Perspektif

Tentang Pemogokan (3) – Selesai

Mogok 3

(Tulisan ini Merupakan Materi dari Sekolah Kader Buruh KPO-PRP–dengan beberapa revisi)

 

III. PENGORGANISASIAN PEMOGOKAN KAWASAN INDUSTRI

Pemogokan satu demi satu perusahaan selalu dapat berujung pada pemogokan kawasan, daerah, maupun nasional. Ini salah satunya dikarenakan masalah dan tuntutan yang terjadi di satu perusahaan memiliki kesamaan dengan masalah di banyak perusahaan. Sehingga pemogokan di satu perusahaan sering menjadi pemicu pemogokan di perusahaan lain yang sambung menyambung, sampai pada kesimpulan pemogokan suatu kawasan industri ataupun nasional.

Situasi umum perjuangan buruh saat ini sebenarnya juga telah menunjukkan bahwa perjuangan kaum buruh bukan saja melawan penindasan dari kelas pemilik modal di tempat kerjanya (perusahaan), melainkan juga melawan kebijakan pemerintah yang merugikan kepentingan kaum buruh (peraturan perundangan, peraturan menteri tenaga kerja, peraturan presiden), yakni menuntut penghapusan kerja kontrak/outsoursing atau menuntut kenaikan upah minimum setiap tahunnya, penolakan kenaikan BBM, hingga tuntutan sekolah gratis sampai universitas atau bahkan pemogokan politik.

Dalam hal ini pemogokan kawasan menjadi penting, karena pemogokan kawasan bukan lagi ditujukan kepada para majikan, yakni individu-individu kelas pemodal, melainkan kepada seluruh kelas pemodal dan pemerintah kapitalis itu sendiri. Persatuan sebagai sesama kelas buruh pun menjadi semakin dibutuhkan disini.

Selain itu, sering kali sebuah pemogokan kawasan yang terjadi di satu daerah industri akan menjalar ke kawasan-kawasan industri lain untuk melakukan perlawanan dalam bentuk yang sama (pemogokan kawasan). Inilah basis utama terjadinya pemogokan nasional. Bahkan berikutnya, pemogokan nasional pun akan sangat ditentukan keberhasilannya oleh titik-titik kawasan industri yang mampu “dijebol” dan terlibat dalam pemogokan nasional.

Dalam pemogokan kawasan (dan juga nasional) seluruh buruh akan bergerak membawa tuntutan bersama, tanpa melihat apa serikatnya. Motor penggeraknya adalah tuntutan bersama yang sudah melekat di benak massa. KAUM BURUH BERSATU, LEPAS DARI APA SERIKATNYA, LEPAS DARI APA PERUSAHAANNYA, BERSATU MEMBAWA TUNTUTAN BERSAMA PERJUANGAN.

Namun pemogokan kawasan ataupun nasional tidak dapat tercipta tanpa adanya beberapa syarat dan kondisi yang saling mempengaruhi, antara lain:

1)    Adanya isu perburuhan atau isu umum yang sedang marak dibicarakan dan diperjuangkan dimana-mana. (Misalnya yang marak saat ini adalah soal kenaikan upah minimum dan penghapusan sistem kerja kontrak dan outsourcing. Atau sebelumnya misalnya dalam kasus momentum Mayday, kenaikan harga seperti BBM, ada undang-undang/kepmen/inpres, kekerasan terhadap buruh, kriminalisasi buruh dan lain sebagainya).

2)    Terdapat perusahaan-perusahaan dengan jumlah buruh yang besar yang mendukung pemogokan. Jumlah buruh yang besar dalam sebuah perusahaan sangat membantu susksesnya pemogokan kawasan.

3)    Ada kepeloporan untuk menggerakkan nya, yaitu serikat-serikat buruh yang mengkampanyekan dan menyerukan kebutuhan untuk mogok kawasan/nasional dan yang memiliki anggota/massa buruh di kawasan tersebut.

Hal diatas ditopang dengan beberapa faktor lain, seperti:

  • Penggeraknya adalah bersama. Oleh karena itu penting untuk melakukan ajakan pertemuan antar serikat untuk menyatukan kekuatan sehingga kekuatan dan tekanan menjadi lebih besar. Tetapi jika serikat-serikat lain menolak untuk menggerakkan seluruh buruh di kawasan, sedangkan kondisi mogok kawasan sudah tercipta (No 1 dan 2), peran kepeloporan ini bisa dipikul sendiri.
  • Harus ada kompromi dalam hal tuntutan untuk mencapai kepentingan yang lebih besar yaitu PERSATUAN PERJUANGAN KAUM BURUH.

