Aksi

Perjuangan Petani WTT Menolak Perampasan Tanah

Petani WTT YogyakartaBersamaan dengan Hari Bumi, 22 April 2015, sekitar 300 petani dari Wahana Tri Tunggal (WTT) didukung oleh Gerakan Solidaritas Tolak Bandara, yang terdiri SMI, LFSY, SEKBER, FPBI, PPI, Social Movement Institute, Forum LSM DIY, Komunitas Code, Study Club Riau, LMND, FAM J dll, melakukan aksi massa di Malioboro, Yogyakarta.

Tuntutan aksi kali ini adalah: (1) Tolak pembangunan Bandara Internasional Kulon Progo; (2) tolak perampasan tanah; (3) tolak MP3EI; (4) tolak represifitas aparat terhadap petani; (5) lindungi hak rakyat atas tanah; (6) tanah untuk rakyat; (7) bebaskan 4 petani Kulon Progo: Sarijo, Wakidi, Trimarsudi dan Wasio; (8) cabut UU Keistimewaan DIY (Nomer 13/ Tahun 2012) yang merampas tanah rakyat.

Aksi dimulai sekitar pukul 11:30 siang dari Abu Bakar Ali menyusuri Maliboro. Massa sempat berhenti di DPRD Yogyakarta. Pada sekitar pukul 12:30 massa berhenti di Kantor Gubernur DIY. Kemudian melakukan negosiasi untuk dapat bertemu dengan Gubernur DIY.

Perwakilan dari Pemda DIY menyatakan bahwa massa bisa masuk tapi mencopot semua atribut aksi. Sementara massa aksi menuntut dengan tegas bahwa hanya mau bertemu dengan Gubernur DIY. Dan tidak mau bertemu dengan perwakilan atau staf yang tidak dapat mengambil keputusan terkait tuntutan massa aksi. Untuk memastikan bahwa massa aksi ditemui oleh Gubernur DIY, 5 orang perwakilan massa aksi masuk ke kantor Gubernur.

Sekitar pukul 1 siang, barisan depan massa aksi dengan instruksi dari kordinator lapangan mulai menggoyang-goyangkan gerbang kantor Gubernur. Sekitar pukul 1:30 ketika massa menggoyang-goyangkan pagar sempat terjadi bentrokan dengan polisi dan Satpol PP. Namun bentrokan itu tidak berlangsung lama, massa aksi dengan tertib duduk dan polisi serta Satpol PP kembali masuk kedalam kantor Gubernur.

Orator mengecam sikap kepolisian yang melindungi kepentingan modal. Sementara apa yang dimakan, dipakai dan digunakan oleh polisi adalah hasil kerja dari petani dan buruh. Juga meminta agar 5 orang perwakilan petani WTT bisa dikeluarkan dari dalam Kantor Gubernur termasuk seluruh perlengkapan aksi yang dirampas oleh polisi dan Satpol PP.

Perwakilan petani WTT berhasil keluar dan menyampaikan hasil komunikasi didalam kantor Gubernur DIY. Ternyata Gubernur DIY tidak mau bertemu dengan massa aksi. Sementara itu dijanjikan bahwa ada tim dari pemda DIY yang akan melihat permasalah ini. Ditengah hujan, massa aksi tetap solid melanjutkan aksi. Aksi massa berakhir sekitar pukul 2 siang dengan menyanyikan lagu internasionale.

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comments (1)

  1. Menolak mudah, tetapi butuh solusi yang baik, rakyat bisa bertani, bandara di Yogya bisa dibuat yg lebih besar, Adisucipto sudah terlalu penuh dan sudah sulit diperluas lagi (win-win solution).

Comment here

%d blogger menyukai ini: