AksiReportase

Mahasiswa Geruduk UNY Menuntut Potong UKT

Pada hari Jumat (03/06), aksi Geruduk Kampus kembali dilakukan di Yogyakarta, kali ini kampus yang digeruduk massa adalah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Aksi ini diinisiasi oleh Aliansi UNY Bergerak serta organisasi-organisasi internal dan eksternal kampus. Massa aksi terdiri dari mahasiswa-mahasiswa UNY serta juga solidaritas dari aliansi-aliansi kampus lain seperti: UII Bergerak, Aliansi UAD Bergerak, ASBAK, GERMAKOM, Aliansi Mahasiswa UNISA, UMY Bergerak, LSS, SMI, AMP, dan individu-individu serta organisasi lainnya. Dalam aksi ini, Aliansi UNY Bergerak membawa tuntutan yaitu:

  1. Potong UKT dan SPP Seluruh Mahasiswa (D3, D4, S1, S2, dan S3) UNY semester gasal 2020/2021 minimal 50%;
  2. Transparansi pendapatan dan penggunaan anggaran UNY selama pandemi Covid-19;
  3. Memberi kemudahan dan kejelasan sistem PK-KKN di masa pandemi Covid-19;
  4. Menuntut adanya subsidi untuk KKN sebesar Rp1.000.000,00 per mahasiswa selama masa KKN berlangsung;
  5. Menuntut adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) pembelajaran daring yang jelas dan efektif;
  6. Memperjelas sistem magang dan menjamin jurusan telah memiliki jejaring dengan instansi/lembaga/perusahaan yang berkaitan dengan kompetensinya masing-masing;
  7. Menuntut adanya regulasi pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual di UNY.

Sejak pukul 09.30 massa aksi dari UNY Bergerak sudah berkumpul di depan gerbang kampus untuk memulai aksi. Sekitar 30 menit kemudian massa aksi solidaritas mulai merapat juga di depan gerbang kampus UNY. Sekitar pukul 10.10 massa mulai berbaris serta menjaga jarak satu dengan yang lain, lalu memulai aksi dengan orasi bergantian mulai dari mahasiswa-mahasiswa UNY serta juga perwakilan aliansi kampus yang bersolidaritas. Isian orasinya antara lain adalah mengenai kondisi mahasiswa selama masa pandemi, kebijakan kampus yang tidak pro mahasiswa, sulitnya perekonomian orang tua dari mahasiswa, serta sindiran-sindiran terhadap rektor yang selama ini hanya membranding citra dirinya guna mengikuti pemilihan bupati di Gunung Kidul.

Sekitar pukul 11.13, massa aksi mencoba untuk memasuki area kampus. Namun pihak keamanan kampus segera menutup akses masuk ke kampus UNY. Situasi semakin memanas karena mahasiswa menuntut untuk tetap memasuki kampus, sebab sebelumnya pihak rektorat sudah berjanji kepada massa aksi bahwasanya akan menemui massa. Sekitar pukul 11.17 perwakilan rektorat turun menemui massa aksi dan melakukan dialog dengan massa, dia mengatakan bahwa yang diperbolehkan masuk hanyalah mahasiswa yang mempunyai KTM UNY saja, sedangkan aliansi UNY Bergerak tetap bersikeras supaya seluruh massa aksi bisa masuk area kampus, sebab kampus merupakan milik publik sehingga semua orang boleh masuk tanpa memandang asal kampusnya dari mana. Tetapi, perwakilan rektorat tetap bersikeras untuk tidak memperbolehkan massa dari kampus lain untuk masuk dengan alasan bahwa ini semua urusan internal kampus UNY, sehingga yang boleh terlibat hanya bagian dari sivitas akademika UNY saja.

Dialog tanpa ujung akhirnya membuat aliansi memutuskan untuk menuntut rektor UNY turun menemui massa aksi di depan gerbang UNY dan melakukan audiensi terbuka dengan massa. Lagi-lagi pihak perwakilan rektorat yang menemui massa mengatakan bahwa tidak bisa melakukan hal itu karena masalah ini terkait dengan internal UNY dan meminta hanya perwakilan aliansi UNY Bergerak saja yang menemui rektor di dalam kantornya. Aliansi UNY Bergerak tetap pada kesepakatan aksi yaitu tidak akan melakukan audiensi tertutup dengan rektor karena akan mencederai nilai transparansi. Akhirnya salah satu perwakilan dari Aliansi UNY Bergerak membacakan Memorandum of Understanding (MoU) yang harus ditandatangani rektor secara terbuka di depan umum, isiannya adalah tuntutan-tuntutan dari Aliansi UNY Bergerak.

Waktu menunjukkan pukul 11.51,  aksi massa dihentikan sementara untuk break sholat Jumat. Pukul 13.15 massa aksi berkumpul kembali dengan perlengkapan tambahan beberapa alat musik untuk melakukan aksi pentas seni sampai dengan rektor datang menemui massa. Aksi pentas seni dimulai dengan pembacaan puisi dari ASBAK dan beberapa nyanyian lagu dari AMP. Sekitar pukul 14.10 pihak perwakilan rektorat kembali mendatangi massa aksi, kondisi kembali memanas karena perwakilan rektorat menginginkan aksi massa segera dihentikan dengan alasan bahaya penyebaran Covid-19. Hal ini tidak masuk akal karena massa aksi mematuhi protokol kesehatan dan hal tersebut hanyalah akal-akalan dari pihak kampus untuk membungkam ruang demokrasi di kampus. Akhirnya perdebatan semakin memanas dan sikap aliansi tetap pada audiensi terbuka serta penandatangan MoU oleh rektor sebagai tanda bukti kesepakatan. Pihak perwakilan rektorat tetap menolak dan akhirnya memerintahkan pihak keamanan kampus untuk mencabut sumber listrik yang digunakan massa aksi untuk melakukan pentas seni tersebut. Setelah itu, perwakilan rektorat meninggalkan massa aksi.

Sekitar pukul 14.26 massa aksi kembali mengondisikan barisan dan korlap mengajak massa aksi untuk menyanyikan Hyme UNY sebagai tanda untuk mengenang kematian demokrasi di UNY. Setelah selesai menyanyikan, perwakilan aliansi UNY Bergerak membacakan pernyataan sikap kemudian menyatakan bahwa akan ada aksi lanjutan. Setelah itu massa aksi membubarkan diri secara teratur pada pukul 14.38. (do)

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: