Pojok

2014 : Sebuah Puisi untuk Pemilu

politik alternatif

Ini tahun politik.
Beras mahal, BBM naik, kerjaan susah. Pengangguran membludak.
Upah naik semata kaki. Tak cukup untuk makan anak isteri.
Dan korupsi tersebar dimana-mana.

Ini tahun politik.
Banjir datang menyapu impian. Sinabung, Kelud, menggelegar, rumah dan sawah hilang.
Pemerkosaan mencabik tubuh perempuan, mengoyak rasa aman kapan saja.
Tak boleh sakit berat karena tanggungan rumah sakit hanya kelas 3 dengan biaya 25 ribu per bulan, itu pun susah payah disanggupi. Sementara regulasi diperjualbelikan dimana-mana.

Ini tahun politik.
Menanti presiden yang dari partai itu-itu juga.
Caleg-caleg sibuk kampanye atas nama kemanusiaan.
Tahun pencitraan. Tahub berebut kursi empuk wakil-wakil kepentingan penguasa. Rakyat dibiarkan bodoh dan miskin, sekarat dimana-mana.

Ini tahun politik.
Terjerembab oleh pilihan-pilihan buta.
Adakah… adakah yang berkebalikan dari itu semua.
Adakah yang mampu membangkitkan rasa lelah penindasan atas jiwa raga yang murka.
Adakah yang mampu satukan kembali puing-puing asa kemerdekan.
Merdeka selamanya atau tertindas selamanya.

Ini tahun politik.
Pemilu tak kunanti.
PILU

 

Oleh: Roliyah (anggota Federasi Progresip)

Dibacakan saat aksi Komite Politik Alternatif, 6 April 2014

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: