AksiReportase

Universitas Sanata Dharma Digeruduk Mahasiswa

Pada tanggal 22 Juni 2020, Aksi massa menuntut pemotongan biaya kuliah terjadi di depan patung Driyarkara Universitas Sanata Dharma. Aksi ini merupakan aksi pertama dari serangkaian Aksi Geruduk Kampus yang akan dilakukan oleh beberapa aliansi mahasiswa di Yogyakarta. Aksi Geruduk Kampus ini membawa tagar #SalingTularBerani yang bertujuan untuk saling bersolidaritas dalam perjuangan aksi massa menuntut pemotongan biaya kuliah di tiap-tiap kampus yang tergabung dalam aliansi. Aliansi serta organisasi yang tergabung dalam aksi di Universitas Sanata Dharma adalah ASBAK (Aliansi Sadhar Bergerak), UII Bergerak, UAD Bergerak, Aliansi Mahasiswa STMPD “APMD”, Aliansi Mahasiswa Unisa, UNY Bergerak, GERMA AKAKOM, Lavender Study Club, Lingkar Studi Sosialis, Cakrawala Mahasiswa Yogyakarta, Serikat Mahasiswa Indonesia, serta gerakan pro-demokrasi lainnya.

Sebelum aksi massa dimulai, dua perwakilan ASBAK mengikuti audiensi yang diadakan di Gedung Pusat Universitas Sanata Dharma bersama dengan organisasi-organisasi internal kampus dan jajaran rektor. Audiensi yang tidak berujung karena hanya sekadar sharing saja tanpa membicarakan solusi dan dihabiskan dengan mendengarkan retorika moralis dari jajaran rektorat membuat perwakilan ASBAK akhirnya menyatakan walkout dari audiensi tersebut dan melakukan aksi massa di depan gerbang kampus.

Massa aksi solidaritas sudah mulai berkumpul sejak pukul 10:00. Sembari menunggu perwakilan ASBAK yang sedang melakukan audiensi, massa aksi mempersiapkan poster-poster isian tuntutan aksi dan banner bertuliskan “Wujudkan Pendidikan Gratis, Ilmiah, Demokratis, dan Kerakyatan”.

Setelah menunggu kurang lebih dua jam, perwakilan ASBAK yang melakukan audiensi akhirnya berkumpul dengan massa aksi solidaritas dan menjelaskan apa yang terjadi saat audiensi di dalam. Sekitar pukul 12:28 aksi massa dimulai dengan aksi theatrical ‘cuci almamater’ dari perwakilan ASBAK yang menunjukkan bahwa Universitas Sanata Dharma sudah kotor, dan mereka mencoba membersihkannya. Setelah itu, beberapa perwakilan aliansi melakukan orasi dengan membawa tema pentingnya pendidikan gratis, permasalahan dunia pendidikan di Indonesia, dampak pandemi bagi orang tua mahasiswa, maraknya pembungkaman suara-suara kritis di kampus, serta masalah-masalah lainnya.

Salah satu peserta aksi massa dari LSS memaparkan keresahannya dalam orasi, dia mengatakan bahwa situasi kita hari ini adalah pandemi dan pasti krisis ekonomi di Indonesia itu terjadi, dan PHK massal itu terjadi juga, dan berhubungan juga dengan biaya pendidikan yang membuat banyak orang tua keberatan untuk membayar biaya pendidikan itu sendiri. Selain itu juga salah satu peserta aksi massa dari ASBAK mengatakan harapannya untuk kampus agar memberikan keringanan biaya kuliah, karena selain mahasiswa tidak menikmati fasilitas kampus, kebutuhan mendesak saat ini adalah bagaimana bertahan di masa pandemi, bukan membayar full sesuatu yang tidak dinikmati olehnya.

Dalam aksi ini, ASBAK membawa tuntutan:

  1. Potong UKT 50% guna membantu perekonomian seluruh mahasiswa USD dan kompensasi seluruh fasilitas tidak dapat pakai dan/atau jarang dipakai oleh mahasisawa yang telah dibayar semester genap tahun ajaran 2019-2020;
  2. Universitas wajib meminta bantuan yayasan guna mengalokasikan anggaran DPP sejak 2017-2020 untuk menutupi pemotongan UKT 50% dan membayar gaji dosen, tenaga pendidik, karyawan, dan mahasiswa mitra kerja USD;
  3. USD wajib menghitung kembali kompensasi biaya internet mahasiswa, karena mahasiswa sudah mengeluarkan dana cukup besar untuk mengikuti perkuliahan jarak jauh;
  4. USD wajib memberi pelatihan khusus bagi dosen dan mahasiswa yang tidak ahli menggunakan pembelajaran jarak jauh;
  5. USD wajib melibatkan mahasiswa yang terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat Universitas (BEM U), perwakilan Dewan Perwakilan Mahasiswa tingkat Universitas (DPM U), perwakilan setiap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), perwakilan setiap BEM tingkat Fakultas, perwakilan setiap DPM tingkat Fakultas, perwakilan setiap himpunan prodi, dan mahasiswa yang tak mengikuti organisasi ataupun kelompok apapun di USD dalam pengambilan seluruh kebijakan Sivitas Akademika, karena mahasiswa mempunyai peran penting dalam segala kebijakan Universitas;
  6. Universitas dan segenap sivitas akademika wajib mendesak pemerintah pusat demi mewujudkan pendidikan gratis dengan membantu keuangan Perguruan Tinggi; dan
  7. Ciptakan Perguruan Tinggi yang bervisi kerakyatan!

Setelah membacakan pernyataan sikap dan tuntutan, aksi massa pun berakhir dengan damai. Setelah aksi massa di depan kampus ini akhirnya memberikan suatu atmosphere baru bagi mahasiswa USD secara khusus, karena ini merupakan aksi pertama yang dilancarkan di kampus mereka. Suara-suara kritis yang dahulu bungkam akhirnya mulai berani bersuara. Beberapa satpam dan karyawan setelah aksi selesai ada yang memanggil salah satu perwakilan ASBAK untuk bercerita mengenai kondisi mereka selama pandemi, dan kemudian akan melakukan diskusi lanjutan dengan ASBAK.

Selain itu juga, peran organisasi revolusioner dalam aksi-aksi perjuangan reforma seperti ini sangat penting. Supaya gerakan mahasiswa tidak hanya berkutat pada jalur-jalur formal yang nyatanya tidak membuahkan hasil apapun. ASBAK memilih menyatakan walkout dan kemudian melakukan aksi massa karena ini merupakan jalur perjuangan yang demokratis, bukan audiensi tertutup yang kampus lakukan. Kampus menggunakan audiensi tertutup sebagai tempat untuk melakukan pembenaran terhadap sikap-sikapnya yang selama ini tidak berpihak kepada mahasiswanya. (do)

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: