Perspektif

Tentang Pemogokan (2)

Mogok 3

(Tulisan ini Merupakan Materi dari Sekolah Kader Buruh KPO-PRP–dengan beberapa revisi)

 

II. Pengorganisasian Pemogokan

Jatuhnya Soeharto, selain membawa dampak positif berupa kebebasan serikat buruh dan legalisasi aksi-aksi buruh, tetapi juga menyisakan beberapa dampak negatif. Salah satunya adalah pemogokan atau demonstrasi yang dapat dilakukan dengan lebih terbuka dan legal (diatur dalam UU). Namun dampaknya seringkali pengorganisiran mogok tidak dipersiapkan dengan baik, bahkan di tempat dimana sudah berdiri suatu serikat buruh. Tapi tentu saja ini dipengaruhi juga oleh prosedur-prosedur legal pemogokan (pemberitahuan 7 hari sebelum mogok) yang membuat senjata akhir tersebut menjadi lebih mudah terbaca dan mengurangi keampuhan nya.

Sering pula dengan sudah berdirinya serikat, tuntutan-tuntutan perbaikan kesejahteraan justru tidak lagi diperjuangkan secara serius, walaupun misalnya, perusahaan terus berkembang atau keuntungan perusahaan terus meningkat. Dan apabila perjuangan dilakukan, perjuangan ini sering terjebak dalam “cengkeraman perundingan” dan “hubungan yang harmonis” dengan pihak-pihak pengusaha yang tidak jarang bahkan akhirnya mengurangi kekuatan perjuangan itu sendiri.

Ditambah lagi banyak nya kasus dimana pengurus serikat diangkat naik jabatan atau karirnya, yang pada akhirnya membuat peran serikat tidak lagi berfungsi sebagai alat perjuangan buruh. Ini semua adalah cara-cara pengusaha untuk mengebiri peran dari fungsi serikat buruh sebagai alat perjuangan kaum buruh dan menggantikan perjuangan massa menjadi sekedar perjuangan segelintir pengurus di meja-meja perundingan atau bahkan di rumah-rumah makan mewah.

Mogok kerja, walaupun merupakan senjata kaum buruh dalam menuntut, tetapi pengorganisiran nya yang tidak tepat (walau tetap menghasilkan pengalaman berlawan), juga dapat membawa dampak negatif. Misalnya kekalahan sebuah pemogokan seringkali menghasilkan keributan diantara kader/anggota, demoralisasi, perpecahan (memperkecil barisan/jumlah anggota), hingga tidak mempercayai pemogokan sebagai senjata kaum buruh yang efektif (trauma terhadap pemogokan yang gagal) dan dampak negatif lainnya.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, organiser mogok harus menguasai teknik pengorganisiran massa dan pengorganisiran pemogokan. Tanpa keahlian dalam mengorganisir, organiser dapat gagal dalam melakukan tujuan dari pengorganisiran yaitu perjuangan massa, pembentukan organisasi perjuangan, lingkaran revolusioner hingga rekruitmen kedalam organisasi revolusioner.

Tetapi bila ia terorganisir secara baik, walau tuntutan tidak dipenuhi, hasilnya tetap bisa positif: pengalaman perjuangan, pembentukan/semakin matangnya serikat, perluasan pengorganisiran ke perusahaan lain dari buruh yang di-PHK, muncul pimpinan-pimpinan sejati yang dihasilkan dari perjuangan nyata, sampai kepada kemenangan-kemenangan yang diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan diri berjuang.

Berikut beberapa langkah dan taktik pengorganisiran pemogokan:

1.   Pra Pengorganisiran Mogok

Sebelum masuk ke pengorganisiran, organiser sebaiknya memiliki sejumlah “pengetahuan/ gambaran umum” untuk bekal selama pengorganisiran. Misalnya pengetahuan akan hukum, peraturan, undang-undang perburuhan, terutama yang paling sering menjadi masalah di perburuhan seperti isu buruh kontrak/outsourcing, upah (upah minimum, upah lembur), jamsostek, hak berserikat, aturan mogok, dan lain sebagainya yang penting. Ini dapat diperdalam saat organiser masuk ke lapangan, dimana ia bertemu dengan masalah riil yang dihadapi buruh di sebuah pabrik. Oleh karena itu penting untuk memberikan training kelas kepada kawan-kawan organiser.

Selain itu ada baiknya organiser juga “ditraining” di lapangan (praktek) oleh kawan yang sudah berpengalaman dalam pengorganisiran buruh dan pemogookan. Lebih bagus lagi selama di lapangan ia juga ditemani oleh kawan yang berpengalaman tersebut. Pengetahuan ini akan menjadi bekal organiser ketika ia diterjunkan untuk melakukan kerja pengorganisiran.

2.   Integrasi

Langkah utama dalam kerja pengorganisiran adalah integrasi atau menyatu dengan buruh yang menjadi sasaran pengorganisiran. Dalam proses integrasi ini organiser harus berusaha untuk menyatu/melebur dirinya dengan massa buruh yang akan diorganisirnya.

Sejak awal organiser masuk ke basis pengorganisiran, sebenarnya organiser harus telah mulai melakukan sejumlah kerja-kerja awal pengorganisiran seperti mengunjungi kontak-kontak, mencari kawan, ikut dalam perbincangan-perbincangan yang sedang trend, ikut dalam aktivitas massa, dan merasakan semua kehidupan massa dan lain sebagainya. Tujuan dari integrasi ini adalah munculnya kepercayaan dari massa buruh yang diorganisirnya dan menjadi kawan dalam arti sebenarnya.

Untuk mencapai ini, dibutuhkan sejumlah ketrampilan dasar yang harus dimiliki seorang organiser seperti:

a)    Pandai bergaul. Yakni tidak melulu bicara atau menggurui, justru memperbanyak data dan pengetahuan sebagai bahan-bahan perjuangan).

b)   Kemampuan agitasi. Yakni komunikasi bentuk khusus: bukan hanya bertujuan membuat orang menjadi mengerti suatu persoalan, tetapi juga membuat mereka tertarik, antusias, dan akhirnya terlibat dalam kerja-kerja pengorganisiran selanjutnya. Agitasi membutuhkan pengetahuan yang lebih luas dan dari berbagai segi untuk menghubungkan hal yang ‘remeh-temeh’ dan ‘sehari-hari’ dengan hal yang struktural (umumnya kebijakan tertentu), lalu mengambil posisi/sikap atasnya.

c)    Memperhatikan segala sesuatu secara mendetail (lengkap). Yakni tidak abai pada data yang berbelit-belit, melakukan pendataan secara menyeluruh terkait kondisi perjuangan.

3.   Mengorganisir Pemogokan

Pada prinsipnya, mengorganisir pemogokan adalah membangun struktur perlawanan massa dalam sebuah perusahaan/kawasan untuk sebuah pemogokan. Dalam penerapannya, mengorganisir pemogokan adalah menggabungkan 3 kerja utama didalam massa, yakni: Mencari data, Mengagitasi, dan Membangun Struktur Pemogokan

A)   Mencari data

Misalnya:

1) Bagaimana kondisi buruh di sebuah perusahaan: Berapa upahnya, apakah ada uang makan, uang transport, bagaimana kondisi jam kerjanya, statusnya, keberadaan serikat buruh, dll.

 2) Bagaimana “proses produksi” yang ada di sebuah perusahaan: Ada berapa bagian, berapa shift, berapa orang per bagian dan per shift, berapa yang sudah pekerja tetap, dll.

Karena mogok adalah menghentikan aktivitas produksi, maka mencari tahu proses produksi merupakan suatu pencarian data yang sangat penting. Oleh karenanya,  struktur perlawanan yang dibangun juga akan didasarkan pada proses produksi ini.

3) Persoalan-persoalan apa yang paling dikeluhkan oleh mayoritas buruh di perusahaan tersebut: pelanggaran hak normatif, sanksi-sanksi perusahaan, bertahun-tahun tidak ada peningkatan, dll.

 4) Kondisi perusahaan: Apa produk yang dihasilkan oleh perusahaan, apakah modal asing atau dalam negeri, apakah ekspor, diekspor kemana, situasi pemesanan barang, situasi keuntungan perusahaan, cabang perusahaan, kerjasama perusahaan, dll

B)   Mengagitasi

Data yang diperoleh kemudian dipelajari dan menentukan titik dan garis agitasi yang akan dijalankan. Agitasi harus diambil dari kondisi dan problem kongkret yang dialami, dan yang diketahui oleh mayoritas massa buruh di perusahaan tersebut. Keberhasilan dari pekerjaan agitasi adalah ketika massa/kontak dapat dibangkitkan semangat, kesadaran, dan keterlibatan nya dalam pengorganisiran perjuangan.

Bentuk-bentuk agitasi antara lain dilakukan dengan cara:

–   Agitasi dari rumah ke rumah. Biasanya sangat penting dilakukan pada tahap awal pengorga­nisiran. Agitasi dari rumah ke rumah atau “dari pengorganisiran satu kontak/kawan ke kontak/kawan lainnya” adalah bekal untuk membangun sebuah kumpulan dan rapat.

–   Agitasi lewat selebaran (bahan tertulis). Agitasi dalam bentuk selebaran ini biasanya dilakukan untuk memperluas kontak, setelah diketahui apa-apa yang menjadi permasalahan/dikeluhkan oleh massa, dan setelah dikumpulkannya kontak-kontak awal.

Selebaran bukan saja berfungsi untuk mengagitasi, melainkan juga untuk membangun struktur pemogokan dan memimpin gerak pemogokan itu sendiri. Selebaran berfungsi untuk mendapatkan kawan di bagian-bagian lain atau di shift  yang sebelumnya tidak ikut serta atau menambah jumlah kawan di bagian/shift yang sudah ada. Oleh karenanya penyebarannya harus terkoordinir sampai ‘membangun mayoritas buruh’ dalam sebuah perusahaan.

Mengagitasi dalam rapat juga sangat penting, karena disinilah sebenarnya gerak maju dari pengorganisiran perlawanan pemogokan mulai dibangun secara terorganisir. Dalam kumpulan inilah seluruh permasalahan atau keluhan buruh atas kondisi perusahaan kembali diungkapkan. Di tengah-tengah ini organiser menjelaskan bagaimana seharusnya, apakah itu sesuai dengan peraturan hukum perburuhan atau jika diluar normatif merupakan hak dari kaum buruh untuk mendapatkan kesejahteraan.

Setelah semua jelas, keberhasilan dari sebuah agitasi adalah ketika buruh yang mengalami masalah yang justru lebih dahulu mengajukan usul untuk melakukan perlawanan. Pada tahap awal organiser dapat mendorong bagaimana keberanian untuk melawan bisa muncul dan mengajukan strategi umum bagaimana perlawanan akan dilakukan. Tetapi sebaliknya, organiser juga harus menjelaskan bahwa perlawanan tidak bisa dilakukan hanya berdasarkan emosi atau keberanian semata, melainkan berdasarkan perhitungan strategis bagaimana agar pemogokan dapat menghasilkan kemenangan dan mayoritas buruh di perusahaan tersebut telah siap melakukan sebuah perlawanan. Oleh karenanya, semua harus diberi tanggung jawab untuk mengajak kawan lainnya ikut dalam kumpulan/kumpulan atau rapat-rapat yang diadakan selanjutnya.

C)   Membangun Struktur Pemogokan

Struktur pemogokan dibentuk berdasarkan “tempat dimana massa buruh berada”, yaitu bagian-bagian produksi perusahaan atau shift atau cabang-cabang perusahaan berada. Tujuannya adalah bagaimana seluruh massa buruh, paling tidak mayoritas buruh dapat terlibat dalam sebuah rencana perjuangan massa sehingga aktivitas perusahaan benar-benar terhenti.

Penting untuk mempercepat kesiapan pelawanan massa. Biasanya buruh tahu mana bagian-bagian perusahaan strategis atau jantungnya perusahaan yang harus dijadikan prioritas. Tetapi ini bukan berarti organisir hanya menyasar bagian ini. Bagian strategis hanya akan memudahkan dan mempercepat jalan pengorganisiran pemogokan.

Secara sederhana proses pembangunan struktur perlawanan pemogokan ini dilakukan dengan cara:

1) Memperbesar kontak/kumpulan massa sambil mengagendakan pertemuan.

Sebuah rencana perlawanan massa/pemogokan biasanya sering gagal dalam proses awal ini, yaitu gagal melipatgandakan dari satu kontak menjadi dua kontak, menjadi empat, menjadi sepuluh. Proses inilah yang menentukan langkah berikutnya dari perlawanan pemogokan berjalan atau tidak.

Untuk kesuksesan perbesaran kontak, organiser harus mendampingi kontak awal untuk bertemu dengan kawan-kawannya. Karena kalau kita hanya menugaskan kontak-kontak kita untuk mengajak kawannya datang di pertemuan/rapat yang sudah diagendakan, mayoritas kontak sering tidak berhasil mengajak kawannya.

Ketidakberhasilan ini lebih karena asumsi awal kontak yang akan bilang “kawan-kawan saya pada penakut”, “gak mau diajak rapat” “sibuk, ada agenda mancing, main bola dan sebagainya”. Biasanya masalahnya adalah justru kontak awal ini belum memiliki kemampuan agitasi untuk mengajak kawannya ikut dalam pertemuan.

Selama proses memperbesar kontak ini, harus selalu ada rencana pertemuan atau diskusi yang dijadwalkan.

 2) Membuat Pertemuan/Rapat

  • Dari satu rapat ke rapat berikutnya yang lebih besar;
  • Memecah rapat menjadi rapat-rapat per bagian, per shift atau hingga bagian terkecil di bawahnya;
  • Membangun stuktur sementara (jika dibutuhkan), memilih koordinator-koordinator perluasan pada bagian-bagian perusahaan
  • Pertemuan koordinator;
  • Pertemuan besar massa untuk menentukan hari H pemogokan dan strategi pemogokan

3) Struktur Pemogokan.

Setelah mendapatkan sebagian besar buruh sampai ke mayoritas bagian-bagian perusahaan, dan setelah melewati proses rapat-rapat yang memperlihatkan unsur-unsur maju/pemimpin buruh, maka selanjutnya adalah memilih koodinator-koordinator sesuai tempat kerjanya, masing-masing shift-nya, sebagai struktur inti pemogokan. Pemilihan koordinator harus dilakukan secara demokratis dan merupakan pilihan dari massa.

Rapat/kumpulan massa berikutnya harus dipecah sesuai dengan tempat massa berada yaitu bagian-bagian/shift perusahaan dan dikombinasikan dengan rapat-rapat kordinator massa/ bagian perusahaan.

Rapat-rapat kordinator bagian harus dilakukan setelah rapat per bagian. Rapat tersebut harus selalu membahas perihal perluasan massa/pengaruh dan hambatan-hambatan di setiap bagian; pengumpulan dana-dana pemogokan, kesiapan setiap bagian, evaluasi, rekomendasi dari kekurangan, pencetakan dan pendistribusian selebaran, dll.

4) Menentukan waktu mogok.

Proses rapat-rapat diatas terus dilakukan hingga dinilai bahwa mayoritas buruh di seluruh bagian telah siap untuk melakukan perjuangan pemogokan. Biasanya, selalu ada buruh yang justru yang menginginkan pemogokan segera dilancarkan di saat bagian-bagian lain (apalagi yang strategis) belum maksimal.

Dalam kondisi seperti itu, organiser tidak boleh melarang nya, melainkan menjelaskan resiko-resiko kekalahan pemogokan. Namun bisa diputuskan secara bersama (voting) siapa yang sepakat segera dilancarkan, dan siapa yang tetap melanjutkan pengorganisiran dulu secara bertahap. Jika yang menang adalah yang segera melakukan pemogokan, maka konsekuensinya kerja-kerja pengorganisiran harus dimasifkan/dipercepat, sehingga bagian-bagian lain yang buruhnya belum maksimal tetap berhasil diajak.

Dalam menentukan waktu mogok, organiser harus berpegang pada kondisi perusahaan dan kondisi massa:

  1. Kondisi perusahaan sedang ramai-ramainya (dikejar target ekspor, jadwal pengiriman, bahkan buruh dipaksa lembur dan lain-lain untuk mengejar target).
  1. Mayoritas massa sudah terorganisir dan siap melakukan pemogokan. Penilaian atas kesiapan massa untuk melakukan sebuah pemogokan harus secara kongkret dapat dilihat berdasarkan laporan (data) yang ada, misalnya:

–       Berapa jumlah buruh di masing-masing yang terlibat dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan? Karena mereka lah yang akan menjadi motor penggerak sehingga pemogokan nantinya bisa menjadi total.

–       Berapa banyak massa yang telah mendapatkan selebaran? Setidaknya 75 persen massa telah menerimanya. 75% inilah yang akan mengabarkan hingga hampir seluruh buruh mengetahui seruan dari isi selebaran

–       Berapa banyak massa memberikan sumbangan dana bagi persiapan aksi yang akan dilakukan? Setidaknya 75% persen buruh ikut menyumbang dana perjuangan ini. Jadi pengumpulan dana pemogokan bukan saja berguna untuk kebutuhan dana pemogokan melainkan juga untuk mengecek seberapa besar dukungan buruh atas rencana pemogokan yang dilakukan.

–       Bagaimana pandangan umum massa dari rencana pemogokan yang akan dilancarkan? Bisa dicek dari tanggapan di pertemuan-pertemuan atau obrolan-obrolan di tempat makan, warung pada saat jam makan atau pulang kerja. Dikombinasikan dengan kesiapan dari (mayoritas) struktur pemogokan jika pada akhirnya diputuskan untuk mogok segera.

5) Rapat Akbar (Pertemuan Besar)

Jika keputusan kapan pemogokan akan dilancarkan sudah diputuskan sesuai dengan kondisi-kondisi kesiapan seperti yang dijelaskan diatas, maka langkah berikutnya adalah memberikan pemberitahuan mogok (jika perlu) dan mengagendakan pertemuan besar (rapat akbar). Pertemuan harus melibatkan seluruh koordinator hingga ke bagian terkecil aktivitas produksi, dari setiap bagian juga diminta untuk mengirimkan sejumlah wakilnya (misalnya 5/10 orang atau berapa), sesuai dengan situasi dan kebutuhan.

Tugas Rapat Akbar, selain meyakinkan kembali struktur dan massa yang terlibat, juga meminta laporan akhir terkait: sikap/respon perusahaan, kesiapan massa, dana, dll. Hal ini sering berhubungan dengan ‘keramaian produksi’, kesiapan dana massa (setelah gajian misalnya), jadwal rapat pengusaha/manajemen, dll.

Dibuat pula selebaran akhir yang mencantumkan dengan tegas dan jelas terkait:

  1. Kenapa aksi mogok dilakukan
  2. Seruan untuk tidak bekerja dan berkumpul di lokasi aksi untuk melakukan aksi mogok,
  3. Tuntutan-tuntutan yang diajukan ke perusahaan,
  4. Apa-apa saja yang harus dilakukan oleh seorang buruh. Misalnya: kumpul jam berapa dan dimana, Kalau disuruh masuk oleh pihak perusahaan (personalia, satpam, polisi) menjawab apa, dll.
  5. Penyadaran bahwa ini adalah perjuangan bersama, butuh kekompakan untuk meraih kemenangan bersama.

Pemogokan harus dilakukan dalam sejumlah hari yang diperkirakan cukup untuk menekan perusahaan mau memenuhi tuntutan. Misalnya, mungkin saja 1 atau 2 hari mogok tidak membuat khawatir perusahaan karena masih memiliki stok produksi. Sehingga pemogokan membutuhkan waktu yang lebih lama, baru dapat memaksa perusahaan memenuhi tuntutan kita.

Sehari sebelum pemogokan, wartawan harus sudah dihubungi agar aksi mogok dapat menuai kampanye yang luas. Sebar undangan ke organisasi sekawan untuk datang nya solidaritas. Banyak pengalaman dalam 2 tahun ini, justru SOLIDARITAS menjadi faktor penting, dan memaksa pengusaha akhirnya memenuhi tuntutan kita.

Selanjutnya struktur pemogokan harus mengadakan rapat untuk membahas Teknis Lapangan Pemogokan. Hal ini setidaknya menyangkut lokasi mogok, penguasaan lini-lini perusahaan, penghadangan jalur keluar-masuk barang, sampai pada persiapan jika menginap atau pendudukan perusahaan. Jika mogok sudah berujung pada pendudukan perusahaan, maka dapur umum dan struktur piket harus segera dibentuk.

 

Ingat bahwa suksesnya sebuah pemogokan sangat ditentukan pada keberhasilan menghentikan aktivitas produksi secara keseluruhan, termasuk kegiatan pengiriman barang-barang hasil produksi perusahaan. Dengan cara inilah kita memiliki posisi tawar yang kuat berhadapan dengan pengusaha.

D)   Pelaksanaan Mogok

Waktu mogok sebaik-baiknya dimulai 30 menit sebelum jam masuk kerja buruh di pagi hari. Ini untuk mengkondisikan semua kawan yang ditugaskan agar sudah ada di lokasi pabrik/perusahaan untuk menunggu aba-aba dari kordinator lapangan. Selain itu, dia juga berfungsi untuk menarik keterlibatan buruh yang ragu agar berada dalam barisan mogok.

Jika ada shift malam, buruh yang mendapat shift malam biasanya akan menjadi tim pelopor untuk memulai aksi di depan perusahaan dan memberi aba-aba kepada buruh yang didalam untuk mogok.

Maka selain struktur inti pemogokan yang berdasar pada bagian-bagian kerja perusahaan, dibutuhkan kepanitiaan aksi pemogokan per hari nya, yang antara lain bertugas sebagai:

–       Komandan lapangan

–       Dinamisator

–       Acara

–      Tim Perunding (jika sudah ada serikat lebih baik diambil oleh pengurus)

–       Barisan pelopor

–       Keamanan

–       Dana dan konsumsi

–       Perlengkapan, dll

Untuk mempermudah pelaksanaan mogok, penting untuk mengadakan pelatihan atau gladi resik 1 atau 2 hari sebelum mogok agar struktur dan para petugas mendapat gambaran umum yang harus dia lakukan.

Jika pemogokan dilakukan dalam beberapa hari, massa dapat dibawa keluar arena pabrik (misalnya ke Depnaker, DPRD/DPR). Ini digunakan untuk memperluas tekanan pemogokan. Sehingga perundingan pun dapat dilakukan di sana (Depnaker/DPRD/DPR). Selain itu, ini merupakan bagian pendidikan politik bagi buruh. Pengusaha dapat diminta untuk datang dan melakukan perundingan disini dan membuat kesepatakan disini.

 

 Bersambung

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comments (1)

  1. ulang sejarah kehancuran babyloniaaaaaaaa untuk kesetaraaaaaaannnnnnnnnnnnnn

Comment here