Namun, keberhasilan dalam mogok kawasan industri ataupun mogok daerah dan nasional, akhirnya juga ditentukan oleh strategi KOMBINASI antara MOGOK dan DEMONSTRASI JALANAN yang melumpuhkan jalur-jalur kawasan/daerah untuk melumpuhkan aktivitas ekonomi yang lebih luas lagi.

Oleh karenanya untuk mensukseskan mogok kawasan, setiap buruh yang mogok kerja bukanlah hanya duduk-duduk di depan perusahaan. Harus ada sejumlah besar buruh yang membantu mengeluarkan buruh-buruh yang masih bekerja, (sering dikenal dengan istilah SWEEPING). Karena setiap mogok yang bersifat massal/umum di kawasan-kawasan industri, tidak semua buruh mendapatkan jalan untuk mogok dengan kemampuan dan keberanian nya sendiri. Banyak buruh yang masih berstatus kontrak dan outsourcing atau tidak mempunyai serikat di perusahaannya sulit untuk bisa keluar sendiri tanpa dibantu untuk keluar dari perusahaan nya.

Bahkan dalam beberapa kasus, banyak perusahaan sengaja mengunci pabrik dan menyekap buruh nya agar tidak terlibat dalam mogok. Ini merupakan tanggung jawab pelopor-pelopor buruh yang sudah terlebih dahulu melakukan mogok di pagi hari untuk mengeluarkan semua buruh yang masih bekerja dan memastikan mesin-mesin produksi di kawasan tersebut tidak berjalan.

Untuk menjalankan ini, setiap organiser harus mempelajari/mengetahui peta kawasan industri dan kota tempat dimana mogok berlangsung. Rapat-rapat konsolidasi kawasan harus diadakan diantara buruh-buruh yang mendukung pemogokan, yang setidaknya membahas:

  • Kondisi dan gambaran (peta lokasi) kawasan industri.
  • Dalam gambaran/peta kawasan tersebut, harus jelas dimana saja basis-basis buruh yang terlibat dalam rencana pemogokan, karena basis-basis inilah tenaga pelopor awal. Oleh karenanya seluruh basis yang tergabung dalam aliansi pemogokan kawasan harus terlebih dahulu memogokkan perusahaannya.
  • Penentuan titik penyatuan massa di kawasan atau rute konvoi menuju pusat aksi atau sasaran aksi (misalnya kantor pemerintahan).
  • Perusahaan-perusahaan strategis yang jumlah buruhnya besar. Jika perusahaan ini adalah anggota serikat yang tergabung dalam rencana pemogokan, maka pastikan bahwa di perusahaan ini serikatnya siap untuk terlibat dalam gerakan pemogokan ini. Jika tidak, maka usahakan untuk membangun kontak ke sana. Terakhir jika ini tidak bisa, ia harus masuk dalam strategi penyeretan (sweeping) untuk mengeluarkan buruh di perusahaan ini untuk bergabung dalam gerakan pemogokan kawasan. Dengan sukses mengeluarkan seluruh buruh di perusahaan ini, akan melipatgandakan kekuatan massa yang terlibat dalam pemogokan.
  • Titik-titik kemungkinan terjadinya penghadangan, lalu menyiapkan antisipasi nya.

Mogok Total

Namun masalah mogok produksi total dan sweeping juga sering menuai masalah yang terendap diantara buruh dan serikat buruh. Sering yang terjadi bahwa buruh di sebuah perusahaan justru melakukan kompromi terlebih dahulu dengan majikan/pemilik pabrik atau manajemen untuk menghalangi dan mengurangi tekanan dari mogok kawasan. Mereka berhasil diilusi para pemodal untuk menjaga pabriknya dari “massa luar”. Sehingga ketika mogok terjadi, serikat buruh dari perusahaan ini hanya mengeluarkan sebagian buruhnya dan tidak menghentikan produksi.

Buruh yang demikian itu umumnya adalah buruh yang telah berserikat dan melakukan banyak perundingan dengan majikan di tempatnya bekerja (misalnya perundingan PKB) sehingga merasa telah “harmonis” dengan majikannya. Tetapi dibalik itu, sebenarnya mereka masih menginginkan perubahan secara umum seperti yang dituntutkan dalam pemogokan. Mereka hanya tidak berani mengorbankan “keharmonisan” yang telah mereka miliki untuk tujuan yang lebih umum dan lebih besar.

Tentu saja pemimpin-pemimpin serikat yang telah menyerukan mogok kawasan/nasional perlu untuk mengatasi hal ini. Tidak berhentinya produksi secara total juga berarti melemahnya tekanan pemogokan. Dan dalam kesatuan langgam organisasi serikat, ini dapat disebut sebagai “penghianatan terselubung” yang perlu dicari jalan keluarnya. Dalam hal ini perlu memberi ketegasan sikap dan pilihan kepada serikat-serikat tingkat perusahaan yang demikian: pilih perusahaan yang belum tentu bertanggung jawab di kemudian hari, atau pilih serikat yang telah berjuang dan terus berkomitmen berjuang untuk buruh.

Namun pilihan ini masih akan terasa berat jika harus ditanggung sendiri-sendiri. Untuk itu pilihan ini harus dibarengi pula dengan tanggung jawab yang dipikul bersama oleh serikat-serikat yang melakukan mogok jika saja mogok dapat dikalahkan. Semua bentuk pukulan balik harus menjadi resiko yang diemban secara bersama. Sehingga perlu untuk membangun tim advokasi secara bersama diantara serikat-serikat yang merencanakan mogok untuk menanggulangi masalah-masalah di setiap perusahaan setelah mogok selesai.

Selanjutnya, jika dalam pemogokan yang sedang berlangsung, pendudukan instansi pemerintah sudah dirasa strategis, harus lah diumumkan ke massa luas tujuan dan kepentingannya. Jika sudah diputuskan, konsolidasikan massa masing-masing serikat dan perusahaan. Tujuannya adalah memastikan bahwa mayoritas massa dari perusahaan itu akan tetap terlibat. Atau jika terpaksa yang harus pulang, tetap terkoordinir. Jika mogok berlangsung beberapa hari, harus dipastikan tetap ada tim pelopor di kawasan industri sejak pagi (seperti di hari pertama), dan siapkan tim piket untuk pendudukan.

Kompromi

Jika pemogokan sudah berlangsung berhari-hari dan kekuatan semakin lemah, sementara kekuatan lawan pengusaha dan pendukungnya (pemerintah, polisi, tentara, preman, aparat desa dll) justru tetap enggan memenuhi tuntutan dan mulai represi, diperbolehkan KOMPROMI YANG TEPAT. Kompromi yang tepat dapat dilakukan agar barisan tidak terpecah belah antara yang sudah lelah dan sepakat menerima untuk sementara kemenangan kecil dengan sebagian kawan yang tetap ingin konsisten dari tuntutan awal walau secara kekuatan tidak cukup.

Namun sebaliknya, bila mogok belum mendapatkan tekanan berarti dari rezim atau mayoritas massa masih yakin untuk mogok sampai memenangkan tuntutan, adalah kesalahan untuk melakukan kompromi terhadap tuntutan. Ini akan berakibat ketidakpercayaan massa terhadap pemimpin mogok dan terhadap senjata mogok itu sendiri.

Apalagi jika mogok yang berkepanjangan telah memunculkan suatu desakan dari massa (yang semakin membesar) untuk bertindak lebih jauh, yakni ketika propaganda revolusioner diterima dengan lebih cepat dan lebih luas, maka penting untuk segera mentransformasikan tuntutan-tuntutan ekonomis menjadi tuntutan-tuntutan politis: pergantian pemerintahan; penumbangan kekuasaan rezim.

Sebelum massa mendesakkan hal diatas, maka kompromi terhadap tuntutan tetap masuk dalam salah satu opsi yang dipertimbangkan. Karena, BUAH SEBENARNYA DARI KEMENANGAN PERJUANGAN BURUH DI TAHAP INI ADALAH:

1) SEMAKIN MENGUATNYA SOLIDARITAS DAN PERSATUAN KAUM BURUH SEBAGAI SEBUAH KELAS DAN UNTUK KEPENTINGAN SELURUH KELAS BURUH dan KELAS-KELAS TERTINDAS; SEHINGGA SEMAKIN SADAR PADA TANGGUNG JAWAB PERJUANGAN POLITIK DAN MEMBANGUN SENJATA POLITIK NYA SENDIRI (PARTAI KELAS BURUH)

2) SEMAKIN SADARNYA KAUM BURUH UNTUK MENGHANCURKAN AKAR DARI SISTEM EKONOMI-POLITIK YANG MENINDASNYA (KAPITALISME) DAN MEMBANGUN SISTEM EKONOMI SEPERTI YANG DICITA-CITAKAN OLEH PARA PENDIRI BANGSA : SOSIALISME.

3) SEMAKIN SADARNYA KAUM BURUH BAHWA CITA-CITA PERJUANGANNYA BUKAN HANYA MEMINTA/MENUNTUT KEPADA REJIM SAAT INI MELAINKAN MENGANGKAT DIRINYA, BERSAMA KAUM DHUAFA, RAKYAT MISKIN, KAUM TANI-NELAYAN, KAUM TERTINDAS LAINNYA UNTUK MENJADI PENGUASA, MENJADI PEMIMPIN; MENJADI PEMERINTAH DI INDONESIA DAN DI DUNIA.

 

 Selesai

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here