanan sudah mulai berkeliling berkelompok, pos medis juga dibuat sekitar 20 meter dari titik aksi. Mahasiswa mulai melakukan aksi di pintu kiri, depan gedung gubernuran. Massa buruh dari KSPI, FSPIP, dan SB Semar Grobogan juga masih melakukan aksi/orasi. Terdapat 3 mobil komando buruh di pintu depan gedung DPRD.

Upaya pertama untuk masuk ke Gedung DPRD berusaha dibubarkan polisi. Mahasiswa sedikit mundur kemudian mulai lagi. Upaya kedua juga mendapat upaya pembubaran dari polisi, beberapa mahasiswa sempat mundur, baru kemudian maju lagi. Tindakan polisi pertama dan kedua ini dilakukan dari arah depan mahasiswa.

Pukul 16.00 WIB

Tiba-tiba sekitar 20 an personel polisi dengan membawa tameng dan berseragam keamanan lengkap, seperti helm, rompi dan pelindung lainnya maju ke arah barisan mahasiswa. Polisi maju melewati pintu tengah dimana massa aksi KSPI, FSPIP, dan SB Semar Grobogan tengah melakukan aksi. Mahasiswa kaget dan sempat berlarian kemudian beberapa mahasiswa lainnya berusaha mendorong balik polisi. Meski polisi berhasil didorong mundur, tapi tindakan polisi ini memprovokasi mahasiswa. Apalagi upaya pembubaran dari kepolisian tidak berdasar, mengingat waktu itu bahkan masih sore, belum melewati jam 18.00, yang lazim digunakan kepolisian sebagai patokan waktu untuk membubarkan mahasiswa. Mahasiswa pun melempari barikade polisi.

Karena khawatir akan ada serangan lanjutan dari polisi, massa aksi kemudian menutup gerbang DPRD dan taman akses yang digunakan polisi untuk membubarkan mahasiswa dengan pagar pembatas taman.

Setelah polisi mundur, mahasiswa menunggu agar kawan-kawan buruh melakukan evakuasi. Tidak hanya buruh, beberapa pedagang juga menjadi korban dari tindakan provokasi polisi. Mahasiswa dengan buruh kemudian mengangkat motor-motor yang terparkir di sekitar jalan, agar tidak rusak terkena dorong-dorongan.

Pukul 17.00 WIB

Setelah massa KSPI, FSPIP, dan SB Semar Grobogan sedang proses untuk membubarkan diri, masih ada beberapa buruh dan satu mobil komando di depan gerbang, tapi polisi dengan jumlah yang lebih banyak kembali maju membubarkan massa aksi mahasiswa. Ini adalah upaya pembubaran keempat dari aparat kepolisian. Sekitar 40 polisi melalui jalan taman depan pagar DPRD, mereka menendang dan menyingkirkan pagar pembatas yang dipasang oleh mahasiswa. Pada serangan ke empat ini, mahasiswa semakin terprovokasi, beberapa melempari tameng polisi dengan potongan paving dan potongan besi. Paving mengenai tameng polisi, sampai kemudian polisi mundur kembali masuk ke dalam area DPRD.

Upaya pembubaran berikutnya, polisi mengerahkan pasukan lebih banyak. Termasuk mengerahkan mobil dalmas yang beberapa kali menyiram mahasiswa dan menembakan gas air mata dalam jumlah banyak. Pasukan brimob dengan motor trail juga mulai mengejar mahasiswa. Mahasiswa berlarian ke arah Undip pleburan dikejar pasukan polisi yang terus menembaki gas air mata. Puluhan mahasiswa sesak nafas dan mata perih parah terkena gas air mata, beberapa warga dan pedagang juga sesak nafas sampai tergeletak di trotoar, paramedis menolong warga dengan memberikan bantuan oksigen dan cairan mylanta.

Polisi masih tetap mengejar mahasiswa, apalagi sebagian mahasiswa tidak berhasil lari ke arah Undip pleburan. Beberapa mahasiswa yang tertangkap dipukuli dan diseret ke wilayah Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Tidak hanya mahasiswa, jurnalis juga sempat mendapatkan tindakan kekerasan. Seperti dipiting, dipukul dan dibanting dan ditangkap. Salah satu jurnalis dari tempo mendapatkan tindakan kekerasan, padahal sudah menunjukan kartu pers dan menjelaskan tujuan peliputan.

Beberapa mahasiswa yang berlari menuju undip pleburan sempat dihentikan oleh rombongan intel yang berjaga di area trotoar Pleburan. Beberapa intel juga tampak memukul mahasiswa. Karena kesal, mahasiswa kemudian membawa satu orang intel tersebut ke kawasan Undip pleburan, sementara rombongan intel lain lari.

Beberapa mahasiswa berusaha pulang, dan mengecek kendaraannya yang diparkir. Ternyata, sebagian sepeda motor mahasiswa juga ikut diangkut oleh polisi dan dibawa ke Polrestabes Semarang.

Sekitar Pukul 17.30 WIB

Intel atas nama Y dibawa oleh massa aksi ke dalam kawasan Undip pleburan, kemudian bersama-sama massa aksi menunggu di dalam gedung auditorium Imam Barjo. Intel tersebut kemudian ditanyai oleh mahasiswa mengenai kerja-kerja intel. Sembari itu, intel tersebut diberikan pakaian ganti, makanan, dan rokok oleh massa aksi. Intel tersebut juga diberikan kesempatan untuk mengabari keluarganya bahwa kondisinya baik-baik saja. Untuk menghindari amuk massa terhadap intel tersebut, massa aksi menugaskan tiga orang untuk berjaga.

Setengah jam kemudian, ada lima orang berbadan besar dan berpakaian preman datang ke depan Undip Pleburan dengan mengendarai sepeda motor. Mereka melihat-lihat memperhatikan kondisi sekitar.

Sekitar 15 menit berikutnya, Sekitar 50 orang dengan penampilan yang sama mulai berdatangan. Sebagian seperti intel, sebagian seperti preman. Mereka mulai berusaha masuk menerobos gerbang Undip yang saat itu tertutup. Ada juga pihak Polrestabes yang berusaha melakukan negosiasi kepada massa aksi.

Sekitar Pukul 19.00 WIB

Sekitar 300-an orang intel dan/atau preman berkumpul di depan Undip. Para preman tersebut berasal dari organisasi bernama Lindu Aji. Mereka kemudian bekerjasama melakukan perusakan dan represi. Mereka menjatuhkan motor massa aksi yang parkir di depan Undip, bahkan memukuli motor dengan besi. Mobil medis yang terparkir di luar gerbang juga ditusuk tiga ban-nya dengan pisau dan banyak goresan pada body mobil. Intel dan/atau preman juga melempari massa aksi dengan batu, mendorong massa aksi yang di luar gerbang bahkan mengejar dan menangkap massa aksi yang ada di luar gerbang.

Para intel dan/ atau preman itu juga sempat menghalang-halangi ambulance yang mau keluar masuk. Satu ambulan tidak jadi masuk karena dilarang oleh mereka. Seorang anggota Tim Advokasi May Day yang merekam dari awal dikejar oleh kelompok tersebut, mereka berusaha mengambil handycam yang dipegang oleh anggota Tim Advokasi tersebut. Ia juga sempat juga terkena lemparan kemudian baju ditarik hingga bagian belakang baju robek.

Selama proses ini, massa aksi mencoba mendata mahasiswa yang ditangkap. Tercatat 18 orang telah ditangkap oleh kepolisian.

Pukul 20.00 – 22.00 WIB

Tim Advokasi May Day mencoba mencari informasi mengenai massa aksi yang ditangkap ke Polrestabes Semarang untuk memberikan bantuan hukum tidak diizinkan masuk. Berdasarkan keterangan polisi, massa aksi yang ditangkap sebelumnya memang dibawa ke Polrestabes Semarang, namun kemudian kembali di bawa ke kantor Gubernur.

Sesampai di kantor Gubernur, Tim Advokasi mendapati 14 massa aksi tengah berada dalam truk Dalmas dengan penjagaan ketat. Sementara, 4 orang lainnya, telah di bawa ke Undip Pleburan. Beberapa perwira polisi yang dimintai informasi menyatakan tidak mengetahui proses apa yang selanjutnya akan dilakukan karena bergantung pada proses “negosiasi” yang terjadi di Undip.

Di saat yang bersamaan, Wakil Rektor (WR) I Undip dan Perwakilan Fakultas Hukum Undip mengajak mahasiswa untuk bernegosiasi bersama kepolisian. Dua orang perwakilan mahasiswa dibawa oleh WR I ke gedung sebelah auditorium. Di dalam ruangan ada Wakapolda Jawa Tengah dan pihak dari Polrestabes.

Dalam pertemuan itu, pihak Polda dan Polres meminta intel yang diamankan massa aksi dilepaskan dari pintu belakang dan sebagai gantinya, empat masa aksi yang ditangkap akan dibebaskan. Apabila mahasiswa menolak, maka ratusan Brimob akan dikerahkan untuk menerobos masuk undip pleburan. Mahasiswa tidak menyepakati permintaan tersebut, karena mahasiswa meminta agar semua mahasiswa yang ditahan segera dilepaskan dan diantarkan ke depan Undip pleburan.

Di luar kampus, 100 an Brimob telah disiagakan. Ditambah 300-an intel dan/atau preman. Memperhitungkan beberapa hal, termasuk keamanan mahasiswa lainnya, mahasiswa melakukan rapat sebentar kemudian menyepakati untuk melepaskan intel tersebut tapi dengan syarat akses bantuan hukum kepada massa aksi yang ditangkap tidak dipersulit, serta agar adanya jaminan agar tidak ada ancaman kepada mahasiswa lainnya yang ada di undip pleburan. Kepolisian menyepakati hal ini.

Intel tersebut kemudian diserahkan kepada Wakapolda dan empat massa aksi yang ditangkap dikembalikan pada massa aksi. Intel, Ormas, dan Brimob yang berada di depan Undip kemudian membubarkan diri.

Pukul 22.00 WIB

Sebagian besar mahasiswa pulang. Sebagian lainnya menunjuk Polrestabes Semarang untuk bersolidaritas kepada massa aksi yang ditangkap. Tim Advokasi May Day kemudian mendatangi Polrestabes Semarang untuk memberikan bantuan hukum. Setelah terjadi perdebatan, barulah Tim Advokasi diizinkan masuk, namun masih harus menunggu proses gelar perkara yang dilakukan Polrestabes Semarang.

Pukul 00.30 WIB

Setelah menunggu sekitar dua jam, Tim Advokasi dapat mendampingi pemeriksaan terhadap 14 massa aksi yang ditangkap.

Tim hukum melihat kondisi beberapa mahasiswa yang ditangkap. Dua orang kondisinya cukup parah, pupil matanya ada seperti gumpalan darah, salah satu lagi wajahnya babak belur. Ketika kami tanya, ingat nama yang memukul, mereka bingung. Karena dipukuli bukan oleh polisi berseragam, melainkan oleh polisi-polisi yang berseragam preman. Kami menduga mereka adalah intel dan/atau preman dari Lindu Aji. Padahal seharusnya tugas intel dalam aksi massa sifatnya adalah pengumpulan dan pemberian informasi kepada pimpinannya, bukan memukuli mahasiswa. Apabila mereka memukuli mahasiswa sudah pasti sulit untuk diketahui namanya karena tidak berseragam dan tidak memakai tempelan nama. Pemeriksaan terhadap massa aksi dilakukan hingga sekitar pukul 03.30-05.00, untuk kemudian dilanjutkan pada pagi hari.

2 Mei

Pukul 9.30 WIB

Pemeriksaan kembali dilanjutkan dalam kondisi korban kelelahan dan luka-luka. Obat yang disediakan polisi tidak cukup untuk memulihkan kondisi fisik massa yang ditangkap.

Mahasiswa lain mulai berdatangan, sebagian membawa makanan dan memberikan makanan kepada korban penangkapan. Tapi sebagian besar masih sulit makan, tidak selera makan dan sebagian naik asam lambungnya.

Pemeriksaan BAP berlangsung sangat lama, termasuk kepada beberapa korban penangkapan yang sama sekali tidak terbukti melakukan pelemparan. Ada juga dua anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang ditangkap ketika melakukan kerja jurnalistik.

Pukul 17.00 WIB

Setelah lebih dari 24 jam penahanan, Polisi masih menahan dan mencari-cari bukti atau keterangan lain untuk menjerat dan membuat sebanyak-banyaknya tersangka. Sekitar 18.00, delapan orang korban penangkapan dibebaskan sementara enam orang lainnya masih diperiksa.

Pukul 19.00 WIB

Beberapa proses pemeriksaan diajukan oleh tim hukum untuk jeda, karena kondisi korban yang sudah sangat lelah. BAP mulai dilanjutkan jam 20.00, enam mahasiswa yang ditetapkan sebagai Tersangka.

Tim Advokasi dan perwakilan dari birokrat kampus Undip, Unnes dan USM berusaha untuk meminta Kasat Reskrim untuk melakukan penangguhan penahanan, agar para mahasiswa bisa pulang ke rumah dan beristirahat secara layak, apalagi mereka mahasiswa aktif. Tapi pihak Polrestabes tidak bersedia.

Pukul 23.00 WIB

Enam mahasiswa diborgol, berbaris dan dibawa ke sel tahanan.

ditulis oleh Theia l Anggota Resistance, Hayamuddin dan Riang Karunianidi l Anggota Resistance dan Kader Perserikatan Sosialis

Loading

Comment here