Sejarah

International Students’ Day: Perjuangan Melawan Pendudukan Fasis

Dalam pidato di Reichstag, 20 Februari 1938, Hitler menyatakan dirinya sebagai pelindung “rakyat Jerman yang tertindas”. Termasuk di dalamnya adalah populasi yang berbahasa Jerman di Sudetenland, Cekoslovakia. Pada 30 September 1938, Adolf Hitler, Benito Mussolini, Perdana Menteri Perancis Edouard Daladier dan Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain menandatangani Perjanjian Munich. Perjanjian tersebut memecah Cekoslovakia dan menyerahkannya ke Jerman. Jerman menguasai sekitar 16 ribu km persegi daerah, 66 persen batu bara, 70 persen besi dan baja serta 70 persen tenaga listrik Cekoslovakia. Hitler juga menggunakan organisasi pro-Nazi Sudeten Party untuk membuat dalih pengambilalihan Cekoslovakia. Pada 21 September, pemerintahan Cekoslovakia terpaksa menerima perjanjian tersebut. Tentara Jerman masuk ke Sudetenland pada 1 Oktober 1938. Mendirikan negara Slovakia pada 14 Maret 1939. Cekoslovakia sepenuhnya dikuasai pada 15 Maret ketika tentara Jerman berparade di Praha. Protektorat Bohemia dan Moravia kemudian dibentuk di bawah Jerman. Pada bulan September, Hitler menginvasi Polandia dan menganeksasi Danzig. Akhirnya pada 3 September Perang Dunia Kedua dimulai.

Enam minggu setelah PD II dimulai, mahasiswa kedokteran Universitas Charles mulai membuat pamflet yang menyerukan rakyat untuk melawan otoritas protektorat Nazi. Mereka juga menyerukan demonstrasi pada 28 Oktober 1939. Demonstrasi tersebut mengambil momentum 21 tahun kemerdekaan Republik Cekoslovakia. Seruan dibuat agar rakyat turun ke jalan memakai pakaian untuk pemakaman dengan triwarna merah, putih dan biru yang dilarang dipasang di kerah mereka. Sebelum demonstrasi, bunga-bunga bermunculan di pemakaman, monumen dan situs-situs historis penting bagi Cekoslovakia. Otoritas Cekoslovakia melarang rakyat untuk terlibat dan menjanjikan bahwa kumpulan massa yang tidak sah “hanya akan mengakibatkan penderitaan.”Meskipun intimidasi, ratusan orang berkumpul di pusat kota Praha. Semakin lama jumlah massa semakin besar dan semakin berani. Mereka menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, meneriakan slogan-slogan anti Jerman dan menuntut kembalinya Republik bebas.

Otoritas Nazi di protektorat Bohemia dan Moravia melakukan represi besar-besaran terhadap aksi tersebut. Polisi Jerman melancarkan represi yang menyebabkan 15 mahasiswa mengalami luka berat selain itu Jan Opletal mengalami luka parah tertembak di perutnya sementara Václav Sedláček, seorang anggota organisasi olahraga politis bernama Sokol sekaligus buruh pembuat roti, meninggal dunia ditembak tepat di jantung. Pemakaman Václav Sedláček dilakukan pada 4 November di pemakaman Branik di Praha. Hanya kerabat dan kenalan terdekatnya yang diijinkan hadir di pemakaman. Pemakaman dilakukan di bawah pengawasan ketat Gestapo dan polisi. Surat kabar dilarang memberitakan pemakaman tersebut dan bahkan tidak ada pendeta yang diijinkan hadir.

Jan Opletal mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Charle yang perutnya ditembak, meninggal dunia pada 11 November. Pemakaman Jan Opletal digelar pada tanggal 15 November. Otoritas Cekoslovakia telah mengatur agar jenasah Jan Opletal bisa dengan diam-diam dikirim lewat kereta ke Morovian tempat lahirnya. Dekan fakultas kedokteran meminta mahasiswa tidak melancarkan demonstrasi. Para mahasiswa meminta agar prosesi pemakaman bisa melewati pusat kota Praha dan, mengejutkannya, permintaan tersebut dipenuhi oleh pemerintahan protektorat. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa keputusan tersebut disengaja untuk membenarkan represi yang akan dilancarkan.

Sekitar 4 ribu orang muncul saat proses pemakaman dimulai di Albertov dan ke Norodni Trida kemudian ke Lapangan Wenceslas. Ini kemudian berubah menjadi demonstrasi anti Nazi dan kembali dihadang oleh represi besar-besaran. Demonstran menyerukan “Usir Hitler!”, “Usir Jerman!” Demonstrasi juga terjadi di Ostrava, Pilsen, Hradec Králove, Příbram dan kota-kota lainnya.

Sehari setelahnya, presiden protektorat dari Jerman, Konstantin von Neurath terbang ke Berlin bertemu dengan Hitler untuk mendiskusikan langkah yang harus diambil. Hitler mengijinkan eksekusi tanpa pengadilan untuk pemimpin-pemimpin demonstrasi dan menerapkan kebijakan menembaki kumpulan massa apapun, bahkan yang kecil. Jika terjadi demonstrasi kembali maka Hitler akan “meratakan” Praha.

Setidaknya sejak pukul 3:30, 17 November 1939 dini hari, Gestapo menyerbu kampus serta asrama-asrama mahasiswa di Praha dan berbagai kota. Para mahasiswa ditangkapi dan dikirim ke penjara di Pankrác dan kemudian ke barak militer di Ruzyně. Mereka yang ditangkap dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang dibawah dua puluh tahun dan diatas dua puluh tahun. Mereka yang diatas dua puluh tahun sekitar 1.200 orang dikirim ke kamp konsentrasi Sachsenhausen. Sekitar 35 pelajar-mahasiswa meninggal dunia di kamp konsentrasi sementara total 121 pelajar-mahasiswa meninggal di berbagai kamp konsentrasi selama PD II. Seluruh universitas di Cekoslovakia ditutup untuk melemahkan aktivis mahasiswa. Hitler sendiri mengumumkan bahwa semua asrama dan universitas di Cekoslovakia akan ditutup selama tiga tahun.

Delapan mahasiswa dan satu asisten dosen dieksekusi tanpa pengadilan pada 17 November. Mereka adalah Josef Matoušek, seorang sejarahwan dan asisten dosen yang mengorganisir pemakaman Jan Opletal; Jaroslav Klima merupakan mahasiswa Fakultas Hukum sekaligus Ketua Serikat Mahasiswa Nasional Ceko di Bohemia dan Moravia; Jan Weinert adalah mahasiswa sastra dan bahasa Ceko dan Jerman; Jan Černý adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran; Josef Adamec, mahasiswa Fakultas Hukum sekaligus Sekretaris Serikat Mahasiswa Nasional Ceko di Bohemia dan Moravia; Marek Frauwirth, mahasiswa Fakultas Ekonomi sekaligus seorang pekerja di Kedutaan Slovakia di Praha; Bedřich Koula, seorang mahasiswa Fakultas Hukum, Sekretaris Serikat Mahasiswa Nasional Ceko di Bohemia; Václav Šafránek, mahasiswa Arsitektur sekaligus pengurus arsip Serikat Mahasiswa Nasional Ceko di Bohemia dan Moravia; dan František Skorkovský, mahasiswa Fakultas Hukum sekaligus Direktur Komite Konfederasi Mahasiswa Internasional dan Ketua Departemen Luar Negeri Serikat Mahasiswa Nasional Ceko di Bohemia dan Moravia. Klima, Weinert, dan Černý, ketiganya adalah para aktivis yang menuntut pembebasan para mahasiswa yang ditangkap Gestapo pada pemakaman Opletal. Sementara Marek diam-diam membuat paspor palsu bagi orang-orang Yahudi yang ingin melarikan diri dari persekusi Nazi

Keesokan harinya, 18 November presiden protektorat, Emil Hacha, menyerukan sesama penduduk Cekoslovakia agar tidak terlibat dalam perlawanan yang “tidak masuk akal” dan tidak bertanggung jawab melawan kekuatan pendudukan Jerman, karena Cekoslovakia bisa mengalami kehancuran yang sama seperti Polandia. Pemberontakan Praha ini adalah demonstrasi besar terakhir melawan Nazi di Protektorat Bohemia dan Moravia namun perlawanan masih terus berlanjut di bawah tanah.

Ide awal untuk memperingati peristiwa 17 November didiskusikan di lingkaran pengungsi Cekoslovakia di Inggris pada tahun 1940. Sekelompok kecil prajurit, mantan pengurus serikat mahasiswa memutuskan untuk memperbarui Serikat Pusat Mahasiswa-Pelajar Cekoslovakia (USCS) yang dibubarkan oleh otoritas protektorat Jerman di Cekoslovakia. Ide tersebut juga didiskusikan dengan Serikat Mahasiswa Nasional Inggris dan Wales dan mahasiswa pengungsi lainnya yang berperang melawan Nazi dari Inggris Raya.

Pada 16 November 1941 pertemuan diselenggarakan di Caxton Hall, London. Sebuah proklamasi yang ditandatangani oleh perwakilan pelajar-mahasiswa dari seluruh dunia dibacakan: “Kami, pelajar-mahasiswa Inggris Raya dan teritorinya serta India, Amerika Utara dan Selatan, USSR, Belgia, Cekoslovakia, Perancis, Yunani, Tiongkok, Belanda, Norwegia, Polandia, Yugoslavia dan semua bangsa-bangsa yang merdeka, menghormati dan memperingati penyiksaan serta eksekusi terhadap para mahasiswa yang pertama kali bersuara melawan penindasan Nazi dan mengutuk pendudukan tahun 1939, memproklamirkan 17 November sebagai International Students’ Day.

Dua tahun setelah kejadian, 17 November 1941, Dewan Pelajar Mahasiswa Internasional diselenggarakan di London. Di dalamnya terdapat juga sejumlah mahasiswa pengungsi PD II. Mereka memutuskan 17 November sebagai International Students’ Day (Hari Pelajar-Mahasiswa Internasional). Tradisi ini kemudian diteruskan oleh Serikat Mahasiswa Internasional bersama dengan serikat-serikat mahasiswa nasional di Eropa.

Ditulis oleh Munawar Setiyadi | Anggota Lingkar Studi Pelajar Progresif

Tulisan ini juga diterbitkan dalam Arah Juang edisi 77 III-IV November 2019, dengan judul yang sama.

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: