Perspektif

Indonesia Mengeksploitasi Alam Hingga Bangsanya Bagian I

Eksploitasi Alam Indonesia 2Siapa tak kenal Indonesia, gugusan kepulauan yang kaya akan sumber bahan mentah untuk kepentingan merkantilisme awal, terutama penyedia rempah-rempah, Energi dan tenaga manusia untuk kemajuan Kapitalisme di Eropa yang sedang tumbuh. Barisan kepulauan yang kemudian menjadi daerah Koloni rebutan mulai dari Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang, pulau-pulau mulai dari Sabang hingga Merauke dengan luas kurang lebih 1.910.931,32 Km2. Sebagai sebuah negara bangsa yang lebih dari 350 tahun menjadi Koloni dan basis gerakan Komunis terbesar ke tiga setelah Uni Soviet dan China di tahun 1950an.

Marx menjelaskan bahwa “awal penaklukan dan penjarahan Hindia Timur. Menandai fajar indah dari era produksi kapitalis. Aktivitas ini adalah momentum utama dari akumulasi primitif”. Pemberontakan Belanda menandai kebangkitan historis kaum borjuasi dan kolonialisasi Hindia Timur oleh VOC, basis dari akumulasi kapital primitif ini lahir dari apa yang kita sebut sebagai masyarakat borjuis pertama. Pada abad ke-17 Belanda adalah negara paling maju di Eropa. Marx menulis di Kapital : “Belanda, yang pertama kali mengembangkan sistem kolonial, pada tahun 1748 telah berdiri di puncak keagungan komersialnya. Total kapital dari Republik [Belanda] barangkali lebih besar daripada total keseluruhan kapital di benua Eropa”.

VOC memasuki periode kemunduran pada tahun 1692 dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1798. Republik Belanda menanggung utang VOC sebesar 134 juta guilders, dengan syarat bahwa VOC harus menyerahkan semua asetnya di Hindia. Dengan ini, Republik Belanda memperoleh sebuah koloni di Asia pada tahun 1798. Kemunduran VOC adalah manifestasi dari kemunduran Republik Belanda pada abad ke-18. Ini seperti yang ditulis oleh Marx : “Sejarah kemunduran Belanda sebagai negara komersial yang berkuasa adalah sejarah ketaklukan kapital perdagangan terhadap kapital industri”.

Negara Koloni (Indonesia) yang akhirnya berhasil memerdekakan diri pada tanggal 17 Agustus 1945, sebagai konsekuensi atas kontradiksi yang terjadi akibat meletusnya perang dunia II sebagai perangnya negara Imperialis, dimana Jepang yang berhasil menguasai Indonesia atas Belanda di paksa menyerah kalah, atas Kemenangan Imperialisme Barat. Revolusi borjuis demokratik yang berhasil menyatukan Hindia Belanda yang menjadi koloni Belanda dan di pimpin oleh pimpinan Nasionalis Borjuis, Soekarno. Kegagalan revolusi proletariat tahun 1945 akibat gagalnya kudeta Partai Komunis Indonesia di tahun 1928 yang menyebabkan PKI (Partai Komunis Indonesia) berhasil di tumpas pemerintah Belanda dan di paksa bergerak di bawah tanah.

Upaya pembangunan kembali partai yang hampir hancur di mulai oleh Musso beserta beberapa pimpinan PKI  yang masih muda seperti D.N Aidit, Alimin dkk, dan merubah garis partai dari partai kader menjadi partai Massa, dan turut serta dalam jalur parlementer. Ketika PKI ikut serta dalam pemilihan umum di tahun 1955 yang di ikuti oleh 29 partai dan memperebutkann 257 kursi di Dewan Perwakilan rakyat, PKI mampu tampil di urutan ke 4 dengan perolehan suara 6.179.914/16.39 % dan menduduki 39 kursi di dewan. Dengan keanggotaan lebih dari 3 juta anggota, di akhir tahun 50-an.

Hal inilah yang menjadikan PKI sebagai partai Komunis terbesar di luar Uni Soviet dan Cina. Kekuatan rakyat ini juga ditopang oleh arus Nasionalis Progresif di bawah pimpinan Soekarno. Bahkan kedekatan antara PKI dan unsur Nasionalis ini kemudian dianggap mengganggu kepentingan militer reaksioner Indonesia yang lahir atas fusi unsur tentara borjuis didikan Belanda KNIL, PETA (Pembela tanah air) yang di didik fasis oleh Jepang dan Laskar rakyat dan unsur-unsur feodal yang banyak menghimpun dirinya dalam partai islam.

Kedua unsur inilah yang kemudian hari dipakai oleh kepentingan Imperialisme untuk menggulingkan Soekarno dan PKI di persitiwa 1965 yang menyebabkan 3 juta anggota dan simpatisan PKI di bantai oleh tentara dan milisi kontra PKI. Peristiwa yang di kenal dengan nama G30S. Jendral Sarwo Edhi Wibowo, Komandan RPAKD (Resimen Para Komando Angkatan darat/Cikal bakal satuan elit Kopassus TNI) yang juga mertua dari Presiden Indonesia sekarang Susilo Bambang Yudhoyono tahun ini di tetapkan menjadi pahlawan nasional.

Orde baru = Kemenangan Imperialisme Amerika Serikat dan sekutunya

Setelah berhasil menyingkirkan pengahalang untuk masuknya modal asing, indonesia mengangkat Jendral Soeharto sebagai presiden, dan mengadopsi model pembangunan ekonomi kapitalis. Model yang memperbolehkan Investasi Asing masuk sebesar-besarnya di indonesia.
Beberapa ekonom dan profesor di kirim untuk belajar di Universitas California dan Berkley, beberapa diantaranya seperti Prof.Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, Soebroto, Moh. Sadli, J.B.Soemarlin, Adrianus Mooy dan masih banyak lagi. Dan yang sekarang dominan di Mafia Berkeley adalah Sri Mulyani, Moh. Ikhsan, Chatib Basri, dan beberapa tokoh lainnya, yang banyak diantara mereka mendapatkan posisi penting dalam pengambilan keputusan moneter di Indonesia demi memuluskan jalannya Roda Kapitalisme.

Setelah dirasa cukup membagun pondasi untuk penerapan model produksi kapitalisme, di buatlah paket undang-undang no. 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing, yang mampu memberikan keleluasaan bagi para pemodal asing untuk berinvestasi di indonesia hingga 100 tahun lamanya. Perusahaan asing pertama yang berinvestasi di indonesia adalah PT. Freeport McMorran Inc, perusahaan tambang emas America terbesar di dunia, yang mengeruk kekayaan emas di tanah Papua. Dari eksplorasinya saja sekitar 7,3 ton tembaga dan 724,7 ton emas telah mereka keruk. Hingga tahun 2011, lubang yang di hasilkan oleh PT. Freeport McMorran telah mencapai diameter 2,4 km pada daerah seluas 449 ha, dengan kedalaman 800 m. Diperkirakan ada 18 juta ton cadangan temabaga, dan 1,430 juta ton cadangan emas yang tersisa hingga penutupan tambang pada tahun 2014.

Pada tahun 1993, badan perlindungan Amerika serikat (United State Enviromental Protection Energy) mengumumkan bahwa PT. Freeport McMorran adalah pencemar tanah, air dan udara terbesar di amerika utara dari segi jumlah maupun tingkat peracunnya. Pada tahun 1987, PT, Freeport telah membuang 12 juta ton gipsum berkadar radio aktif di sungai missisipi, dan hal serupa yang terjadi di america utara terjadi pula di tanah papua. Pemiskinan di sekitar pertambangan PT. Freeport terjadi secara merata, mulai dari manusia, flora dan fauna hingga lingkungan hidup yang semakin terpuruk.

Tanah adat di tujuh suku papua, diantaranya suku Amungme dan Nduka diramapas pada awal masuknya PT. Freepot dan dihancurkan saat oprasi tambang berlangsung. Akibatnya sungai ditimbun tailing, diperkirakan 110 km2 wilayah estuari tercemar, sedangkan 20-40 km bentang sungai Ajkwa beracun dan 133 km2 lahan subur terkubur.

Pemerintahan Soeharto juga banyak menerbitkan izin pengelolaan hutan untuk keperluan industri, hal ini banyak di alami di daerah Kalimanatan dan sumatra, ada beberapa mekanisme ijin pemanfaatan hutan yang di legalkan oleh pemerintahan Soeharto, diantaranya Izin Usaha Pemanfaatan hasil hutan kayu (IUPHHK), pemanfaatan Hutan Tanaman Industri, dan lainnya. Dari izin-izin tersebutlah kekayaan hutan hujan tropis di Indonesia mulai dimanfaatkan secara besar-besaran, untuk memenuhi kebutuhan eksport luar negeri.

Dengan semangat orde baru di bawah Soeharto, yakni Pertumbuhan, Stabilitas dan kesetaraan, Soeharto benar-benar mengawal pertumbuhan dan Stabilitas dengan berbagai cara, diantaranya dengan memaksimalkan pertumbuhan di bawah Kapitalisme yang berorientasi pada modal asing dan sebagian memusatkan kapital dalam negeri ke jaringan keluarga dan kroninya serta menjaga stabilitas dengan melakukan penyensoran ketat aktivitas politik yang anti rezim dan pemberlakuan dwi fungsi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), yang di satu sisi bisa terlibat dalam aktifitas politik dan keamanan.

Dalam logika kapitalisme makna kesetaraan memang sangat sulit di fahami, dan memang harus diakui semenjak orde baru berkuasa hingga sekarang hanya Soeharto yang benar-benar faham arah Kapitalisme di indonesia, salah satu contohnya ialah dengan program Repelita (Rencana Pembangunan Lima tahun), Hal ini menimbulkan eksploitasi besar besaran terhadap alam dan klas pekerja di indonesia
Semenjak tahun 1987 sekitar 80% tujuan ekspor komoditas energi ialah Jepang dan Amerika Serikat. Periode dari tahun 1971 sampai 1987 sering disebut sebagai periode minyak dan gas.

Total jumlah ekspor ke Jepang adalah sebesar 40 hingga 50 persen. Level ekspor ke AS menyusul Jepang, dengan total gabungan ekspor ke Jepang dan AS sebesar 60% hingga 70% dari tahun 1971 sampai 1987. Konsentrasi ekspor ke AS dan Jepang ini bermula pada akhir tahun 1960an, yang bersamaan dengan penghancuran rejim Soekarno dan kekuatan PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965-1966. Ini sejalan dengan kebijakan Marshall Plan AS untuk menempatkan Indonesia di dalam lingkup ekonomi Jepang.

Pada awal masa krisis 1997, terjadi lonjakan kapital swasta yang sangat besar dari US$ 314 juta di tahun 1989 hingga US$ 11.5 Miliar pada tahun 1997. Kapital swasta yang besar ini kebanyakan adalah kapital jangka pendek yang di investasikan ke sektor real estate, dan menyebabkan gelembung krisis finansial. Ketika Asia di landa krisis di akhir tahun 1997. Sebagai akibatnya, hutang pubik meningkat dari nol sebelum krisis menjadi US$ 72 Miliar. Ini merupakan jumlah sangat besar yang harus di tanggung rakyat pekerja di indonesia.

Setelah 32 tahun berkuasa Soeharto tumbang dan periode reformasi dimulai. Dan Indonesia makin terjerumus ke dalam jurang Neoliberalisme. Pergantian Pasca Soeharto, yakni Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Susilo Bambang Yudhoyono tidak mampu menjawab tantangan pemenuhan kemakmuran rakyat. Karena kesemuanya tetap taat pada keputusan WTO, IMF dan World Bank, melalui paket Liberalisasi besar-besaran di hampir semua sektor Vital dan program SAP (Structural Adjusmen Programe), serta Pinjaman hutang luar negeri yang hingga akhir Agustus 2013 jumlahnya meningkat menjadi Rp 2.273.76 Triliun. Tak heran jika pendapatan masyarakat di bawah US$ 20 mencapai 190 juta orang di Indonesia (Bersambung…….)

Oleh : Sarah Agustio, Kontributor Arah Juang dan Anggota KPO-PRP Samarinda.

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: