Pojok

Catatan Pendek Diskusi Film “Saya Rasa Itu Sulit Untuk Dilupakan” Oleh Dema Justicia FH UGM

Korban 65Kamis sore, 25 September 2014, Dema Justicia FH UGM mengadakan screening dan diskusi film berjudul “Saya Rasa itu Sulit Untuk Dilupakan”. Screening dan diskusi film ini diselengarakan dalam rangka menuju peringatan tragedi kelam yang terjadi 49 tahun silam antara sejak 30 September 1965. Mahendra dari KPO-PRPdan Restu dari SMI menjadi pembicara dalam acara tersebut.

Antusias yang tinggi untuk belajar sejarah mendorong kawan-kawan mahasiswa baik yg berasal dari FH UGM maupun kawan-kawan mahasiswa dari fakultas atau kampus lain untuk berpartisipasi dalam screening film tersebut. Tak kurang dari 50 orang memadati halaman Dema Justicia FH UGM.

Film “Saya Rasa itu Sulit Untuk Dilupakan” memiliki durasi sekitar 30 menit sedikit banyak memberi gambaran tentang apa yang terjadi paskaperistiwa 30 September 1965. Apa yang terjadi 49 tahun silam diterangkan oleh banyak tokoh yang diwawancarai dalam film tersebut. Mereka memberikan gambaran yang jelas tentang tragedi yang terjadi, semisal pembantaian lebih dari 3 juta orang anggota PKI atau yang dianggap sebagai PKI, dipersenjatainya mahasiswa dan pemuda, serta kekejaman yang mengiringi pembantaian yang terjadi.

Kawan-kawan mahasiswa yang hadir pada screening dan diskusi film ini pun seperti mendapatkan hantaman dan bertanya-tanya, karena mereka menemukan fakta sejarah yang lain dari apa yang mereka ketahui selama ini.

Mahendra dari KPO-PRP sebagai pembicara pertama memberikan materi yang memperjelas dan melengkapi apa yang terjadi pada tahun 1965 di samping apa yang sudah digambarkan pada film yang diputar. Mahendra menjelaskan bahw aapa yang terjadi pada tahun 1965 merupakan pertarungan antara dua perspektif pembangunan Indonesia kedepan.

Materi dilanjut dengan penjelasan yang disampaikan oleh Restu sebagai pemateri kedua, Restu memberi penjelasan tentang posisi mahasiswa dan peran yang dimainkanya pada saat tragedi itu terjadi. Setelah sesi diskusi dimulai banyak kawan-kawan mahasiswa yang hadir memberikan pertanyaan atau tanggapan mereka terhadap film yang diputar maupun materi yang sudah disampaikan oleh kedua pemateri.

Selain screening dan diskusi tersebut juga dibuka stand buku yang menjual berbagai macam buku progresif. Ketertarikan perserta diskusi juga terlihat dari paska diskusi banyak peserta diskusi yang berminat pada buku-buku progresif dan yang menjelaskan apa yang terjadi pada tahun 1965.

Diakhir catatan ini ada 3 hal menarik yang perlu ditindaklanjuti. Yang pertama, apa yang sebenarnya terjadi pada tahun 1965 adalah pembantaian massal terhadap 3 juta orang tak berdosa. Kedua, masih banyak kawan-kawan mahasiswa yang belum memahami apa yang terjadi. Ini tidak terlepas dari pendidikan formal yang mereka dapatkan. Ketiga, sebagai generasi muda yang berpendidikankita perlu untuk terus mencari tahu baik melalui membaca atau diskusi agar dapat memahami apa yang menjadisejarah bangsa kita dan mengunakanya sebagai acuan dalam membangun bangsa (Danang).

Loading

Print Friendly, PDF & Email

Comment here

%d blogger menyukai ini: