Sejarah

Perjuangan Serta Perkembangan Politik Antonio Gramsci

Antonio Gramsci lahir 22 Januari 1891 di Ales, provinsi Cagliari, Sardinia. Pengalaman hidupnya yang dibesarkan dalam kemiskinan bersama para petani di pulau itu memberinya kesadaran kelas yang kelak akan membentuk pemikiran intelektual dan politiknya. Gramsci menamatkan sekolah dasar pada 1902. Saat belajar di sekolah menengah di Santu Lussurgiu Gramsci tinggal di rumah petani daerah itu bersama Gennaro Gramsci, kakak sulungnya. Gennaro lebih awal menjadi sosialis dan menumbuhkan perkembangan politik Gramsci. Tahun 1905, Gramsci mulai membaca terbitan sosialis Avanti! yang biasa dikirimkan kakaknya. Tahun 1911, Gramsci kuliah di Universitas Turin saat industrialisasi meningkat, serikat-serikat buruh terbentuk, dan konflik-konflik industrial terjadi. Dia bergaul dengan para sosialis, imigran Sardinia, dan buruh pabrik. Gramsci sering mengunjungi berbagai lingkar sosialis dan ikut diskusi kaum muda soal permasalahan sosial dan ekonomi di Sardinia. Dia juga berhubungan dengan gerakan sosialis di Turin dan menjadi anggota Partito Socialista Italiano (PSI) atau Partai Sosialis Italia di tahun 1913. Karena cerdas dan berbakat Gramsci dapat beasiswa tahun 1911 untuk kuliah sastra dan hukum. Namun, karena harus mencari uang untuk hidup, kesehatannya memburuk, dan aktivismenya meningkat, Gramsci berhenti di awal 1915 pada usia 24 tahun. Gramsci lalu mencurahkan tenaganya untuk jurnalisme. Ia menulis untuk koran Il Grido del Popolo (Jeritan Rakyat) soal teori-teori politik serta komentar-komentar peristiwa-peristiwa sosial dan politik di Turin.

Gramsci mengorganisir dan mengajar buruh di Turin. Perjuangannya menghasilkan berdirinya faksi revolusioner di Turin yang berperan penting dalam demonstrasi buruh Turin pada 9 Juni 1914 dikenal dengan Settimana Rossa atau “Pekan Merah”. Tujuh hari pemogokan, pertempuran jalanan, dan kerusuhan melawan pembunuhan aktivis buruh dan sosialis. Dia menjadi pembicara publik pertama kali pada 1916 dan berbicara tentang Revolusi Prancis, Komune Paris, dan emansipasi perempuan.

Saat revolusi sosialis Rusia 1917 berkobar, Gramsci dari Italia mengulas keberhasilan kepemimpinan Lenin dan menekankan tujuan sosialis dalam revolusi Rusia. Lalu tulisan “Revolusi Melawan Kapital” yang berisi pentingnya revolusi Bolshevik. Kemudian “Menuju Pemahaman tentang Revolusi Rusia”. Agustus 1917 utusan Rusia melakukan kunjungan ke Turin yang memuncak menjadi pemberontakan buruh revolusioner pada 13 Agustus untuk mendukung Lenin dan revolusi Rusia. Pemberontakan itu dihancurkan pemerintah dan menewaskan 50 orang lebih. Termasuk para kader PSI serta hampir semua pemimpin gerakan buruh ditangkap. September 1917, Gramsci menjadi salah satu sosialis terkemuka di Turin, terpilih menjadi Komite Sementara partai dan editor Il Grido del Popolo.

Setelahnya terjadi pertikaian berbagai faksi PSI. Bagi Gramsci, pembentukan dewan buruh adalah langkah tepat yang memungkinkan buruh merebut pengorganisasian produksi. Pendirian Gramsci juga sesuai dengan seruan Lenin “Semua kekuasaan untuk soviet!”. Tapi ia diserang faksi Bordiga yang cenderung sindikalis.

Tahun 1919 Gramsci bersama Tasca, Terracini, dan Togliatti membentuk L’Ordine Nuovo: Rassegna Settimanale di Cultura Socialista (Tatanan Baru: Tinjauan Budaya Sosialis) di mana Gramsci menjadi sekretaris editorial. Ulasannya menyoroti arus politik dan sastra di Eropa, Uni Soviet, dan Amerika Serikat. Oktober 1919, PSI memutuskan bergabung dengan Komintern. Beberapa faksi minoritas menentang, tetapi mayoritas partai setuju bergabung dengan Komintern. Sayang mayoritas PSI menolak menyingkirkan kelompok reformis. Lenin melihat kelompok Gramsci paling dekat dengan orientasi Partai Bolshevik. Mereka juga melawan program anti-parlementer yang diajukan oleh kelompok Komunis Kiri Bordiga yang maunya menjauhkan diri dari pemilu.

Tahun 1919-1920 disebut Biennio Rosso (Tahun Ganda Merah), pemogokan buruh berkobar melalui Dewan-Dewan Pabrik di mana kaum buruh mengambil alih operasional produksi. Berbagai pendudukan pabrik dipimpin sosialis revolusioner dan anarko-sindikalis. Agitasi revolusioner meluas dari perkotaan ke pedesaan, memantik pemogokan kaum tani, perlawanan di pedesaan, dan konflik bersenjata antara laskar kiri melawan laskar kanan. Situasi ini memunculkan gelombang perjuangan kelas buruh pada 1919-1920 di mana lebih dari dua juta buruh mogok. Gramsci aktif meningkatkan gerakan pendudukan pabrik. Namun, dia juga memperingatkan para buruh untuk berhati-hati dengan ilusi bahwa gerakan ini akan dengan sendirinya menyelesaikan masalah kekuasaan, dan menggarisbawahi pentingnya membentuk milisi pertahanan buruh.

Sayangnya mayoritas PSI dan CGL (Konfederasi Buruh Umum) menolak dewan-dewan pabrik. Gramsci mengkritik pemimpin reformis PSI dan serikat buruh. Dewan-Dewan Pabrik gagal menjadi gerakan nasional. Perjuangan kelas buruh hancur dipukul PHK massal dan pemotongan upah. Kaum borjuis dan fasis menyerang balik dengan laskar-laskar fasis terutama kelompok “Hem Hitam” (Milisi Sukarela untuk Keamanan Nasional) dan FIC (Pasukan Tempur Fasis Italia) bentukan Mussolini.

Kegagalan gerakan dewan pabrik membuat Gramsci yakin bahwa Partai Komunis Leninis adalah keharusan. Ini dibuktikan dengan pembentukan “kelompok pabrik komunis” dan pembentukan faksi komunis pada November 1920 yang menjadi dasar bagi didirikannya Partito Comunista d’Italia (PCI) atau Partai Komunis Italia pada 21 Januari 1921. Gramsci menjadi anggota komite sentral. Ia juga mendukung Arditi del Popolo (Rakyat Berani), sebuah kelompok anti-fasis di Italia.

Tahun 1922 Gramsci ke Rusia sebagai perwakilan partai, dia menghadiri pertemuan kedua dari Eksekutif Perluasan Komintern dan menjadi komite eksekutif Komintern. Gramsci bertemu dengan Yulia Apollonovna Schucht, seorang pemain biola dan anggota Partai Komunis Rusia dan menikah pada 1923. Gramsci membawa instruksi membentuk Front Persatuan melawan fasisme Italia dan berjuang melawan pengaruh Komunis Kiri yang menolak Front Persatuan. Tesis Gramsci baru diterima pada 1926. Tahun yang sama pada malam 8 November, Gramsci ditangkap rezim fasis Mussolini. Kesehatan Gramsci semakin memburuk selama di penjara dan akhirnya meninggal pada pagi 27 April 1937 di usia 46 tahun.

Gramsci menulis lebih dari 30 buku catatan dan 3.000 halaman berisi sejarah dan analisis selama di penjara yang dikenal luas sebagai Buku Catatan Penjara (Quaderni del Carcere). Konsep “Hegemoni Kebudayaan” ia rumuskan menjelaskan bagaimana borjuasi melakukan monopoli tak hanya terhadap alat produksi tapi juga alat produksi ideologi atau kesadaran massa. Jadi kapitalisme tak hanya menggunakan kekerasan, kekuatan ekonomi, dan paksaan, namun juga hegemoni. Budaya hegemonik  ini adalah pandangan-pandangan pro-penindasan dan penghisapan kapitalisme yang dinormalisasi. Hegemoni dicirikan: 1) persetujuan dari mayoritas masyarakat atas “gambaran hidup” yang  direpresentasikan penguasa; 2) nilai-nilai baik moral maupun politik yang berlaku mayoritas adalah dari kelas penguasa; 3) ideologi dikesankan sebagai “akal sehat” untuk mayoritas masyarakat. Sehingga dianggap alami berpikir demikian; 4) meskipun ‘persetujuan’ itu berlangsung secara damai, namun kekerasan fisik bisa digunakan untuk melanggengkannya terhadap minoritas yang melawannya, selama ada persetujuan dari mayoritas. Kepercayaan hegemonik ini meredam pemikiran kritis dan menghalangi revolusi.

Oleh karena itu Gramsci berkata kelas buruh harus membangun budayanya sendiri. Ia yakin kelas buruh bisa mendominasi kondisi hidupnya melalui kepemimpinan intelektual dan moral sembari beraliansi dengan berbagai angkatan sosial rakyat. Ia menyebutnya “Blok Historis”. Pendidikan kerakyatan penting dalam mengembangkan intelektualisme kelas buruh karena intelektualisme kelas buruhlah yang mampu membangun kontra-hegemoni.

Dengan demikian, Partai Revolusioner menjadi keharusan untuk melawan tatanan kapitalisme karena Partai Revolusioner adalah kekuatan yang memungkinkan kemajuan intelektualisme kelas buruh dan hegemoni alternatif dalam masyarakat sipil.

ditulis oleh Artika Tovariska, anggota Lingkar Studi Revolusioner

Tulisan ini juga diterbitkan dalam Arah Juang edisi 108, III-IV April 2021, dengan judul yang sama.

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: